BAB 27

5.7K 587 52
                                    


Dimas menjaga Saras dengan penuh hati-hati.

"Mas, aku bisa naik sendiri." Ucap Saras ketika Dimas yang siaga di belakang istrinya.

"Sekarang kamu lagi hamil Ay.... " Si suami mengingatkan.

"Tapi nggak harus kayak gini. Mau naik mobil aja mesti di pegangin. Kayak manula banget ya?" Ocehan istrinya membuat Dimas tertawa kecil.

Dimas tak menanggapi, dia menutup pintu mobil saat ia memastikan istrinya sudah duduk dengan nyaman.

Mami hanya tersenyum melihat anaknya yang over protective kepada istrinya.

"Itu tandanya dia sayang sama kamu, Ras" Kata ibu saat menyusul duduk di sebelah anaknya.

"Dek, kamu ganti mobil aja." Ucap mami yang duduk di sebelah Dimas.

"Kenapa?" Tanya Dimas.

"Mobil ini terlalu tinggi, dek. Kasian Saras kalo mau naik atau turun. Bukannya mami ngarep yang enggak-enggak. Namanya musibah, kita nggak ada yang tau. Kalo bisa, kita meminimalkan resiko."

"Ntar aku tanya Vasco. Kali aja ada mobil temannya yang mau di jual."

"Nggak usah beli. Kamu pake mobil papi, tukar mobil aja. Duit nya di simpan. Buat pendidikan anak. Iya kan Bu?" Tanya Aline sambil menoleh ke besannya.

"Betul Bu Aline. Kalo sudah punya anak, rencana kita makin banyak."

Tak hanya Dimas, Saras pun juga mendapatkan wejangan dari orang tua mereka.
Dan mereka juga berbagi pengalaman menjadi orang tua.
Pengalaman baik dan buruk, mereka ceritakan.
Hal ini bisa untuk pembelajaran bagi Saras dan Dimas.

Saat ini mereka dalam perjalanan menuju ke salah satu klinik dokter spesialis kandungan.

Aline tadi menelepon salah satu teman senam yang bernama Isna. Dan suaminya adalah dokter spesialis kandungan di salah satu rumah sakit. Setiap malam, beliau membuka klinik pribadi di rumahnya.

"Maaf ya dok, kalo saya kesini sebelum jam buka klinik." Kata mami saat mereka tiba di rumah dokter. Suami istri ini menyambut ramah kedatangan rombongan kecil Aline.

"Ini kontrol spesial ya Bu Aline? Sampe buru-buru kesini.... " Ucap si dokter.

"Kalo special, biayanya juga special ya pa?" Canda Isna si teman Aline.

"Kalo untuk itu sih gampang, Jeng.... " Kata Aline dengan kekehan.

"Aku mau ongkosnya pake pie buah." Lanjut Isna.

"Tentu! Besok aku buatkan yang special! Ini besan saya dan menantu saya...." Aline memperkenalkan keluarga Saras.

Setelah berbincang dan basa-basi sesaat, dokter mempersilahkan masuk ke ruang kontrol.

"Ayo bu! Kita ikut masuk!" Ajak Aline kepada ibu.

"Kami nunggu di luar aja Bu Aline. Kasian dokternya kalo semuanya ikut masuk. Gerah... " Kata ibu.

"Saya masuk dulu ya Bu. Saya pengen tau calon cucu." Kata Aline dengan sedikit kekehan.

"Silahkan Bu.... " Sambut ibu dengan tersenyum.

Dokter meminta Saras untuk berbaring di brankar.

"Bisa Ay?" Tanya Dimas ketika istrinya menapakkan kakinya di tangga kecil.

"Bisa mas.... " Jawab Saras dengan tersenyum.

Dokter memeriksa denyut jantung dan tekanan darah Saras. Normal, menurut si dokter.

#8 MELETAKKAN HATI (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang