Part 9 Pura-pura

2.4K 324 27
                                    

Hari pernikahan segera tiba. Kurang lebih satu mingguan lagi acara yang telah di persiapkan akan dilaksanakan. Bella terus merenung, memikirkan apakah benar pilihannya ini? Apakah ia siap menikah dengan Leon?

Ya meski Leon akhir-akhir ini cukup memberinya kebahagiaan, entah kenapa ia memiliki sedikit keraguan. Atau ini hanya perasaanya saja yang ngawur?  Terlebih Andrew juga menunjukkan perubahan setelah hari pernikahan mereka semakin dekat. Pria itu memiliki lebih banyak waktu untuknya.

Apa Andrew sudah berubah?

Bella menggeleng cepat serta menghentikan pemikirannya tentang Andrew. Leon telah mengobati sakit hatinya. Bella tidak akan termakan dengan buaya seperti Andrew lagi.

Klik.... bunyi pintu apartemen Bella terbuka. Wanita itupun segera melihat siapa yang datang.

"Leon?" Gumam Bella ketika melihat pria itu datang seraya membawa sebucket bunga dan sebuah kotak cincin.

"Kamu ngapain bawa-bawa bunga?" Ujarnya ketika melihat Leon meletakkan bunga itu di meja ruang tamunya.

"Seharusnya aku melakukan ini sejak awal." Leon tiba-tiba berjongkok di hadapan Bella, lalu meraih jemarinya untuk di genggam.

"Seminggu lagi pernikahan itu tiba. Aku tahu kita baru mengenal beberapa bulan.  Tujuan awal kita hanya ingin move on dan balas dendam. Tapi... aku ingin serius Bella. Aku mencintaimu. Aku ingin menikahimu, apa kamu bersedia? Aku tidak ingin memaksamu. Tapi aku harap, kamu memberiku kesempatan."

Bella tersipu malu ketika Leon menatapnya lekat, menunggu jawaban darinya dengan posisi yang masih berjongkok seperti dalam dunia drama yang sering ia lihat. So romantic!

"Bukannya kita sudah sepakat untuk ini?" Jawab Bella dengan suara serak menahan malu.

"Aku nggak mau kita menikah karena kesepakatan. Aku ingin melamarmu dengan benar." Leon mencium punggung tangan Bella dengan mesra. "Jadi Arabella, maukah kamu menjadi istriku? Menemaniku sampai rambut kita memutih nanti?"

Disepanjang pagi ini Bella barusaja merasakan keraguan yang luar biasa. Tapi setelah lamaran Leon hari ini, Bella rasa tidak ada alasan lagi untuk ia ragu. Bella rasa Leon memang pria yang tepat untuknya.

"Aku mau." Jawab Bella sambil mengigit bibir bawahnya. Wajahnya kian memerah begitu Leon bersorak, serta memasangkan sebuah cincin berlian di jari manisnya. Sebelumnya Leon terlebih membuka cincin pertunangannya bersama Andrew.

"Makasih sayang." Ujar Leon seraya memeluknya erat sambil berputar-putar.

"I love so much! Aku janji akan selalu membuatmu bahagia." Desis Leon. Ia memandangi senyum bahagia wanita itu dengan seksama. Senyuman bahagia yang terlihat tulus dan menenangkan. Apa ia bisa menyakiti Bella nantinya? Tidak! Leon tidak boleh ragu. Dendamnya dan ibunya harus terbayar lunas.

"Makasih Leon, aku sangat bahagia." Bella memandangi cincin yang Leon berikan dengan berlinang airmata.

"Aku janji tidak akan menyakitimu, seperti pemilik cincin yang kamu pakai sebelumnya." Leon memberikan cincin milik Andrew kepada Bella. "Kamu boleh simpan jika kamu mau."

"Bukankah kita masih memerlukannya sampai hari pernikahan? Setelah itu aku tidak perlu menyimpannya."

"Apa kamu masih mencintainya?" Tanya Leon, kini dengan wajah seriusnya.

Bella pun memeluk tubuh Leon sambil memainkan dada bidangnya dengan usapan-usapan kecil. Ia tersenyum hangat, lalu mendongakkan kepala menatap prianya yang masih memasang wajah muramnya. "Aku mencintaimu Leon."

"Bener?"

"Aku tidak akan menerimamu jika tidak."

Leon menarik hidungnya gemas setelah ucapan Bella. Well, sepertinya dia telah berhasil membuat Bella masuk kedalam perangkapnya.

War and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang