02

17 6 4
                                    

Let's enjoy the story~

***

Minggu-minggu ujian yang merepotkan menurut Arkan telah usai. Arkan menghabiskan hari Sabtu dengan kawan-kawannya dan berencana bermalas-malasan pada keesokan harinya. Namun hal itu hanya menjadi rencana semata. Sejak pagi tadi, ibunya sudah membangunkannya dan memaksa Arkan untuk menemaninya pergi ke pasar.

Suasana pasar di hari Minggu pagi itu cukup ramai dengan pembeli yang berlalu lalang sambil menenteng barang belanjanya. Alih-alih menemani ibunya, Arkan memilih untuk menunggu di luar karena tidak menyukai suasana di dalamnya kemudian berkeliling mencari sarapan.

Saat ini Arkan tengah menikmati bubur ayam yang terletak di seberang pasar sembari menunggu ibunya berbelanja bahan makanan. Tidak lama setelah Arkan menghabiskan suapan terakhir buburnya, smartphone-nya berdering.

Mama Calling...

Melihat nama ibunya tertera di layar handphone-nya, Arkan segera mengangkat panggilan masuk tersebut. "Hey, Ma. Udah selesai belanjanya?"

Kemudian terdengar suara omelan dari telepon. "Arkanzia! Kamu dimana? Mama udah ada di parkiran mobil. Bukannya nungguin mama di depan pasar malah ngilang. Ayo cepetan balik, banyak nih bawaannya".

Arkan meringis kecil mendengar rentetan kalimat yang dilontarkan ibunya. "Aku baru selesai makan bubur, Ma. Laper nungguin Mama. Nih langsung meluncur kesana" Arkan menjawab cepat lalu menutup teleponnya. Ia meneguk es teh manis yang tersisa kemudian segera membayar bubur ayamnya.

***

Seorang wanita paruh baya tengah berdiri di dekat mobil yang tengah ditinggal oleh pengemudinya. Ia ditemani dengan seorang gadis yang membantu membawakan setengah dari tas belanjanya. Setelah menaruh telepon genggamnya ke dalam tas, ia menoleh pada gadis itu dan menunjukkan raut wajah yang bersalah.

"Maaf ya, sayang. Tante jadi nggak enak ngerepotin kamu begini."

Gadis itu tersenyum tipis. "Gak apa-apa, Tante. Tadi aku liat Tante kesusahan bawa barang belanjanya dan kebetulan aku juga mau ke arah parkiran motor. Jadi sekalian aku bantu bawa belanjaannya" responnya santai.

"Andai Tante punya anak perempuan kayak kamu" Kamila menghela napas kemudian menggerutu kecil "Tante juga punya anak laki-laki. Kayaknya sih seumuran sama kamu. Tapi Anak Tante mah boro-boro mau masuk ke pasar, sekarang aja malah ngilang makan bubur."

Gadis itu hanya bisa tersenyum canggung. Tepat setelah mengatakan hal itu, anak laki-laki yang tengah dibicarakan melambaikan tangannya dari seberang jalan dan berjalan menuju dua perempuan tersebut.

"Pas banget anaknya muncul abis diomongin" kemudian gadis itu menoleh ke arah yang ditunjuk wanita paruh baya tersebut dan mencoba melihat anak yang dimaksud. Wajahnya tertutup topi baseball menyebabkan gadis itu tidak bisa melihat dengan jelas. Dirinya hanya tahu lelaki itu memiliki tubuh yang tinggi.

"Anak tante udah dateng nih. Kalau kamu mau pulang sekarang nggak apa-apa" Kamila kemudian berterima kasih pada gadis yang menurutnya sangat sopan dan baik hati tersebut sembari menyodorkan sekantong kue kepadanya sebagai tanda terima kasih.

"Wah nggak usah, Tante. Aku cuma bantu dikit aja kok" tolaknya halus. "Makasih banyak sebelumnya, Tan. Aku langsung pamit aja" Gadis itu sedikit menganggukan kepalanya untuk izin pulang.

***

Dari kejauhan Arkan melihat ibunya berbincang dengan seorang perempuan. Saat Arkan mendekati mereka, perempuan itu sudah berbalik arah sebelum Arkan bisa melihat dengan jelas wajahnya.

"Siapa itu, Ma?" tanya Arkan sesampainya di parkiran mobil sambil mengangkat barang belanjaan sang ibu ke dalam mobil. Kemudian ibunya tiba-tiba menjitak kepalanya dengan lumayan keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect CompanionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang