"Hai sayang, kamu dari mana?" Clarisa bertanya ketika melihat Leon baru pulang pagi-pagi sekali. Biasanya jika tak ada jadwal jaga malam, pria itu selalu di apartemen untuk istirahat. Tapi kali ini Leon tidak pulang semalaman.
"Ohh, aku habis dari rumah temen."
Rutinitas Clarisa tiap pagi memang tidak berubah. Wanita itu selalu menyiapkan sarapan untuknya, sebelum pergi untuk pemotretan atau melakukan pekerjaannya. Terlihat seperti pacar idaman memang. Tapi sayang semua ini hanyalah semu. Tak seindah yang Leon lihat.
"Aku ada jadwal jaga malam ini."
"Ohhhh... bukannya hari ini libur? Padahal aku udah kosongin jadwal."
"Sorry sayang." Leon tersenyum tipis. Bukankah ini yang sering ia dapat? Penolakan? Ya, ini pertama kali Leon melakukan pembalasannya.
"Bisakah kamu membatalkannya?"
"Kerjaan aku Dokter sayang, bukannya model yang bisa asal batalkan janji. Kerjaan aku menyelamatkan nyawa, bukan foto-foto."
Clarisa menaikkan alis ketika mendengar jawaban itu. Biasanya Leon selalu menurutinya. Apapun itu kemauannya. Termasuk mengganti jadwal malamnya. Tapi kenapa sekarang Leon berubah? Kenapa pria itu ketus sekali?
"Kamu lagi marah sama aku?" Clarisa menatap Leon yang masih bersikap dingin. Leon tak dapat mengontrol emosinya. Tapi ia harus sabar hingga akhir tahun tiba. Ia harus sabar sampai hatinya berlabuh pada Bella sepenuhnya. Ia akui ini sulit. Tapi Leon akan berusaha.
"Sayang, mungkin aku lagi capek aja. Maaf ya? Tapi malam ini aku bener-bener nggak bisa. Temen yang biasa gantiin izin cuti."
"Oke." Clarisa memeluk Leon erat, lalu mengecup singkat bibirnya.
"Jangan ketus dong, aku nggak bisa diketusin kamu! Please jangan berubah."
"Maaf sayang, aku nggak bermaksud ketus kok. Aku cuman lagi kelelahan aja." Leon mengusap wajahnya dengan penuh kasih sayang.
Leon memeluk Clarisa sambil tersenyum tipis. Akhirnya ia bisa membalas perbuatannya juga. Jika Clarisa bisa berpura-pura mesra, maka ia juga bisa. Malam ini adalah first datenya bersama Bella. Dan Leon telah mengosongkan jadwalnya khusus untuk wanita tersebut.
Leon jadi berpikir, kira-kira ia akan mengajak Bella kemana? Entah kenapa Leon jadi mendadak merindukannya. Ternyata mengobrol di sepanjang malam bersama Bella belum cukup. Leon butuh lebih banyak waktu.
****
Bella tersenyum sendiri ketika memikirkan cerita-cerita Leon semalam. Mereka bercerita tentang diri masing-masing untuk saling mengenal. Sekedar bercanda tanpa sesuatu yang intim, tetapi sangat-sangat berkesan.
Sekarang Bella tahu makanan apa kesukaanya, hobinya, juga kebisaannya yang mendengkur dan suka memeluk orang saat tertidur. Leon memeluknya di sepanjang malam. Bella gugup sendiri hanya dengan memikirkannya saja.
"Dor!" Kaget Andrew seraya menepuk pundak Bella
"Kapan kamu datang?"
"Nggak boleh?"
"Boleh." Ujar Bella sambil memaksakan senyuman. Andrew memeluknya mesra dari belakang. Ia juga mencium pipi Bella berkali-kali, seolah Andrew sangat sayang. Jika bukan karena rencananya dengan Leon, Bella tidak akan sudi dipeluk olehnya.
"Bdw, makasih ya sayang? Kamu pilih resign dan masa depan kita. Kita akan menikah bareng kakak kamu akhir tahun. Aku seneng banget. Aku beruntung banget memiliki kamu."
"Sama-sama." Balasnya singkat.
"Aku bawain kamu beberapa dress. Kamu belajar pakai dress dong, biar makin cantik."
"Jadi aku nggak cantik selama ini?"
"Aku bilangnya biar makin cantik kan?"
"Iyadehhh.... " Jawab Bella seraya menepuk kepala Andrew kesal. Keduanya lalu tertawa.
"Kamu nanti malam ada acara? Dinner yuk?" Tanya Andrew.
Sebelum Bella membalas ucapannya, ponsel Andrew berbunyi. Pria itu terlihat segera memeriksa ponselnya sambil tersenyum tipis, lalu kembali menatap Bella.
"Maaf sayang, ternyata ada kerjaan mendadak. Aku nggak bisa dinner malam ini."
Ihh... siapa juga yang akan dinner denganya? Bella akan dating romantis dengan Leon malam ini. Terus saja berbohong, Bella tidak peduli lagi. Kemarin ia menangis ketika dibohongi seperti ini. Tapi sekarang tidak lagi. Bella tidak mau lagi menjadi bodoh.
"Okeee, nggak apa. Kan udah sering."
"Kamu marah?"
"Pergilah, urus saja kerjaan kamu."
"Sayang... aku batalin deh. Aku batalin aja jobnya. Jangan marah."
Saat Andrew sedang mengotak-atik ponselnya untuk menelpon seseorang, Bella lebih dulu mencegahnya. Ia mengambil ponsel itu, lalu mematikanya dengan cepat.
"Udah terlanjur."
"Jangan marah, aku bisa batalkan."
"Ganti saja dengan waktu lain. Aku mau seharian sama kamu." Ujar Bella melunak seraya memeluk tunangannya. Hampir saja ia kelepasan memaki Andrew penipu dan buaya.
"Aku pikir kamu marah."
"Nggak lah sayang, i love you. Aku support kamu."
"Kamu manis dan pengertian banget. Karena inilah aku sangat mencintai kamu."
Karena aku bodoh! Batin Bella.
"Bikinin aku sarapan." Ujar Bella sok manja, untuk menutupi kekesalannya.
"Siap."
"Nasi goreng."
"Okey!"
Bella duduk manis sembari memainkan ponselnya untuk berbalas chat dengan Leon. Mereka saling bertukar aktifitas bulshit tentang pasangan masing-masing. Pasangan keduanya yang sedang bersikap sok manis, demi menutupi kebusukannya.
Bella jadi teringat akan satu hal. Dandanan seperti apa yang Leon suka? Bella lupa bertanya. Selama ini ia selalu memakai celana dan kaos yang simple jika berpergian bersama Andrew.
Tapi kali ini beda! Leon itu sangat sempurna. Apa iya dia akan berdandan dengan sangat membosankan bersama kaos dan jeansnya?
Bella lalu melirik gaun yang Andrew berikan. Sepertinya sudah saatnya ia belajar memakai itu. Bella tidak mau Leon kembali goyah kepada kakaknya yang anggun. Dia juga harus selalu terlihat cantik mulai sekarang.
Apa Andrew selingkuh karena ia selalu memakai kaos dan jeans selama ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
War and Love
RomanceSama-sama diselingkuhi, Leon mengajak Bella yang merupakan adik kekasihnya, untuk membalas perbuatan Andrew dan Clarisa dengan cara berselingkuh juga. Mereka bermain game saling jatuh cinta supaya dapat move on. Mereka juga ingin membalas dendam d...