Bab 17

6.8K 666 124
                                    

"Ini hotelnya?" Tanya Saras ketika mobil Dimas masuk ke area salah satu hotel ternama di kota dingin ini.

"Iya. Kita makan siang dulu. Soalnya check-in ntar jam 1 an."

Setelah Dimas memarkirkan mobilnya, mereka menuju ke restoran yang tersedia di hotel ini.
Ternyata keluarga besar Dimas sudah berkumpul.

"Eyang, ini ayah sama ibu nya Saras." Dimas menuju ke eyang bunda dan eyang papa lebih dulu untuk memperkenalkan orang tua Saras.

Setelah berkenalan dengan yang lain, Aline dan Naresh mempersilahkan orang tua Saras duduk.
Mereka berbincang dengan hangat.

Tak lama, beberapa pegawai restoran datang sambil membawa berbagai macam menu.

"Kita makan dulu Bu. Jadi nanti masuk kamar, bisa langsung istirahat." Kata Aline dan memberikan piring kepada ibu Saras.

"Iya Bu... " Jawab ibu Saras dengan tersenyum.

Saras mengambil nasi serta lauk pauk.

"Ayo! Uda baca doa?" Kalimat yang biasa Saras ucapkan ketika hendak menyuapi Dimas.

"Nggak usah di suapin Ay. Kan malu... " Gerutu Dimas lirih.

"Tapi daging nya harus di makan!" Kata Saras lirih dengan nada sedikit mengancam, lalu ia menggeser kan piring tepat di hadapan Dimas

"Iya... " Jawab Dimas patuh.

"Tumben mau makan rendang?!" Tanya Valdi dengan suara agak keras.

"Soalnya ada mbak Saras. Kalo nggak mau, pasti.... " Juna menggantung kalimat nya.

"Pasti mbak Saras yang kewalahan." Candra meneruskan kalimat.

"Soalnya kalo makan daging mesti di suapin..." Bima malah memperjelas.

Dimas menghela nafas.
Lalu ia melihat mami yang berbisik kepada ibu Saras. Dan tak lama mereka sama-sama tersenyum sambil melihat Dimas.

'Pasti mami ngomongin aku' batin Dimas.

"Kalo makan jangan sambil ngomong... " Balas Dimas selaku korban dan menyapu pandang ke sepupunya.

"Tumben! Sejak kapan peraturan itu ada?!" Vasco kini ikut bersuara.

"Klo diem, bukan kita banget ya kak...." Timpal Valdi mendukung kakaknya Vasco.

"Kamu mau ngomong apa Al?!" Tanya Dimas dan melihat Al yang belum berbicara apapun.

"Untuk sekarang belum ada, mungkin nanti... " Jawab Al dengan menyengir.

"Uda.....Ayo cepet makan nya! Eyang bunda mau tidur.... " Suara eyang menghentikan adu mulut mereka.

Saras hanya tersenyum mendengar ledekan yang ditujukan kepada kekasih nya.

"Jangan senyam-senyum. Abisin makanan nya... " Bisik Dimas dan menyenggol bahu Saras dengan bahunya.

"Jangan ngambek donk sayang.... " Balas Saras tak kalah lirih.

Jantung Dimas berdegup lebih kencang karena panggilan sayang.
Dia hanya bisa menggelengkan kepala.

Usai makan, Dimas mengantar Saras dan orang tuanya ke kamar. Hampir satu lorong ini di huni oleh keluarga besar Dimas.

"Kamar mas dimana?" Tanya Saras.
Orang tua Saras sudah masuk ke kamar.
Mereka berbincang di ambang pintu.

"Di ujung. Aku sama Valdi. Kamu istirahat dulu... Nanti sore kita keliling hotel..."

"Mas juga istirahat..."

#8 MELETAKKAN HATI (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang