[5/10]

7.4K 1.3K 94
                                    

Hari itu ...

•••

Sukuna tersenyum penuh arti. Menatap Megumi yang memasang wajah jijik, Sukuna menaik-turunkan alisnya.

"Apa?" tanya Megumi. Pasalnya, ia merasa terganggu dengan Sukuna yang tetiba datang kemudian menghancurkan hari damai nan tenangnya.

"Apanya yang apa?" tanya Sukuna balik.

"Gak jelas," gumam Megumi.

Sukuna tak merasa tersinggung atau apa. Hanya terdiam menatap Megumi dengan senyuman anehnya.

"Fushigu— "

Sukuna terdiam. Mendadak, firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk terjadi.

Sukuna dengan cepat berdiri.

"Ada apa?"

"Aku harus pergi. Ada urusan penting. Nanti aku datang lagi."

Dan dengan begitu, Sukuna pergi dengan entengnya.

Mirip jailangkung dia.

"Tung— haish, baru saja mau bilang jangan datang lagi."

•••

"Firasat apa ini? (Name) kah?"

Sukuna tidak paham. Padahal (Name) hanyalah makhluk lemah. Mengapa ia harus peduli— tunggu, apa sekarang dia sedang peduli? Khawatir?

Menggeleng kencang, Sukuna kembali mencari keberadaan anaknya.

"Cih, mana mungkin aku peduli. Nanti kalau dia mati aku bisa bosan kan— eh?"

Menyipitkan mata, Sukuna melihat anaknya yang tengah berlari dari manusia— oh, setelah diamati, tampaknya manusia itu adalah penyihir. Sepertinya sukuna lupa bahwa anaknya setengah kutukan.

Sukuna menyeringai. Berlari, kemudian dengan cepat menjulurkan tangan. Kuku-kukunya bertambah panjang. Ia melesat dengan cepat, memotong kepala sang penyihir dalam sekejap mata.

(Name) oleng. Hendak terjatuh, Sukuna dengan cepat menangkapnya. Menggendong sang anak kemudian tersenyum sinis.

"Membunuh manusia lemah itu saja tak bisa, huh?"

(Name) mengerjap perlahan. Sedetik kemuian, ia mendengus sebal kemudian mengalihkan wajahnya.

"Huh! A-aku kan belum sekuat dirimu ... Papa!"

Omake

"Papa?"

"Apa?"

"Mayat itu ... diapakan?"

"..."

"..."

"Kasih makan binatang."

"Hah?"

... buruk.

𝐏𝐀𝐏𝐀! ryomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang