Tentang ibunya ...
•••
Sukuna menopang dagunya dengan malas di atas genteng. Dia merasa bosan, ditambah siang ini sangat panas. Membuat suasana hatinya semakin buruk.
"Papa? Papa dimana?"
Suara seorang gadis terdengar. Sukuna sedikit mengintip ke bawah, dimana gadis berusia tiga belas tahun tengah celingukan mencari dirinya.
"Apa?"
Mendengar sahutan, gadis itu menenggdah.
"Pa! Ayo turun!"
"Malas."
"Di atas kan lebih panas ... "
"Hm."
(Name) memanyunkan bibirnya.
"Pa, ini ulang tahun (Name)," gumamnya. Sukuna yang mendengar samar menaikkan alisnya.
"Terus?"
Sang gadis menenggadah.
"Temenin (Name) yuk! Tidak keluar hutan juga tak masalah. Biar kita jadi tarzan berkelas."
"Stres!"
Sukuna mendesis.
"Iya, kayak Papanya."
•••
(Name) sudah bukan anak berumur lima tahun lagi yang kalau jalan minta digendong. Ia kini berjalan di belakang Sukuna. Sesekali bersenandung pelan.
Kakinya tak memakai alas kaki, sama seperti sang ayah.
Namun alasan mereka berbeda.
Kalau Sukuna mah, dia miskin. Gak ada uang buat beli sendal lima ribuan. Kalau (Name), sendal jepitnya jebol gara-gara dipake gebukin ayahnya.
"Papa, apa gak bosan di rumah terus?" gadis itu memperhatikan sekelilingnya. "Atau cuma jalan-jalan di hutan gini."
Sukuna mengabaikannya. Kedua tangan bersembunyi dibalik lengan kimono. Wajahnya datar, tidak ikhlas berjalan-jalan di bawah sinar matahari terik. Mana gak pake sunscreen.
Kemudian, pria—kutukan— itu membalikkan tubuhnya, menatap (Name) yang berjalan selambat siput.
"Hei beban keluarga, bisa dipercepat jalannya?"
(Name) menayunkan bibirnya.
"Papa jahat!"
Sukuna mengabaikan itu. Kali ini mereka berjalan berdampingan. Awalnya sepi, hingga (Name) membuka mulutnya.
"Pa ... (Name) boleh nanya?"
"Kagak."
"IH KOK GITU?!"
Kutukan dengan surai merah muda memutar bola matanya jengah.
"Ya tinggal tanya, susah amat."
"Pa, Mama (Name) ... mana?"
Wajah gadis itu berubah murung. Sukuna menghentikan langkahnya. Ia menoleh, menatap sang anak yang menunduk. Wajahnya kurang terlihat dengan jelas.
"Ibumu sudah mokad."
"Pa!"
Sang anak menenggadah, menatap ayahnya yang tidak punya akhlak barang sedikitpun. Kirain bakal dipuk-puk atau dihibur.
"Papa kok gitu?!" bentak (Name).
Sukuna menghela napas sebelum akhirnya mengedarkan pandangan. Kemudian, ia menarik sang anak dan menunjuk ke arah hewan jauh di depannya.
"Kau lihat itu?"
(Name) mengangguk. Itu adalah babi hutan.
"Iya, terus kenapa Pa?"
Sukuna mengangguk dengan senyum senang. Kemudian, kutukan itu melipat tangannya.
"Nah, itu ibumu. Soalnya kau anak pungut."
Satu detik kemudian, telinga Sukuna banjir darah.
•••
Omake
"Bentar, kalau babi itu ibu (Name), berarti ... Papa juga ... ?"
"HEH, GAK GITU!"
"Ah, Tante Nobara ... ternyata Papaku adalah ... "
"(NAME)!"
... kujawab seadanya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐏𝐀! ryomen
Fanfiction博 ryomen sukuna 客 ━━━━━━━━━━━━━━━ ❝ kenapa papaku berbeda? ❞ ━━━━━━━━━━━━━━━ !ુ 𝙒𝘼𝙍𝙉𝙄𝙉𝙂 !ુ ⩩ nonbaku, ooc! ⩩ 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 © 𝐆𝐞𝐠𝐞 𝐀𝐤𝐮𝐭𝐚𝐦𝐢 start ➛ January 14 2021 finish ➛ July 14 2021 ──̥˚ © 𝟐...