18. The reason you don't like it

10K 1.3K 141
                                    

Renjun orang yang manis, meskipun wajahnya kadang terlihat dingin. Renjun sosok yang cukup pendiam dan tak banyak bicara. Mark tau itu, ia juga pernah beberapa kali bertegur sapa dengannya, tapi semakin kesini Mark jadi enggan bahkan hanya untuk mengulas senyum pada pemuda mungil itu. Mark selalu merasa kesal tiap melihat Renjun, karena Haechan yang jelas-jelas kekasihnya sendiri selalu berusaha mengajak Renjun untuk ikut bergabung bersama mereka dalam tiap kesempatan. Mark tak suka itu. Mendengar cerita Haechan yang selalu mengkhawatirkan Renjun selalu membuat Mark cemburu, rasanya seperti Haechan membagi kasihsayang untuknya dengan Renjun. Mark tak mau itu, ia ingin Haechan hanya memperhatikannya.

Ditambah dengan kenyataan bahwa Jeno, adiknya kini berpacaran dengan Renjun. Mark semakin tak menyukai pemuda berdarah china itu, ia lebih menyukai Jaemin. Ia lebih setuju saat Jeno menjalin hubungan dengan Jaemin, mereka terlihat lebih cocok dan serasi. Mark bahkan berpikir bahwa alasan hubungan Jaemin dan Jeno adalah karena Renjun, Mark benar-benar melimpahkan segala kekesalannya pada Renjun.

"Dimana Haechan? Tumben sekali kau sendirian, Kak." Jeno duduk di depannya, meminum jus buah yang baru ia pesan.

"Dia makan siang bersama Renjun." Jawab Mark ketus, ia benar-benar ingin menyingkirkan Renjun dari orang-orang disekitarnya. Sungguh, sebenarnya apa yang dimiliki Renjun hingga Jeno dan Haechan begitu mempedulikannya. Mark tak mengerti.

"Ah, iya. Mereka sudah lama tidak makan siang bersama." Jeno tadi membaca pesan Renjun yang mengatakan akan makan siang dengan Haechan.

"Jeno, sebenarnya kau dan Renjun itu betulan pacaran atau tidak?" Tanya Mark.

"Apa maksudmu, Kak? Tentu saja. Renjun kekasihku."

"Tapi aku tak pernah melihat gelagat kalian yang mengatakan bahwa kalian itu sepasang kekasih. Aku jarang melihatmu bermesraan dengan Renjun, sementara saat dengan Jaemin dulu kau begitu sering memperlihatkan itu." Ujar sang kakak, benar ia jarang melihat kedua orang itu  bermesraan. Kecuali saat Mark dan Haechan memergoki keduanya berciuman di kelas.

"Renjun tak suka saat aku memperlihatkannya di depan banyak orang, itulah kenapa aku dan Renjun jarang bermesraan di depan umum. Aku menghargai keinginannya untuk tak mengumbar itu." Ya meskipun ia juga kadang sengaja menjahili Renjun dengan menciumnya di depan banyak orang.

Mark menaikan halisnya mendengar ucapan adiknya, rasanya Mark semakin kesal pada Renjun setelah mendengar cerita adiknya. "Bukankah itu terdengar seolah Renjun  tidak ingin orang lain tau hubungan kalian?"

"Tidak. Renjun anak yang pemalu, aku tau itu." Balas Jeno.

"Meskipun pemalu, seharusnya ia baik-baik saja saat kau melakukan banyak skinship padanya. Itu untuk membuktikan pada orang-orang bahwa kalian itu memiliki hubungan." Mark menatap Jeno, lalu

"Jeno, apa kau yakin Renjun mencintaimu? Ia—"

"Dia mencintaiku. Berhenti membicarakan hal tak masuk akal seperti itu. Kau tak tau apa-apa, Kak."

Jeno melanjutkan makan siangnya tanpa meladeni ucapan kakaknya, dia benar-benar risih mendengar pertanyaan tadi. Apa-apaan, Jeno itu sangat yakin bahwa Renjun mencintainya. Bukan karena Renjun selalu menolak skinship nya berarti Renjun tak mencintainya, bukan seperti itu.

.
.
.

Mark tersenyum begitu menutup panggilan dari Haechan, pemuda tan itu mengatakan sudah menunggunya untuk pulang bersama. Mark senang mendengar itu, karena biasanya harus ia yang mengajak Haechan terlebih dahulu. Mark jadi tak sabar untuk segera bertemu Haechan-nya, dan memeluk erat kekasihnya itu. Mark berjalan cepat menuju gerbang, tadi Haechan bilang ia menunggunya disana. Begitu melihat sosok yang dicarinya, Mark tersenyum. Namun senyumnya lenyap seketika saat melihat dengan siapa Haechan duduk disana.

Be There For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang