32. Sweet smile is back

11.4K 1.2K 16
                                    

"Haechan, kenapa tidur disana? Pulanglah. Bukankah besok kau ada jadwal tampil dengan tim vokal mu?" Tegur Renjun saat melihat Haechan bebenah di sofa panjang yang ada di ruangan tempat Renjun dirawat.

Sementara Mark tadi langsung pulang setelah memastikan Haechan sampai, Haechan juga menyuruh Mark menyampaikan kondisi Renjun pada Nyonya Lee. Yang hanya dibalas gumaman. Haechan harap dengan perkataannya tadi, cukup membuat Mark tak terlalu memperlihatkan ketidaksukaannya pada Renjun.

Mendengar itu membuat Haechan berdecak. "Renjun, dengan tidur disini tidak akan membuat suaraku menghilang. Aku akan tetap tampil besok, dan juga menemanimu disini."

"Tapi ada Jeno." Renjun tadi dengar sendiri bahwa Jeno akan menginap disini, dan saat tadi ia tak menjawab apapun. Padahal dalam hatinya ia senang karena ada yang menemaninya, tanpa harus meminta.

"Tidak apa, jika aku ketiduran kau bisa membangunkan Haechan jika membutuhkan sesuatu." Jeno yang dari tadi diam, menyahut. Haechan mengangguk mengiyakan, sementara Renjun hanya diam. Ia kembali mendiami Jeno, bahkan hingga Haechan sudah terlelap pun.

Renjun membuka matanya, ia belum tidur dari tadi. Ia sengaja memejamkan matanya untuk menghindari suasana canggung antara dirinya dan Jeno. Renjun pun sebenarnya tak mengerti kenapa jadi secanggung itu.
Ia melirik Jeno yang duduk di kursi samping ranjangnya, tangannya tak lepas menggenggam tangan Renjun. Punggung tegap Jeno bersandar pada sandaran kursi, matanya terpejam. Renjun yakin posisi itu tak nyaman, maka dengan perlahan ia menepuk tangan Jeno yang berada di genggamannya. Jeno dengan cepat membuka matanya, menatap Renjun khawatir.

"Kau perlu sesuatu?"

"Bukan." Renjun menggeleng pelan, lalu menggeser sedikit tubuhnya. Memperlihatkan space kosong di ranjang itu.

"Kau pasti akan pegal jika tidur seperti itu." Renjun menunjuk Jeno dengan jarinya, matanya tak berani menatap sang dominan.

"Tidak. Aku baik-baik saja."

Renjun menarik pelan tangan Jeno, menyuruh agar kekasihnya segera berbaring. "Badanmu akan sakit, sekarang cepat berbaring."

"Renjun,aku takut tidurmu tidak nyaman." Ujar Jeno, sungguh meskipun ranjangnya tak sekecil itu tapi ia tak mau membuat Renjun tidak tidur nyenyak karena tempat tidurnya jadi lebih sempit karena diisi berdua dengannya.

Renjun menarik paksa tangan Jeno, dan Jeno pun menuruti perkataan Renjun. Ia naik ke atas ranjang, tidur menyamping menghadap Renjun. "Kau baik-baik saja?"

Renjun mengangguk. Jeno menarik tubuh Renjun agar merapat dengan tubuhnya, ia tak mau Renjun jatuh. "Padahal aku tidak apa-apa tidur di kursi itu." Ujar Jeno, ia mengelus pelan punggung Renjun.

"Lehermu bisa patah." Gerutu Renjun, ia membalas rengkuhan Jeno. Jeno tersenyum membayangkan wajah kesal Renjun, tapi sekarang ia belum bisa melihatnya. Wajah Renjun tepat berada di depan dadanya, Jeno kesulitan untuk melihat rupa Renjun.

Lalu Jeno dapat merasakan Renjun yang bergerak dalam pelukannya, Jeno mengerutkan dahinya. Namun seketika itu pula ia terkekeh, Renjun mengusakkan kepalanya di dada Jeno. Menyamankan posisi tidurnya dalam pelukan Jeno.

"Sleep well, kitten." Jeno mengecup puncak kepala Renjun.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Be There For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang