Bab 3

5.3K 593 49
                                    

"ASTAGHFIRULLAH!" Pekik Vasco saat ada seseorang menindih badannya yang sedang tengkurap.

Vasco yang konsen dengan PS nya, tiba-tiba ada yang menindih. Dari aromanya, dia tau ini perbuatan siapa.

"Kak Dim, kayaknya kamu kebanyakan dosa dech. Badanmu berat banget." Vasco menggoyangkan badannya agar Dimas segera beralih.

"Nggak kebalik?! Kamu yang sering ngajak liat bokep.... " Akhirnya Dimas bangkit dari tubuh Vasco dan duduk lesehan di sebelah Vasco yang masih tengkurap.

"Disini kalo ngomong nggak boleh ngasal ya! Ntar di dengar ama anak-anak... "

"Ada ayah Dimas.... " Celetuk Jalu yang menggandeng adeknya Galih.

"Lho?! Kalian kok di plontos!" Ujar Dimas melihat kepala ponakan nya yang hanya mempunyai rambut ½ cm.

"Di suruh ayah...." Jawab Jalu santai.

"Vas, ngapain di plontos?" Dimas memukul paha Vasco.

"Rambutnya tebel banget. Di plontos biar hemat shampoo... "

"Bapakmu pelit banget. Sini!"

Jalu dan Galih duduk di depan Dimas.
Pria ini mengelus kepala Jalu dan Galih.

"Ya Allah...Anakmu kalo gini kayak lampu bohlam ari-ari... " Kata Dimas tanpa dosa mengatai anak orang.

Vasco tertawa mendengar kepala anaknya seperti bohlam ari-ari. Dia menghentikan permainan PS nya.

"Itu mulut kalo ngatain anak orang enteng banget ya?!"

Terdengar Nila memanggil anaknya.

"Di panggil bunda tuh! Bilang bunda, ada ayah Dimas.... " Kata Dimas. Jalu dan Galih berlari ke sumber suara ibunya.

"Terus? Mau di sambut gitu?" Tanya Vasco.

"Ya nggak, biar bawa makanan ke sini. Kalo kamu kan nggak peka....harus minta dulu..."

Tak lama 2 bocah ini pun kembali sambil membawa toples plastik.

"Nah kan?! Cuma bilang 'ada ayah Dimas' Nila Nesa uda paham....." Lanjut Dimas.

2 bocah ini hanya meletakkan toples, lalu berlari lagi entah kemana.

"Kak Dim dari mana?" Tanya Vasco membuka toples.

"Dari rumah, mami papi keluar.... "

"Main PS yuk! Mumpung belum mati.... " Ajak Vasco.

"Nggak ah! Lagi males.... " Nada Dimas memang terlihat malas dan lesu.

"Kenapa? Nggak dapat tender lagi?" Tanya Vasco.

Lagi-lagi Dimas bercerita tentang tuntutan mami dan papinya.

"Bukannya mami uda lama minta mantu?" Tanya Vasco usai mendengar cerita.

"Iya. Dan sekarang aku beneran cari istri....uda nggak main-main ini..." Dimas memperlihatkan keseriusannya.

"Gimana ya kak Dim?
Untuk memutuskan seorang wanita menjadi istri, itu nggak mudah....
Soalnya dia yang bakal temani kita sampe mati.
Cantik nomor sekian, yang penting smart atau pinter.
Soalnya kata orang, kepintaran anak itu turunan dari gen ibunya.
Kalo habit dari ayah." Vasco memberi saran kepada Dimas. Vasco kembali menceritakan kehidupan rumah tangga nya.

Pria ini mendengarkan apa yang di ucapkan Vasco.
Mendengarkan bukan berarti dia percaya 100%, kadang sepupunya ini antara serius dan bercanda beti, beda tipis.
Malah sering banyak bohong nya.
Jadi Dimas uda waspada kalo dia dikerjain.

#8 MELETAKKAN HATI (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang