Tanubara-26: Bendera Persaingan

4.5K 788 187
                                    

MAAF YAA MAAF SEBULAN GAK UPDATE :(((

SOK SIBUK BANGET
MANUSIA SATU INI HIKS :(((

btw kalau ada typo kasih tau aku ya biar nanti aku perbaiki :)

***

SETELAH perdebatan antara Queen dan Bara seminggu lalu di depan rumah Queen, keduanya berubah menjadi asing. Selama satu minggu tidak ada panggilan cempreng Queen untuk Bara, tidak ada Bara yang selalu menanti Queen untuk pergi atau pulang sekolah bersama.

Meski sulit, Queen berusaha keras agar ia tak mempedulikan Bara lagi. Walaupun jelas, ini bertentangan dengan keinginannya.

Selama satu minggu, Diva selalu datang pagi-pagi ke rumah Bara. Menyapa Tante Melani, dan mengajak Bara untuk berangkat sekolah bersama-sama.

Tentu Bara tidak akan menolak, ia selalu mengiyakan ajakkan Diva dengan senyum kecil yang cukup lembut.

Senyuman yang cukup membuat Queen jengkel.

"Makasih Kak Bara udah anterin Diva," ucap Diva dengan suara cukup lantang, seakan ingin menarik perhatian semua siswa yang baru datang dan melewati parkiran. Termasuk menarik perhatian Queen, yang berdiri tidak jauh dari keduanya.

"Ya, sama-sama." Balas Bara sambil menepuk-nepuk pundak Diva.

Dengan perlakuan Bara, Diva tersenyum semakin lebar yang di balas senyuman juga oleh Bara. Lihat, kedua orang itu seakan sepasang burung yang sedang jatuh cinta.

"Pagi-pagi liat begituan, cuma bikin mata lo rusak."

Queen tersentak saat Alan datang dan langsung merangkul pundaknya.

"Alan, ngagetin Queen aja." Queen mengelus dadanya sambil melirik Alan kesal.

"Sorry," cengir Alan, membuat Queen menghela napas kecil.

Walaupun hubungan Queen dan Bara renggang, Alan justru hadir menemani Queen yang memang kesepian.

Seringkali Alan menunggu Queen pulang sekolah, atau mendatangi Queen ke kelasnya untuk pergi ke kantin.

Alan memang seperhatian itu pada Queen.

"Udah makan?" Tanya Alan pada Queen.

"Queen males makan di rumah," Jawab Queen sambil mencebikkan bibirnya.

"Gue udah duga lo belum makan, karena itu gue beliin lo bubur ayam" Alan mengangkat tangan kirinya yang menenteng kantung plastik berisi styrofoam tempat bubur ayam.

"Yakin buat Queen?"

"Yakinlah, bubur ayam tanpa kacang dan sambel terus di banyakkin kerupuknya, terakhir gak pakai seledri. Persis kesukaan lo." Alan tersenyum sombong, seakan bangga bisa tahu bubur ayam kesukaan Queen.

Queen tersenyum lebar, ia mengacungkan jempol pada Alan, "terbaik."

Selama satu minggu pula, Queen baru menyadari bahwa penampilan Alan nampak berbeda. Lelaki itu masih pakai kaca mata, hanya saja jika dulu kemeja sekolahnya dimasukkan kedalam celana, kini justru dibiarkan keluar begitu saja. Dasi yang biasa melingkar di lehernya pun hilang entah kemana.

Rambut hitam yang biasanya disisir rapi, kini terlihat sedikit berantakan. Kalau dulu tas hitamnya tampak begitu berat dengan berbagai buku di dalamnya, kini justru tampak begitu ringan dan hanya di sampirkan di satu bahunya.

Alan dulu sangat malu pada banyak perempuan, tapi kini terang-terangan merangkul pundak Queen depan banyak orang.

Terakhir, dari yang Queen dengar, hampir semua nilai mata pelajaran Alan, justru meningkat pesat. Mungkin dulu Alan masih berada di bawah Bara, tapi kini justru keduanya berada di level yang sama. Baik dalam segi penampilan, maupun tentang nilai mata pelajaran. 

TANUBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang