Bab 28

5K 600 48
                                    

Hari telah berlalu.

Belum ada perubahan yang signifikan dari tubuh istri Dimas, hanya sedikit berisi.
Saras juga belum mengalami apa yang di katakan ngidam.
Karena menurut Dimas, menu dan pola makan istrinya biasa saja.

Perubahan yang terlihat adalah Saras lebih sering ngemil dari hari-hari sebelumnya. Buah, keripik atau apapun. Yang penting dia mengunyah.
Aline juga belum memberitahu keluarga yang lain.

"Ay, nanti aku ada meet up sama pak Febian. Dia salah satu investor di sini." Kata Dimas saat mereka menuju ke kantor.

"Jam berapa?" Tanya Saras sambil mengunyah buah apel.

"Sekitar jam makan siang."

"Dimana?" Tanya Saras lagi.

"Masih belum tau. Soalnya dia keliling. Ntar aku di WA. Kamu nggak papa kan makan siang sendiri?"

"Aku sich nggak papa. Mas nggak papa makan sendiri? nggak ada yang suapin?"
Kalimat yang dilontarkan Saras, membuat Dimas terkekeh.

"Atau kamu mau ikut? " Dimas menawari istrinya.

"Nggak ah! Aku di kantor aja.. "

"Ya udah, ntar kalo pengen apa-apa, kamu WA ya?"

"He em... " Jawab Saras.

Sebelum makan siang, sekitar jam 11 siang, Dimas meninggalkan kantor untuk menemui rekan bisnisnya.

Mereka sepakat bertemu di salah satu pujasera di tengah kota.
Dimas mengirimkan pesan kepada istrinya tentang keberadaannya.

'Ntar kalo balik ke kantor, aku belikan bubur kacang hijau ya? Es nya dikit aja. Disitu ada kan? Kalo nggak ada, jus buah aja' pesan dari Saras.

'Siap! 👌👌👌  Disini ada bubur kacang hijau. Ntar aku bungkusin' balas si suami.

Saras tersenyum dan mengusap perutnya.

'Nanti di bawain oleh-oleh sama papa, dek... ' kata Saras lirih.
Wanita ini juga belum memberitahu kepada temannya mengenai kehamilannya.

"Ayo Ras kita makan siang!" Ajak Filda.

"Ayo mbak! Aku juga uda lapar... " Balas Saras.

"Kita makan dimana?" Tanya Rima.

"Jangan jauh-jauh! Kasian istri bos.... " Sahut Filda dan membuat Saras malu.

"Apaan sich mbak?! Kalo mau jauh nggak papa. Kita naik taxi aja.... "

"Jangan Ras!  Ntar kalo pak Ardi datang, terus kamu nggak ada, kita bisa di panggang.... " Rima menambahi.

"Dia pasti lama mbak. Jadi kita kemana ini? Beneran nggak papa kok..." Saras meyakinkan.

"Nggak usah Ras. Kita juga males keluar komplek. Mending sisa waktunya buat tidur... " Suara Rima.

Akhirnya, mereka makan siang di depot yang tak jauh dari unit Ruko kantor.
Di depot ini juga menyediakan bubur kacang hijau, sebenarnya Saras ingin membeli.
Tapi dia ingat, kalo sudah memesan makanan ini ke suaminya.
Usai makan siang, mereka kembali ke kantor.

Pukul 14 lebih beberapa menit, Dimas datang. Dia tersenyum sambil mengucapkan salam.
Seluruh pegawainya membalas dengan kompak.

Saras melihat tangan suaminya tak membawa apa-apa.

"Pesanan aku mana?" Tanya Saras.

"Astaghfirullah!" Dimas menepuk keningnya sendiri.

"Aku lupa Ay... Coba beli di sebelah ya? Biasanya dia jual."
Saras hanya menatap datar wajah suaminya. Dimas tau apa artinya tatapan ini.
Walaupun tak mengeluarkan kata, tapi wajah dan mata itu membuat jantung Dimas berdebar.

#8 MELETAKKAN HATI (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang