Amber terkesiap ketika remukan kertas mengenai dirinya, ia melihat dari arah remukan itu dilempar, seseorang tengah menatapnya.
Dia Rani, salah satu teman dikelasnya yang tak ikut mengganggunya, dan kali ini Rani ingin duduk dekat amber.
"Boleh ga?" Dia berujar tanpa bersuara.
Amber mengangguk, kebetulan ia belum pernah dapat teman sebangku, ia pun memindahkan tas nya ke laci dan mempersilahkan Rani duduk disebelahnya.
"Uda mau satu semester disekolah dan gue ga tau kalau ada yang berani ngelawan kakak kelas kek elu hehehe" ujarnya mengagumi.
"Biasa aja si"
"Eh btw Lu di panggil ke ruang BK nanti pulang sekolah!"
"Ngapain?"
Rani mengedikkan bahu, "btw karna kasus lu kali"
Amber mengangguk mendengar itu,
"Oh iya, gue mulai besok di skors, dan ga akan di kelas ini lagi pas masuk, jadi percuma aja lu duduk sama gue satu hari doang"Rani menatap lekat Amber, "hmmm gapapa kan beda kelas doang bukan sekolah kita masih bisa kekantin bareng"
"Iya si"
Ketika bel pulang berbunyi, Amber lansung bergegas ke ruang BK, ia masih heran kenapa dia di panggil lagi.
Setelah disana, Amber malah semakin heran karena,
"Skors kamu di cabut, jadi besok bisa sekolah dan ga pindah kelas juga" ucap Bu Mirna
Pupil mata amber membesar, "serius Bu?"
"Iya, kamu ga jadi di skors dan ga jadi pindah kelas!" Jelas Bu Mirna.
"Alhamdulillah" pekik seseorang dari arah luar ruangan, membuat Bu Mirna dan amber kaget.
"Siapa itu diluar?" Tanya Bu Mirna
"Heheh, saya Bu, Rani" dia mengintip dari celah pintu.
"Emm tapi kenapa ya Bu?" Amber masih heran.
"Saya salah sangka sama kamu amber, ada yang baik yang ngasih tau saya tapi dia ga mau di kasih tau namanya"
"Maksudnya Bu?"
"kamu di lecehin sama Adit dan teman temannya kan? Saya uda liat bukti-bukti nya kok"
Amber tertegun mendengar ucapan Bu Mirna, ia menundukkan wajahnya lalu mengangguk, Bu Mirna mendekati Amber lalu memeluknya.
"Maafin ibu ya, nak, kamu belakangan ini ngalamin masalah yang besar" sambil mengelus elus punggung Amber.
"Bu!" Rani nyelonong masuk, hal itu membuat Bu Mirna dan amber kaget.
Bu Mirna melepas pelukannya, lalu menatap kesal ke arah Rani,
"ada apa si kamu ini?"Gara gara rumor ga jelas itu, sahabat saya" ucap Rani mendekati Amber, memeluknya, " dia di bully sama teman-teman yang lain Bu! Tolong bersihkan nama teman saya!"
Bu Mirna menoleh ke arah amber, memegang kedua bahunya, "benar amber?"
Amber mengangguk lagi,
"Astaga, kamu mau orang yang ngapain kamu dikasih pelajaran?"
"Gausah Bu, yg namanya pembully pasti susah Bu, lebih baik bersihkan nama saya aja" pinta amber.
"Baik, nak"
"Yeeeee" girang Rani sambil memeluk Amber, sedangkan yang dipeluk merasa canggung karena mengingat mereka baru saja akrab tapi melihat Rani membantunya speak up tentang bullying yang menimpanya membuat amber senang ada yang di pihaknya.
Lalu siapa orang baik yang dimaksud Bu Mirna itu, tiba-tiba wajah amber kembali berubah murung, dan Bu Mirna peka akan hal itu.
"Kalau kamu mau tau siapa orang nya, ibu kasih tau aja nama belakangnya ya, Wijaya Kesuma" ucap Bu Mirna lalu menyuruh mereka kembali pulang.
****
Matahari saat pagi itu tengah terik-teriknya, berasa tak jauh dari kepala membuat siapapun mengeluh saat ada kegiatan di tengah panas yang begitu terik.
Semua murid menatap jengah, wajah kesal dan raut kelaparan tersirat jelas, ada yang benar-benar mau pingsan ada yang berpura-pura sakit agar dibawa ke UKS dan ga mengikuti upacara.
Kali ini upacara tengah berlangsung di SMA swasta abadi, dan sekarang pada tahap akhir, ada pengumuman tentang kandidat pencalonan OSIS setiap kelasnya tapi sebelum itu Bu Mirna mengambil alih bicara.
Ia menjelaskan bahwa belakangan ini dirinya mendapat laporan ada pembullyan disekolah tercinta ini,
"Sebelumnya saya dengar ada rumor tentang siswi di kelas favorit yang aib nya di perlihatkan dengan jelas di mading sekolah, lalu semua berasumsi kalau siswi itu murahan, semua kata sarkas berbondong-bondong menimpanya"
Semua siswa yang mendengar itu sontak terdiam dan mendengarkan dengan seksama.
"Kalian mudah sekali terprovokasi rumor hoax, rumor yang beredar di kalian jauh dari fakta, saya sebagai guru BK mendengar dari dua sisi, sisi kedua lebih masuk akal menjelaskan dan juga ada barang bukti, jadi saya harap jangan ada yang membully siswi tersebut lagi, jangan jadi penghakim kalau masih minta uang jajan Ama orang tua, paham?"
Semua murid mengangguk, Amber yang berada di ruang UKS bersama Rani pun ikut tersenyum.
Batu yang mengganjal itu sudah tak ada lagi, Amber bisa perlahan kembali bernafas, dan lebih fokus belajar, tapi tiba-tiba Rani,
"Eh lu denger deh benar-benar" kata Rani.
"Denger apaan?"
"Nama kandidat OSIS"
"Ga penting!"
Rani mendengus kesal, "bukan itu, lu penasaran ga si sama si Wijaya Kesuma itu!"
Pupil mata Amber membesar mendengar nama itu, ia pun langsung memfokuskan telinganya untuk mendengar nama para kandidat osis.
Dan jantung nya berdetak hebat ketika ia mendengar pemilik nama belakang dari Wijaya kesuma itu, bahkan kepala sekolah mengucap sekali lagi nama tersebut.
Dirga wijaya Kesuma
*
*
*Deg! Kenapa Lo sih?
Lo kenapa baik banget sama gue?
Bahkan gue belum minta maaf Ama Lo.
Lo kenapa ga mau jujur Uda nolongin gue?
Kenapa Lo ngehindar sekarang?
Gue jahat ya?****
Maaf, author harus off dulu seminggu. Sampai bertemu dengan Minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Love
Teen Fiction"lu harusnya biarin aja gue dilecehin! Gue ga mau kenal lu lagi!" Teriak Amber setengah menangis pada Dirga, si kakak seniornya. ... Kisah benang merah yang mengikat mereka, dari awal yang tak terduga hingga benar-benar percaya bahwa keberadaan cint...