06. Lari Pagi

1.3K 259 7
                                    

Di pagi buta Sunoo sudah bangun dan berniat untuk lari pagi. Padahal biasanya ia tidak pernah suka berolahraga, dalam kamusnya olahraga benar-benar bukan suatu kegiatan yang menyenangkan. Tetapi daripada mendapat omelan di pagi hari dari sang ibu karena nilainya turun, lebih baik Sunoo pergi dari rumah dengan alasan berolah raga.

Kebetulan hari ini libur.

Ia hanya lari beberapa komplek dari rumah, tak begitu jauh tapi keringat sudah bercucuran. Hal inilah yang paling tidak disukai Sunoo, rasa lengket dan bau asam sangat menganggu. Karena olahraga juga ia merasa lelah dan pegal, efek jarang sekali berolah raga membuatnya terasa kesakitan bukan merasa segar.

Sunoo berhenti sebentar dan duduk di kursi tangan sambil minum sebotol air mineral dan juga mengelap peluh di sekitar wajahnya dengan handuk yang dibawa.

"Yah... Abis," ujar Sunoo ketika menyadari air minumnya telah habis.

Terkejut bukan main, seseorang di belakang Sunoo menyodorkan satu botol air minum yang masih minum. Karena tak kunjung juga menerima air minum yang ditawarkan, lelaki itu kemudian berkata, "Tenang, air minumnya aman kok. Saya gak naro racun ataupun hal jahat lainnya."

"Bukan gitu, cuma terkejut aja." Sunoo membalas lantas mengambil minuman yang telah diberikan padanya. "Terima kasih."

"Sama-sama."

Di tengah keterdiaman, lelaki itu lagi-lagi memandang Sunoo membuat Sunoo yang dipandang merasa gugup.

"Kayaknya saya pernah liat kamu deh sebelumnya," katanya.

"Ah... Di mana, ya?"

Lelaki itu terdiam dan mulai berpikir, mengingat-ngingat di tempat mana ia bertemu dengan lelaki manis yang tampak tak asing baginya. Seketika ia tersadar, "Kamu mahasiswa baru Universitas Belift kan? Jurusan Fakultas Perternakan."

"Iya, kok bisa tahu? Mahasiswa Belift juga?" tanya balik Sunoo.

"Saya Heeseung, mahasiswa tingkat 3 Fakultas Ekonomi. Saya ikut senat juga makannya tahu kamu, soalnya pernah liat kamu waktu acara ospek."

"Oh yaampun maaf kak, aku gak tahu."

"Hehe gak papa kok."

Heeseung di mata Sunoo adalah pria yang baik dan juga dewasa, lelaki dengan mata bulat dan bersinar yang saat ini bersamanya adalah lelaki paling ramah yang pernah ia temui selain ayahnya sendiri. Bagaimana tidak, mereka belum mengenal lama tapi Heeseung teramat baik padanya. Selain memberikan minum dan juga mengajak berbincang, Heeseung mengantarkannya pulang.

Kurang baik apalagi coba?

Bahkan keesokan paginya, saat mereka bertemu kembali. Heeseung tersenyum manis menyapanya.

"Kamu kenal kak Heeseung, Noo?" tanya Hueningkai semangat.

"Kemarin ketemu di taman deket rumah, aku juga baru tahu kalau kak Heeseung itu kakak tingkat sekaligus anggota senat. Dia baik ya."

"Noo, tahu gak kak Heeseung itu cowok paling populer di kampus, orang yang suka sama dia dan nyoba deketin dia tuh banyak banget cuman ya kebanyakan sering di tolak. Jarang banget loh kak Heeseung ngajak kenalan duluan, kamu beruntung banget Noo."

Sunoo terdiam, memikirkan sebegitu beruntungnya dia (?)

Sebelum memasuki kelas, langkah Sunoo terhenti ketika Jay menyapanya, "Noo, pagi."

"Pagi."

"Sebelumnya gue mau minta maaf, sekaligus mau ngajak lo pulang bareng. Bisa, kan? Sebagai tanda terima kasih gue soalnya udah nyelametin kemarin."

Sunoo tersenyum canggung. "Gimana ya, aku gak bisa."

"Kenapa?"

"Selesai kelas aku ada kegiatan di klub fotografi."

"Oh gitu, yaudah kalau gitu nanti aku ikut aja sambil nunggu."

"Gausah, lama loh kegiatannya."

"Gak papa."

Sedari tadi Hueningkai yang hanya diam memperhatian mulai terlihat bingung. Setelah Jay pergi barulah ia berani bertanya pada Sunoo, "Kalian keliatan deket banget padahal, kamu gak takut apa sama dia? Keliatannya aja dia sangar banget."

"Aslinya gak sangar-sangar amat sih, dia juga pernah merajuk kok."

"Beneran?"

Seketika saja Sunoo tersadar, ia menutup mulutnya cukup terkejut dengan perkataan yang keluar tenyang Jay. Jika lelaki itu sampai mendengar Sunoo membuka aib, fatal. Jay akan kembali membencinya dan melakukan sesuatu yang lebih kejam.

"Enggak kok, tadi aku cuma asal ngomong aja. Mending kita ke kelas aja, yuk!"

***

"Mana duit lo!" ujar Jay

Lelaki yang tengah ditahan oleh kedua teman Jay, ketakutan setengah mati. "G-gak punya, kak."

"Geledah bajunya!" titah Jay pada teman-temannya.

"Jan-jangan kak."

BRUK

Pintu dibuka paksa, pelakunya adalah Sunoo. Kedua matanya sudah berang. Ia berjalan cepat menghampiri Jay. "Berhenti! Jay udah dong, kasian."

Anak lelaki tadi yang dirundung oleh Jay dengan cepat mengambil kesempatan untuk berlari pergi.

"Lo liat 'kan, mangsa gue udah pergi. Lo harus tanggung jawab," ujar Jay pada Sunoo.

Kata bertanggung jawab di sini benar-benar berbahaya. Kedua teman Jay saja sudah berancang-ancang untuk pergi karena detik kemudian Jay sudah menarik pinggang Sunoo mendekat padanya.

Sementara Sunoo sendiri sudah pasrah ketika Jay mencium bibirnya.

Hal seperti ini telah terjadi lebih dari tiga kali. Setiap kali Sunoo menghentikan aksi Jay, maka ia harus menuruti keinginan Jay untuk menciumnya.

Mencium Kim Sunwoo adalah sebuah candu bagi Jay. Berawal dari ketidak-sengajaan kini justru menjadi hal yang paling disukainya. Semenjak Sunoo selalu pasrah setiap kali dicium olehnya karena mengagalkan aksi perundungan yang Jay lakukan, semenjak itu pula Jay menjadi lebih sering merundung siswa lemah lainnya di sekolah.

Semata-mata agar Sunoo mengagalkannya.

Sunoo mendorong dada bidang Jay hingga ciuman terlepas. "Aku mau ke kelas."

"Nanti aja dulu, gue belum puas."

Jay hendak kembali akan mencium Sunoo tetapi dengan cepat mulut Jay ditutup oleh tangan Sunoo. "Hari ini pelajaran, Bu Jang. Dia bisa curiga kalau sampai bibirku merah dan bengkak."

"Yaudah, lo gak perlu masuk kelas. Bolos aja."

"Gak mau."

Menekuk wajahnya, Jay tampak bermuka masam. Ekspresi ini terlihat lucu sebetulnya jika dilihat-lihat lebih baik, hanya saja Sunoo terlalu malas untuk meladeni Jay yang menyebalkan.

Mantan | JakeNoo ft. JayNoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang