26 : Long Time No See

673 146 86
                                    




Aira duduk merenung di kursinya, sambil memandang kosong ke arah jendela—di mana hujan rintik-rintik lagi berpesta membasahi tanah tempatnya berpijak. Cuaca mendung, cerahnya matahari seakan malu buat menampakkan diri dan membagi energi. Kebetulan, suasana hati Aira lagi kacau begini, suasana yang sempurna buat merenung lama.

Sampai Sephia dateng dan membuyarkan semuanya.

“Masih belum ada kabar?” tanya Sephia, sembari duduk di depan meja Aira setelah guru bener-bener keluar dari kelas mereka.

Aira sedikit terperanjat, kemudian dia ngelirik Sephia dan benda yang bertengger di ujung mejanya bergantian. Dia kemudian menggeleng sambil menghela napas berat. “Belum,” katanya, bahunya turun dengan lesu. “Gak ada yang kontak gue buat nanyain ini jaket.”

Terpaut tiga hari sudah jaket orang asing waktu itu tertahan di tangan Aira, itu karena dia yang tanpa sadar ngebiarin cowo itu pergi tanpa ngasih kembali jaketnya atau nanya identitasnya.

Aira gak kenal sama sekali sama orang itu, dan yakin kalau kemarin itu adalah kali pertama mereka ketemu. Yang Aira inget cuma bibir tipisnya, dagu yang agak tajem dan rambut hitam lurus yang sedikit panjang sampai nyentuh telinga. Kalau waktu itu sedikit aja cowo asing itu ngebuka topinya, Aira mungkin bisa ngeliat mukanya dan mengingatnya dengan baik.

Soalnya Aira yakin cowo kemarin itu punya paras yang rupawan, dan Aira paling jago yang namanya inget-inget muka cowo ganteng.

Tapi kayaknya, dia udah berpikir terlalu jauh deh ....

Sephia melirik Aira dengan sinis sambil mendesis samar. “Elo ini pengepul jaket orang apa gimana, sih!?” tanyanya dengan nada mencibir. Aira cuma mengendikkan bahu, gak tau. “Tapi yang gue tanyain bukan kabarnya jaket itu sih, tapi kabar Kak Saka.”

Sephia meluruskan kalimatnya, yang mana malah membuat Aira kembali diem dengan raut murung.

Rasanya kayak gak bisa ditolong lagi, kayaknya Aira memang bener-bener jatuh cinta sama Saka. Begitu pikir Sephia saat ini.

“Kok elo malah nanya ke gue? Gue harus nanya ke siapa dong?” balas Aira, balik nanya dengan muka yang bener-bener bingung. Pasalnya, dia juga gak tau kabar tentang Saka.

Bahkan setelah perundungan itu kembali terjadi sama dia, Saka gak lagi tiba-tiba masuk sekolah untuk ngelabrak mereka yang bully Aira. Dia masih bertahan entah di mana, gak ada kabar dan gak bisa dihubungi.

Aira bahkan sampai bertanya-tanya; sebenernya dia sama Saka itu satu semesta atau enggak, sih? Kenapa buat menghubungi aja sesulit ini? Bahkan ketika Aira udah minta tolong sama temen terdekatnya selevel Haris dan Yunan, gak ada yang berhasil buat mempertemukan kembali Aira sama Saka.

Padahal Aira yakin kalau Saka pun tau ada sesuatu yang penting yang harus Aira omongin sama dia.

“Kenapa gue ngerasa kayak Saka sengaja menjauh,” ucap Aira, sambil menaruh kepalanya ke atas meja dengan lemas. “Tapi untuk apa? Kalau memang dia bener-bener gak mau berhubungan lagi sama gue, seenggaknya gue harus ngelurusin hal yang udah gue bikin melenceng, 'kan?” dia ngelirik Sephia yang masih menatap dia dengan dingin.

Sephia merotasi matanya terus menghela napas singkat. Sambil melirik langin mendung yang semula Aira nikmati, dia nyeletuk begini, “Mungkin dia sengaja menghindar karena gak mau hubungan palsu ini lo akhirin.”

Ucapannya langsung membuat Aira mengangkat kepala secepat kilat. “Maksudlo?”

“Iya ... dia gak mau lo sama dia 'putus'.”

VIVID : Park Seonghwa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang