Bab 18

6.9K 678 102
                                    

2 hari setelah liburan.

Dimas pulang ke rumah orang tua nya. Dia memaksa duduk di tengah antara mami dan papinya. Mau tak mau Aline dan Nares menggeser pantatnya.

"Uda makan dek?" Tanya Aline.

"Uda mi. Papi sama mami nggak ada acara keluar?"

"Nggak! Kamu mau ngajak kita keluar?" Tanya Nares.

"Kita ke rumah Saras yuk!" Ajak Dimas.

"Ngapain? Baru kemarin kita liburan bareng... " Ucap Aline.

Dengan santai, Dimas merogoh kantong celananya. Lalu ia mengeluarkan kotak kecil, dan membuka nya. Ternyata berisi cincin.

"Kamu apain Saras waktu di hotel?! Kamu jangan bohong!" Tanya Mami dan menatap tajam mata anaknya.

"Yang pasti dia masih perawan Mi. Makanya Dimas ajak mami papi ke rumah dia.
Dimas takut kalo kita lepas kontrol."

"Dek, nikah bukan cuma kontrol nafsu aja. Ada banyak masalah setelah pernikahan.

Yang bikin kami kuatir, kamu itu manja sama egoisnya bikin kita ngelus dada. Uda sering kita ingetin. Klo kamu sifatmu nggak berubah, kira-kira Saras kuat apa nggak?!

Kayak sekarang ini!
Kemarin dengan gampangnya kamu ngusir dia.
Sekarang datang nggak ngasih kabar, ujug-ujug ngajak ngelamar dia....
Lha terus kita kesana nggak bawa apa-apa?! Ya malu....." Kini Nares bersuara.

Dimas hanya terdiam mendengar ocehan papinya, karena memang benar.

"Emang Saras tau kalo kita mau kesana?" Tanya mami.

"Ya belum Mi. Kemarin Dimas pesen cincin, hari ini ambil, langsung mikir. Kenapa nggak sekarang aja?"

"Sejak kapan kepikiran pesen cincin?" Aline menginterogasi anaknya.

"Waktu liburan kemarin, kita sempat ngobrol masalah tentang pernikahan. Niat Dimas mau nyicil cincin dulu. Tapi klo langsung di pake orangnya nggak papa kan mi?" Kalimat Dimas seolah memaksa agar mereka segera ke rumah Saras.

"Kalo kesana sekarang, keluarga yang lain gimana? Mereka juga nggak siap." Kata Aline.

"Memang Dimas sengaja cuma ngajak papi mami. Nggak usah keluarga besar.
Mami sama papi tau kondisi Saras gimana.
Semakin banyak orang yang kita bawa, mereka semakin repot, dan biaya yang mereka keluarkan makin banyak. Kasian Mi....
Nanti aja klo ijab, semua ikut."

"Gimana ini pi?" Aline memandang suaminya.

Nares melihat Dimas dan menghela nafas.

"Ya mau gimana lagi Lin! Daripada dia nggak bisa tidur..... " Jawaban Nares membuat Dimas tersenyum.

"Makasih ya pi... "

"Jangan kayak gini lagi dek! Papi nggak mau!" Kata papi lagi.

Dimas hanya mengacungkan jempolnya dan menyengir.

"Ya uda, mami siap-siap dulu. Kamu telpon Saras, biar mereka siap-siap juga.
Ntar mereka kaget... "

"Dimas telpon Ayu dulu ya Pi.... " Pamit Dimas bangkit dari sofa.
Nares pun mengikuti istrinya.

Dimas menghubungi Saras, mereka pun berbalas salam.

Dimas : Ay, aku mau ke rumah....

Saras : Tumben! Sekarang bukan hari Sabtu...

Dimas : emang kalo hari gini ada laki-laki lain yang main ke situ ya?

Saras : bukan gitu mas. Mas kan capek....pulang kerja. Kalo mau ke sini sekarang ya nggak papa

#8 MELETAKKAN HATI (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang