[4/10]

7.4K 1.4K 304
                                    

Kadang (Name) itu ...

•••

Entah mengapa Sukuna merasa lega. Selain Nobara yang sudah pergi—dan ia bisa kembali tenang— anaknya kini sudah sembuh total. Meski bertubuh lemah, ternyata kemampuan memulihkan dirinya cukup bagus. Lihat, hanya dalam kurun waktu sehari, demam parahnya sudah sembuh begitu saja!

Sukuna merasa bosan. Ia bertopang dagu seraya memperhatikan barisan semut di bawah pohon. Jaraknya satu meter dengan tempatnya duduk.

Iseng, ia membunuh satu.

Rasa bosannya tak kunjung sirna. Hingga akhirnya ia menghela napas dan sadar—bahwa sudah semua ia bunuh, menyisakan barisan mayat semut yang bahkan tak terlihat dengan jelas dari jauh.

"Papa?"

Suara anak kecil berusia kisaran lima tahun memanggil. Sukuna menoleh.

"Mau jalan-jalan?"

Terdiam sejenak, Sukuna mengangguk seraya membatin, "sepertinya tak akan buruk juga."

•••

Keduanya berjalan di sekitar hutan. Karena masih sore, tak begitu gelap. Tak panas juga sebab udaranya begitu sejuk.

(Name) dalam gendongannya entah mengapa senang sekali menyembunyikan wajah di ceruk lehernya. Kemudian, dia menghirup aroma tubuh Sukuna dan tersenyum manis.

Jujur saja, Sukuna menyukai senyumnya meski yang ia katakan adalah,

"Berhenti tersenyum, mukamu jadi jelek."

"Kan aku anak Papa."

"Terus?"

"Kalau aku jelek, Papa juga jelek dong?"

Sukuna terdiam sejenak. Benar juga sih. Tapi dari mana anaknya belajar bicara seperti ini?

Jelas dari dialah, hahaha.

Malas berdebat, Sukuna mengalihkan pembicaraan.

"Kau sedang apa sih? Segitu sukanya aroma tubuhku? Huh?"

Mengangguk kecil, gadis itu nampak begitu imut.

"Memang baunya seperti apa?"

"Tanah."

"Huh?"

"Bau tanah."

"Maksudmu?"

"Kan dah tua, bau tanah jadinya. Wkwk—

"..."

"..."

Plak!

"Anak durhaka."

Omake

"Pa, gendong!"

"Jalan sendiri."

"Pa! Kok marah?"

"Gak marah. Sana jalan sendiri. Punya kaki kan?"

"IH, PAPA KOK MARAH???"

"SIAPA YANG MARAH?!"

"ITU APA?!"

"GAK USAH NGEGAS, DOSA!"

"EMANG KUTUKAN PEDULI DOSA?"

"GAK TAU!"

"PA, KENAPA MARAH SIH—"

"Suruh siapa ngomong gitu."

... menyebalkan. Ketularan si bocah rambut coklat sepertinya.

𝐏𝐀𝐏𝐀! ryomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang