Happy reading...
°°°°
Di perpustakaan sekolah yang sepi terlihat seorang laki-laki dan gadis yang duduk berhadapan. Si gadis terlihat sangat asik berbicara, sedangkan si laki-laki hanya membaca sebuah buku.
"Kak Rafa kalo serius kayak gini jadi tambah ganteng deh," ucap gadis itu dengan mata yang berbinar senang.
Laki-laki yang dipanggil Rafa itu hanya diam tak berkutik. Mata elangnya masih fokus menatap buku yang ada di hadapannya. Jujur saja, menurutnya gadis ini sangat menggangu. Hadir bagai parasit yang merusak. Merusak keheningan yang sangat disukainya.
"Suara kak Rafa itu khas loh, aku senang banget kalau denger kak Rafa ngomong," pujinya, namun Rafa sama sekali tidak mendengarkan ocehan receh itu. "Kak Rafa kenapa diem aja?"
Rafa masih diam sembari menahan mulutnya agar tidak berkata kasar. Rasanya ingin sekali ia menjahit mulut gadis ini agar ocehannya tak lagi mengganggu. Ayolah, apa gadis ini buta? Rafa sedang belajar namun dia terus mengoceh. Apakah dia ingin Rafa mendapatkan nilai merah?
"Kak Rafa lagi baca apa sih? Sini dong aku mau lihat juga."
"Pergi!" Ucap Rafa penuh penekanan tanpa menoleh sedikitpun pada Keysha.
Keysha membeku seketika. Rafa memang hanya mengucapkan satu kata. Tapi kata itu mampu membuatnya merasa bagai ditikam ribuan kali. Laki-laki di hadapannya ini memang sangat dingin, bahkan terkesan tak mempunyai hati. Namun laki-laki ini pulalah yang berhasil merebut hatinya. Rasanya hanya Rafa-lah laki-laki yang ada di hidupnya. Wajar saja jika ia merasa begitu, karena sejak kecil Keysha tak pernah tahu siapa ayahnya.
"Apa kak Rafa tidak kesepian jika aku pergi?" tanya Keysha dengan mata yang terlihat sendu.
"Ya," jawab Rafa singkat, padat, dan tentunya sangat jelas.
Keysha menghela nafasnya kemudian tersenyum. "Baiklah, aku akan terus menemani kak Rafa sampai kak Rafa berhuban," ucapnya dengan semangat, namun Rafa tak mempedulikannya sedikit pun.
Akhirnya Rafa memilih untuk beranjak dari tempat duduknya. Memangnya kenapa kalau gadis ini tidak mau pergi? Bukankah dia punya kaki untuk meninggalkannya.
"Kak Rafa mau kemana?" Tanya gadis itu namun tak dihiraukan oleh Rafa.
•••
Keysha tersenyum tipis mengingat kenangan itu. Kini dia berada di perpustakaan dan duduk di tempat yang sama, yang berbeda hanyalah kini tak ada Rafa di hadapannya. Mengingat kenangan itu semakin membuat rindu dalam hati Keysha semakin bergejolak.
"Kak Rafa pergi kemana si?" tanya gadis itu entah pada siapa. "Kak Rafa kapan pulang? Keysha rindu."
Keysha menghembuskan nafasnya. Gadis itu lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju taman belakang sekolah.