8. penyesalan

1 0 0
                                    

" lu bolos yak?" Suara itu begitu nyaring dari arah bawah, siapa lagi kalau bukan Bulan.

"Jangan naik!" Jerit Amber ketika merasa suara langkah kaki Bulan mulai naik keatas.

Amber lebih dulu ke rumah pohon, setengah jam sebelum Bulan datang, padahal Amber di fase dimana ia ingin sendiri sekarang, namun kecerobohannya membuat Bulan menyadari kalau Amber ada di atas.

Yup, Amber selalu lupa membawa sandalnya ikut keatas.

"Kenapa si?" Tanya Bulan.

"Gue lagi pengen sendiri"

"Alah gegayaan Lo!" Celetuk Bulan.

"Serius"

"Bodo ah, gue keatas!" Pungkas Bulan langsung melangkah keatas.

"Biarin gue tolak lu kalo dah diatas!"

"Ntar, lu di penjara tolol"

Bukannya Bulan tak mau memberikan waktu untuk amber sendiri, akan tetapi Bulan hanya ingin berada disaat temannya merasa sedih dan juga bahagia.

"Ngeyel bet si" gerutu Amber ketika Bulan sudah sampai diatas, ia juga langsung membelakangi sahabatnya itu.

Bulan yang risih pun langsung mencoba membenarkan posisi Amber agar menghadapnya, tapi, ditahan oleh amber sendiri.

"Buset ih, lu kenapa dah?" Tanya Bulan.

"Gapapa" jawab Amber seadanya.

Bulan mencoba melirik wajah amber tapi tetap tak bisa karena gelap sangkin tak ada celah masuknya cahaya kedalam rumah pohon ini.

"Keknya lu kudu beli lampu dah, gelap ni pohon!" Saran Bulan.

Dibalas hanya anggukan dari Amber, dan masih membelakangi Bulan.

"Lu ga bisa bohong, jamet!" Sahut Bulan.

"Maksud Lo?"

"Gue tau Lo nangis, dari suara Lo ketahuan!"

"Engga"

"Yauda gue ga maksa kalo Lo ga mau cerita"

Lalu Amber membalikkan badannya menghadap Bulan, dengan wajah yang sudah membengkak karena tangisnya yang tak berhenti.

"Ceritain masalahnya apa"

"Gue uda lakuin kesalahan Lan,"
Dahi Bulan mengerut, tak paham maskud Amber.

"Gue uda ngelakuin fake relationship itu, dan failed Lan, malah ada masalah baru"

"Apa itu?"

"Partner gue-" Amber terdiam sejenak, dadanya sesak membahas ini lagi, namun ia harus melanjutkan cerita, " dia ngambil kesempatan dan mau ngelecehin gue-

"Wtf!" Pekik Bulan.

"Iya, dia peluk gue, paksa cium gue" ucapnya dengan terbata-bata, " tapi untungnya ada Dirga yang bantu gue dan besoknya disekolah ada yg fotoin gue dipeluk sama dia, dan sekarang gue dapat surat SPO"

"Gila tu orang, siapa si? biar gue kasih pelajaran!" Sungutnya

"Gausah, dan sekarang gue bingung gimana kasih tau ke mama gue"

"Iya juga si"

Hanya Bulan yang tau tabiat keluarga Amber, terutama mamanya amber yang gila kerja dari pagi ketemu pagi, dan se-tak perduli itu sang mama tentang kehidupan sekolah anaknya.

Bahkan si kecil, Aria, terabaikan.

"Jadi gimana?" Tanya Bulan lagi, " apa mau gue bantuin bilangin? Soal pelecehan itu dah ga toleransi lagi gue!"

"Yang itu uda gue lupain" kenapa pada kalimat ini Amber menunduk dan menarik nafasnya berat, seakan ia mencoba memendamnya bukan benar-benar melupakannya.

"Yaudalah, lu ngomong pelan-pelan ama mama lu"

"Iya Lan"

****


Amber,

Ma, teteh mau ngomong sama mama nanti malam, bisa pulang bentar ga?

Mama,

Ia mama usahain jam 10 pulang.

Dirumah, Amber acap kali melirik jam yang tergantung di dinding rumahnya, jam itu menunjukkan pukul 00.00

Sudah selarut ini pun si mama belum juga bisa menepati janjinya, sudah tiga jam lamanya ia berdiri-duduk kemudian berdiri lagi, sesekali melirik kearah luar jendela, hanya memastikan si mama pulang, namun, bahkan batang hidungnya saja belum terlihat.

Sampai akhirnya Amber memilih tidur disamping Aria, adik bungsunya, ia, yakin si mama tak akan menepati janjinya itu.

*
Besok paginya, ketika bude Amber sudah datang dan akan merawat adiknya, Amber pun pamit izin kesekolah, tapi tiba-tiba mobil Avanza putih baru saja memasuki pekarangan rumahnya, seseorang keluar dari dalam sana.

Amber kaget ternyata itu mamanya.

"Sayang maaf mama ga bisa datang tadi malam, kamu mau ngomong apa emang? Kita ngobrol didalam aja ya? Mama anterin sekalian"

Amber melirik seorang laki laki didalam mobil itu, "siapa lagi Ma?"

"Ohh, biasa, temen sayang!"

Tanpa berpikir panjang, ia pun mengiyakan ajakan mamanya, dan di dalam Amber memberikan surat panggilan itu pada mamanya.

"SPO?"

Amber mengangguk.

The True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang