42. Longing

11.4K 1.1K 8
                                    

Renjun memikirkan soal ucapan Mark yang sempat ia dengar, bahwa pemuda Lee itu hendak meminta maaf padanya. Tapi Renjun tak yakin, karena ia tak melihat langsung bagaimana Mark saat mengucapkannya. Bisa saja itu hanya ucapan terpaksa karena ada Jeno saat itu, tapi dari nadanya Renjun tak mendengar sebuah keterpaksaan. Hanya keputusasaan yang ia dengar. Apa harus Renjun mendengarkan Mark jika nanti ia bertemu lagi, tapi bagaimana jika hal buruk kembali terjadi padanya saat bersama Mark. Harus Renjun akui kalau ia lelah terus-terusan menghindari orang-orang yang mungkin terhubung pada Mark. Rasanya ketakutannya tak ada habisnya.

Dan bahkan Renjun terus menunda-nunda keinginannya untuk memberikan baju Jeno yang sempat ia pinjam, Renjun menghindari Jeno tentu saja. Ia selalu merasakan kekecewaan terhadap dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi orang yang pantas untuk Jeno, itulah kenapa ia tak diterima baik oleh salah satu anggota keluarga Jeno. Pikiran Renjun benar-benar terpaku akan hal itu.

"Renjun!" Soobin tersenyum begitu bertemu Renjun, ia juga bisa melihat Renjun yang balas tersenyum. Soobin senang melihatnya, tadinya ia pikir akan sulit melihat senyum indah itu lagi setelah kejadian tempo hari di kolam renang.

"Kau hendak kemana membawa paper bag?" Tunjuk Soobin pada tangan kanan Renjun.

"Aku ingin mengembalikan ini pada Jeno." Jawab Renjun, seketika itu pula Soobin teringat bahwa ia juga belum mengembalikan baju milik Jeno. Ah, dari kemarin padahal ia sudah mengatakan pada Jeno akan mengembalikannya hari ini.

"Jangan dulu dikembalikan, besok lagi saja ya?"

"Kenapa?" Renjun bertanya bingung.

"Besok saja pokoknya." Soobin hendak membujuk kembali Renjun, saat

Suara selain milik Soobin dan Renjun tiba-tiba terdengar. "Apa? Kau lupa lagi? Dan sengaja menyuruh Renjun mengembalikannya besok agar kau ada alasan bahwa Renjun juga belum mengembalikannya?" Jeno baru datang langsung bisa menebak tepat niat Soobin. Soobin berdecak kesal, sementara Renjun langsung mengulurkan tas tadi dan memberikannya pada Jeno.

"Ah, Jeno. Ini, maaf lama mengembalikannya."

Soobin sangat yakin bahwa apa yang ia lihat adalah bukan Renjun Jeno yang biasa ia lihat sehari-hari. Ia bisa merasakannya. Jeno yang menatap Renjun sendu, dengan Renjun yang menolak menatap Jeno.

Jeno meraih pergelangan tangan Renjun, setelah menerima barang yang Renjun berikan. "Renjun, berhenti menghindariku. Kau boleh menghindari kak Mark sesukamu, tapi tolong jangan seperti itu juga padaku."

"Aku kembali ke kelas." Renjun mencoba melepaskan tangan Jeno.

"Renjun, jangan seperti ini kumohon." Jeno sakit hati melihat Renjun yang kembali asing padanya, dan menolak sentuhannya.

"Jeno, aku yakin jika kak Mark melihat ini ia akan semakin membenciku." Renjun masih berusaha melepas tangan Jeno.

"Jangan pedulikan dia."

"Setelah kejadian tempo hari?" Kalimat ini cukup membuat Jeno terdiam, melepas pegangannya pada Renjun. Dan Renjun dengan cepat berjalan cepat pergi dari sana, begitu Jeno tak menahannya lagi.

Jeno hanya berdiri menatap lama punggung sempit Renjun yang semakin menjauh, lalu ia ingat masih ada Soobin disana. Jeno menoleh.

"Apa?" Tiba-tiba saja Jeno bertanya sinis, Soobin mengerutkan dahinya.

"Hubunganmu dengan Renjun baik-baik saja?" Soobin murni hanya bertanya untuk memastikan.

"Tentu saja." Jawab Jeno cepat, dan jawabannya berbeda sekali dengan apa yang Soobin lihat barusan.

"Kau akan mengatakannya pada Hyunjin, dan mendukungnya mendekati Renjun? Kuperingatkan kau dari sekarang Soobin, berani kau melakukannya. Aku akan menyeretmu ke dalam kolam dan menenggelamkanmu disana." Jeno menunjuk kolam ikan yang tak jauh dari koridor tempat mereka berdiri.

Setelah Jeno pergi, Soobin tertawa. Apa-apaan barusan, padahal ia hanya bertanya tanpa berniat apapun di baliknya. Kenapa Jeno begitu emosi padanya.

.
.
.

Renjun rindu Jeno, sangat. Tapi ia tak bisa berbuat apapun selain menghindari pemuda itu. Renjun hanya kembali menjadi orang yang menyimpan rasa untuk Jeno, tanpa bisa memiliki Jeno itu sendiri. Renjun terkekeh, mungkin memang sejak awal tak seharusnya ia dan Jeno bersama. Terlalu banyak orang-orang yang tak menyukai saat dirinya bersanding dengan Jeno. Seharusnya ia tau diri hanya dengan bisa melihat senyum Jeno saja, ia harus bersyukur.

Setiap hari Renjun selalu mengintip pesan yang Jeno kirim untuknya, dan Renjun menahan segala keinginan hatinya untuk membalas pesan itu. Bagaimana pun perasaannya pada Jeno masih begitu besar, sulit sekali rasanya mengabaikan Jeno. Bahkan tadi saat melihat keberadaan Jeno di dekatnya, Renjun nyaris tersenyum lebar saking senangnya bisa bertemu Jeno lagi. Kemarin juga saat Jeno menghalangi Kak Mark yang hendak mendekatinya, Renjun ingin memeluk Jeno erat. Ia benar-benar merindukan kekasihnya itu.

"Apa Kak Mark sudah pernah meminta maaf padamu?" Yangyang bertanya, setelah Renjun selesai menceritakan alasan ia dan Jeno berakhir.

"Ia selalu mengejarku setiap hari dengan permintaan maaf." Jawab Renjun.

"Untuk apa meminta maaf kalau tidak tulus."

"Itu dia, akhir-akhir ini aku terganggu dengan itu. Kak Mark justru terdengar putus asa, lagi pula aku belum pernah mendengarkannya dengan benar. Siapa tau dia memang tulus ingin meminta maaf." Renjun memainkan jarinya di atas meja.

"Kau tidak sedang mencoba menutup mata lagi kan, tolong jangan terlalu polos Renjun. Jujur pada dirimu sendiri, apa Kak Mark itu memang tulus ingin meminta maaf atau itu hanya harapanmu saja?"

"Yangyang, jika tidak serius untuk meminta maaf. Untuk apa kak Mark selalu berusaha berbicara padaku setiap harinya."

"Kau tidak takut ia berusaha mencelakaimu lagi?"

"Mungkin aku akan mendengarkannya lain kali disaat ada orang lain bersamaku. Aku tak akan berbicara dengannya sendirian, agar ia tak berani mencelakaiku." Meskipun begitu, Renjun tak yakin akan ucapannya sendiri karena saat di rumah Jeno pun sedang banyak orang. Tapi Mark tetap berani melakukannya.

Renjun hanya berharap bahwa kak Mark memang tulus untuk meminta maaf padanya.

Be There For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang