BAB 1

3 2 0
                                    


"Kau tahu? AN-TI-SO-SI-AL"



Pagi yang cerah diramaikan dengan kabar-kabar mengenai anak baru yang akan bersekolah di Orion National Highschool of Coarthwest, yang tak lain dan tak bukan adalah aku.

"Selamat pagi semuanya!" ucap Mrs. Maggie yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan kelas, diikuti diriku yang berdiri sedikit di belakangnya.

Suasana ramai mendadak sunyi setelah semua murid menyadari sesosok gadis asing di kelas mereka.

"Hari ini kita kedatangan seorang teman baru. Silakan perkenalkan dirimu."

Aku tersenyum ramah menyorot setiap murid di kelas.

"H-hai. Namaku.. Raclynne.. —Case." ucapku memperkenalkan diri dengan sedikit gugup.

"Ibu asuhku harus kembali ke kampungnya. Karena saat ini aku tinggal sendiri, ia menyekolahkanku di kota yang lebih besar, seperti di sini. Agar aku tidak merasa kesepian." lanjutku sambil menambahkan senyum hangat di bagian akhir.

"Senang berkenalan dengan kalian."

Seluruh kelas diam memperhatikan. Tak ada yang berkutik. Jujur saja, aku tidak terlalu menyukai wajah-wajah mereka. Sepertinya.. mereka bukan tipe teman yang baik.

Ah, sudahlah. Mungkin hanya perasaanku saja. Aku tidak boleh terlalu curigaan dengan orang yang belum kukenal bukan? Setelah beberapa hari, tentu aku akan terbiasa dan bisa beradaptasi dengan mereka.

"Baiklah. Terima kasih Raclynne. Kau bisa duduk di.. Uhm.." Mrs. Maggie sedikit berjinjit sambil mencari-cari apakah masih ada kursi kosong.

"Oh, di sebelah Arlon." sambil menunjuk sebuah kursi kosong di bagian agak belakang.

Aku segera melangkah menuju tempat yang ditunjuk Mrs. Maggie. Aku melihat sesosok anak laki-laki 'bersembunyi' dalam topi hoodie abu-abu yang dikenakannya.

Nampaknya anak itu, Arlon, tertidur.

Tanpa banyak berpikir, aku langsung meletakkan tas dan duduk di sebelahnya.


. . .


Pelajaran demi pelajaran berlalu hingga tibalah waktu istirahat. Semua siswa bergegas keluar kelas menuju kafetaria sekolah.

Aku bangkit dari tempat duduk seusai membereskan semua buku yang berserakkan di meja. Sekilas aku memperhatikan Arlon yang sejak pagi tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Aku sempat berpikir untuk membangunkannya dan mengingatkan bahwa jam istirahat telah tiba. Namun karena Meghan dan Cathlyn sudah menungguku di luar, aku mengurungkan niat tersebut.


. . .


Bel masuk berbunyi. Seluruh siswa kembali ke kelas. Begitu sampai di tempat dudukku, aku langsung menyadari pergerakan kecil yang dilakukan Arlon saat semua murid tidak di kelas.

"Tadi, dia tertidur membelakangiku. Sekarang, posisi badannya menghadap ke depan. Mungkin dia membawa bekal dan makan di kelas saat semuanya keluar." pikirku dalam hati.

Setidaknya itu cukup untuk mengyakinkanku bahwa orang di sebelahku ini tidak mati.

Pelajaran kembali dimulai sementara Arlon tetap asyik berkelana di dunia mimpi. Hal ini membuatku tidak bisa fokus. Perhatianku terpecah pada sang 'pangeran tidur'.

Sepintar apa dia sampai berani-beraninya tidur sepanjang pelajaran? Kalau mau tidur, lebih baik tidak usah sekolah saja. Pikirku.

Sekian menit berlalu. Aku sudah tak sanggup lagi menahan rasa kesal. Selain itu aku juga penasaran seperti apa wajah anak itu, karena sejak tadi yang kulihat hanyalah sesosok misterius di balik hoodie.

"Hey." panggilku sedikit menepuk siku Arlon.

Merasa terusik, ia bergeser ke kiri sejauh 1 cm.

"Kalau tidur terus nanti kau bisa ketinggalan pelajaran." lanjutku.

Anak laki-laki itu sedikit menoleh ke arahku, sebelum akhirnya kembali menelungkupkan wajah di atas kedua tangannya. Aku tetap belum bisa melihat wajahnya karena terhalang topi hoodie.

"Sudahlah.. Biarkan saja. Dia memang seperti itu." bisik Meghan yang duduk di sebelah kananku.

"Seperti itu?" tanyaku tidak paham, "Seperti itu bagaimana?"

Meghan menghela nafas sambil menyandarkan tubuh ke sandaran kursi.

"Yah, begitu lah.. Kau tahu?

AN - TI - SO - SI - AL "

Spontan aku mengernyitkan dahi, mengalihkan pandangan ke Arlon dan kembali menghadap Meghan.

What's Behind the HoodieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang