38. Misconseption

10.7K 1.2K 25
                                    


Mark bisa melihat senyum senang yang muncul saat dirinya menyuruh Renjun dan Jeno duduk di dekatnya saat hendak makan, ia juga bisa menangkap mata yang berbinar milik Renjun saat Mark memberinya senyuman. Mungkin itu memang senyum tulus pertama darinya untuk Renjun, dan Mark ikut senang saat melihat respon Renjun terhadapnya. Renjun begitu polos, itulah kenapa Mark bisa membaca jelas apa yang terpancar dari pemuda mungil itu.

"Aku selesai." Haechan menyimpan sumpitnya di atas meja, punggungnya bersandar pada kursi.

"Kau sudah kenyang?" Mark yang duduk di sisi kanan Haechan bertanya.

Pemuda tan itu mengangguk. "Sudah. Setelah ini aku akan berenang dengan yang lain." Haechan menunjuk beberapa teman Jeno yang memang bermain air, dengan cuaca panas juga tersedianya kolam didepan mata jelas saja mereka langsung menceburkan diri ke dalam air. Tidak semua, hanya beberapa orang. Karena sebagian juga sudah pulang setelah perut mereka terisi.

"Renjun kau juga kan?" Haechan beralih pada Renjun yang duduk disisinya yang lain. Pemuda china itu terlihat baru selesai minum.

"Kau bisa berenang?" Mark bertanya pada Renjun.

"Bisa. Tapi aku tidak membawa baju ganti." Jawab Renjun pada pasangan itu.

"Tidak apa, pinjam punya Jeno saja." Kata Haechan, Mark ikut mengangguk.

Melihat itu perasaan Renjun menghangat, ia senang karena dari tadi Mark terus mengajaknya ikut terlibat dalam obrolan. Juga tak lupa senyum yang selalu terulas setiap bertatapan dengannya, Renjun benar-benar tak menyangka bahwa Mark akan menerimanya secepat ini.

"Kau mau berenang?" Tanya Jeno, yang dibalas gelengan oleh Renjun.

"Tidak."

Percuma sebenarnya Renjun menjawab itu, karena pada akhirnya ia tetap menceburkan diri ke dalam air. Mengikuti Haechan dan Jaemin yang sudah berada di kolam, tadi ia juga melihat Soobin yang sedang membujuk Jeno agar meminjamkan baju ganti padanya. Soobin ingin ikut bermain air, tapi ia lupa tidak membawa baju ganti. Ia mengancam Jeno agar melaporkan 'kepelitan' Jeno pada Nyonya Lee, yang dijawab Jeno. "Bilang saja, sana. Bajunya milikku, jadi terserahku ingin meminjamkannya atau tidak."

"Renjun, lihat? Kekasihmu pelit sekali. Padahal aku hanya meminjam, bukan meminta."

"Kenapa mengadu pada Renjun?" Jeno mengernyit.

"Biar saja! Aku akan membantu Hyunjin untuk merebut Renjun darimu." Soobin hendak menghampiri Hyunjin, namun teriakan Jeno menghentikannya juga membuat senyum senang terulas.

"Fine, kau boleh meminjam bajuku."

.
.
.

Kini Renjun berdiri di sisi kolam bersama Jaemin, sementara Haechan sedang mengadakan lomba renang bersama Mark. Ia menonton itu disana.

"Renjun, Kak Jaehyun bilang kau keluar dari taekwondo. benar?"

Renjun menoleh pada Jaemin yang barusan bertanya. Ia harus memutar otak untuk mengatakan alasan itu pada Jaemin. Karena tak mungkin ia mengatakan alasan sebenarnya pada Jaemin. "Sebelumnya aku ikut dua ekstrakurikuler, taekwondo dan lukis. Sekarang aku ingin ikut salah satunya saja, dan aku pilih lebih baik di kelas lukis."

"Ah, iya. Dulu Jeno juga pernah mengkhawatirkanmu karena mengikuti dua ekskul yang berlawanan. Ia takut tanganmu cedera saat mengikuti taekwondo, hingga membuatmu tak bisa melukis. Mengingatnya membuatku gemas, padahal itu sebelum kalian berpacaran. Tapi ia sudah—

Celotehan Jaemin berhenti, karena tiba-tiba kakinya ditarik dari dalam kolam. Membuatnya harus berenang menjauh dari orang yang sudah sering menjahilinya seperti ini. Mark. Kepala Jaemin menyembul saat berhasil melepaskan kakinya dari tangan Mark, ia mengusap wajahnya kasar. Juga menyugar rambutnya, saat sadar bahwa Renjun juga ikut terkena kejahilan Mark.

Jaemin menarik tangan Renjun dari dalam air, Renjun terlihat kesulitan bergerak. Apa Renjun tak bisa berenang? Tapi tadi Renjun bilang sendiri ia bisa berenang, dan jika Renjun tidak pandai berenangpun pemuda mungil itu tak mungkin bersikap ceroboh dengan memasuki kolam.

.
.
.

Renjun tersentak saat tiba-tiba sebuah tangan menarik kakinya dari bawah kolam, ia bisa merasakan air yang memasuki hidungnya. Ia berontak, pikirannya terlempar pada kejadian di danau beberapa minggu lalu. Ia merasakan tubuhnya melemas, matanya terpejam. Sesak sekali rasanya, dan apa sekarang ia akan mati? Sendirian? Tak adakah Jeno yang ingin menolongnya?

Jeno! Renjun sekarang ingat bahwa ia bukan sedang di danau, tapi di kolam rumah Jeno. Ia dengan takut membuka matanya di dalam air, dan menemukan wajah Mark di depannya. Apa Mark yang barusan menariknya kedalam air? Apa Mark juga sama seperti pemabuk tempo lalu yang mencoba menyakitinya? Pikiran Renjun kacau.

Renjun merasakan seseorang kini menariknya keluar dari air, Renjun terbatuk karena tadi air sempat masuk dalam mulutnya. Persis kejadian di danau. Renjun gemetar, kakinya lemas sekali. Segala yang ia rasakan saat ini membuatnya mengingat kejadian mengerikan kala itu. Renjun trauma akan itu.

"Renjun? Kau tak apa? Apa ada air yang masuk?"

Pertanyaan Jaemin tak Renjun hiraukan, ia kini menatap Mark dengan nanar. Susah payah ia berjalan menuju tangga kolam, dan naik. Mengabaikan Mark yang juga berteriak memanggilnya.

Kakinya lemas, tubuhnya bergetar. Juga air mata yang perlahan menuruni pipinya. Renjun takut. Ia berjalan masuk ke dalam rumah, dengan menunduk. Dan saat mendapati Jeno di depannya, ia segera memeluk Jeno. Menyampaikan ketakutannya, meminta perlindungan pada kekasihnya itu.

"Jeno." Renjun menenggelamkan wajahnya pada dada Jeno, menangis dalam pelukan itu. Tak peduli akan baju Jeno yang akan basah karenanya. Renjun butuh pelukan Jeno.

Sementara Jeno mengerutkan dahinya bingung, ia baru saja kembali dari kamar membawa handuk untuk Renjun. Dan dengan tiba-tiba ia melihat Renjun menangis.

"Ada apa?" Jeno mengelus punggung Renjun sayang, walaupun ia tak tau apa yang membuat kekasihnya gemetar ketakutan seperti ini. Jeno tetap mencoba menenangkan Renjun.

Renjun tak langsung menjawab, ia masih menangis sesegukan. Tangannya memeluk erat tubuh Jeno. "Aku ingin pulang." Ucapnya terbata.

"Okay, kita ganti dulu bajumu." Jeno mengajak Renjun menuju kamarnya.

"Pulang.." Renjun kembali bersuara saat Jeno hendak membawanya.

"Iya tapi bajumu basah, kau kedinginan." 

Jeno masih bingung akan sikap Renjun, bahkan saat sampai di kamarpun Renjun sulit sekali dilepaskan dari pelukannya. Renjun terus bergumam takut.

"Tidak ada apapun, aku disini. Renjun." Jeno berujar lembut, setelah itu Renjun mau melepas pelukannya.

"Jeno, jangan kemanapun." Pinta Renjun dengan suara serak. Ia berjalan lunglai menuju kamar mandi.

"Iya, aku akan menyiapkan bajumu."

Jeno menunggu Renjun tepat di depan pintu kamar mandi, takut terjadi hal buruk saat kekasihnya itu di kamar mandi. Dan Jeno berjengit kaget saat pintu itu dibuka secara tiba-tiba, dengan Renjun yang berteriak memanggil namanya.

"Jeno!"

"Kau mengagetkanku." Kata Jeno.

"Aku pikir kau meninggalkanku." Renjun pikir segala kejadian buruk dan mengerikan selalu menimpanya, disaat tak ada Jeno di sampingnya.

.
.
.

Mark masih berdiri di tengah kolam dengan kepala yang berisi akan bayangan Renjun yang barusan menatapnya pias, juga air mata yang bisa Mark tangkap keluar dari mata itu. Pemuda China yang baru akrab dengannya itu, terlihat ketakutan. Padahal, Ia tidak bermaksud buruk.

Be There For You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang