13 : Heboh

727 167 58
                                    

Tiga hari setelahnya, Aira berangkat ke sekolah dengan kehebohan sebagai sambutan.

"Aira ...!" teriak Gina dari kejauhan. Aira gak tahu Gina dapat kekuatan dari mana, yang jelas larinya secepat cheetah cuma buat ngajak Aira lari lagi.

Aira tentu aja kebingungan. Dia baru dateng dan langsung diajak olahraga naikin dua tangga.

Tapi begitu sampai di lantai tiga, Aira tahu alasan Gina seheboh ini karena apa.

"Anjir! Kak Saka!"

"Pacarnya si Aira itu bukan sih? Gue denger-denger katanya dia cakep, kenyataannya cakep banget anjir!"

"Tapi kok mepet cewe lain?"

Aira mendelik, buru-buru memecah kerumunan buat lihat apa yang terjadi di depan sana.

Begitu lihat, Aira melongo saking kagetnya.

Di depan sana ada Saka, berdiri tegap sementara di depannya ada empat siswi yang waktu itu dateng gangguin Aira.

Sekarang, Saka ada di depan ketua gengnya. Dia bersandar sama tembok dengan kepala yang deket sama muka lawan, pantes aja dibilang 'mepet'. Emang mepet banget!

"Kemaren lo pake raut muka kayak gini buat gangguin cewe gue?"

Aira mendelik sekali lagi. Dia gak percaya Saka bakal tanya begitu sama orang-orang yang ganggui dia kemarin.

Ini semakin mirip sama alur drama.

"Sa-Saka ... gue—"

"Iya, iya. Gue tau. Gak perlu ngomong lagi," sela Saka tanpa mau menunggu. Setelag itu,  raut wajahnya jadi bingung. "Ini kenapa pada nontonin?" tanya dia dengan raut gak habis pikir.

Iya, soalnya Saka gak lagi buka pameran. Kenapa harus sebanyak ini yang nonton?

Ini mah kayak acara di tv. Wayangnya bingung, penontonnya bingung.

Akhirnya Saka berhenti menatap empat perempuan itu dengan mata mengintimidasinya. Setelahnya, dia menghela napas sambil berkacak pinggang. "Males ih, banyak yang nonton," kata Saka dengan muka kesal.

"Malah asik kalau banyak yang nonton, Bang!" sahut Ikhsan, anteknya Saka.

Tapi tetap aja, Saka males kalau ditonton kayak lagi sirkus begini.

"Gue alergi keramaian," katanya sambil jalan, ninggalin mangsa-mangsanya.

Tapi sebelum pergi, Saka sempat berhenti. "Gue lupa kasih tau lagi. Ini terakhir kali gue bilangin langsung, ya ... gak usah sibuk ngurusin gue sama Aira," katanya sambil nengok. Muka psycho-nya kembali dan empat perempuan itu kayaknya belum diizinin untuk tenang.

"Gimana ya ... intinya, jangan jadi tetangga rese yang kerjanya ngurusin rumah tangga orang."

Setelah itu, Saka bener-bener pergi. Diikuti Ikhsan dan Wisnu di belakangnya.

"Bang ... kenapa harus pake 'rumah tangga' sih?" tanya Ikhsan yang sepertinya gak nyangka seorang Saka Sagara bakal memakai kosa kata itu.

Saka ngelirik ke kanan dengan raut bosan. "Gak tau, ngalir sendiri," jawabnya santai.

"Ya tapi kenapa harus pake itu sih, Bang? Bukan elo banget ...!" Wisnu menimpali. Saka udah gak peduli dan lanjut jalan lebih cepat.

Sementara Aira masih ada di tempat yang sama, berada di antara kerumunan itu tanpa Saka tahu kehadirannya.

"Ai, liat cowo lo tadi? Romantis banget anjir!" kata Gina dengan heboh. Kerumunan mulai bubar, dan herannya gak ada yang sadar kalau Aira ada di antara mereka.

VIVID : Park Seonghwa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang