Part 4 - Aku Milikmu

4.4K 370 20
                                    

"Ehmmm ini enak bangett..!!!" Leon menyantap ayam panggang bintang lima yang Bella buatkan. Leon juga menyapu habis sayuran-sayuran, dan juga sous istimewa yang wanita itu buat khusus untuknya malam ini. Bella menatapnya dengan perasaan bahagia. Baru kali ini ia merasa senang karena memasak untuk seseorang.

Sebagai lulusan terbaik pariwisata pada salah satu universitas yang ada di China, dan juga mantan kepala chef di resto ternama, tidak heran jika Bella bisa memasak segalanya dengan rasa yang sempurna. Leon seperti dimanjakan oleh makanan super mewah yang Bella buat.

"Jangan berlebihan... "

"Enak beneran. Kurasa kita harus kerjasama di bidang kuliner. Harusnya tadi kamu cobain makanan di resto aku dulu. Itu masakan pemaksaan. Seharusnya resto itu hanya menyediakan pasta dan masakan italy lain. Tapi malam ini di set khusus buat kamu."

"Jadi resto itu punya kamu?" Mata Bella membola.

"Aku udah cerita kan? Kalau aku punya usaha warung?" Bella spontan tertawa dan melempar Leon dengan sebutir apel yang tersedia di meja. Mengesalkan sekali. Padahal Bella sudah sempat percaya jika Leon buka usaha lima cabang warung makan. Ternyata resto semewah itu?

Leon tertawa lalu melempar balik apel tersebut hingga mendarat sempurna di genggaman Bella. Keduanya tertawa kencang lalu kembali melanjutkan obrolan mereka.

"Kamu sangat hebat Leon. Tidak hanya sebagai pengusaha, tetapi juga dokter yang sangat mengasihi pasienmu. Kamu baik dan asyik, sampai saat ini aku tidak menemukan cacat sedikitpun dalam diri kamu. Kakak aku sepertinya buta. Kamu jauh lebih baik dari Andrew." Bella mengaduk-aduk nasi yang ada dipiringnya dengan sendok, lalu menatap Leon yang hanya tersenyum saja menanggapinya.

"Kamu juga jauh lebih baik. Pengertian, dewasa, asyik, cantik. Kamu bisa menyesuaikan diri dalam segala situasi dan menyikapinya dengan bijak. Kamu jauh lebih baik dari Clarisa. Asal kamu tahu, jika Clarisa menjadi kamu malam ini, mungkin dia akan mendiamiku selama seminggu karena date kita batal."

Bella tersipu malu ketika mendengar perkataan Leon. Bukannya ingin sok baik, tapi Bella berkata jujur. Kencan mereka batal bukan karena alasan yang tak jelas. Bukan karena kebohongan seperti yang Andrew lakukan. Tapi karena pekerjaan mulia. Dan jika ia memiliki pasangan dokter, bukankah itu adalah resiko yang harus ia hadapi? Karena dokter harus siap sedia disaat ada pasien yang membutuhkan.

"Aku sangat menghormati profesi mulia kamu. Kamu dokter, dan aku sadar bukan hanya aku yang membutuhkanmu. Tapi juga pasienmu."

"Maka dari itu, tidak salah jika aku bilang kamu jauh lebih baik." Leon pun beranjak berdiri mendekatinya, lalu menggandengnya menuju ruang theater mini miliknya.

Terdapat tv led 100 inch disana. Tersedia satu sofa, selimut, juga kulkas kecil yang berisi minuman dan camilan untuk menemani mereka nonton nantinya.

"Ini pertama kali ruangan ini diinjak orang lain selain aku."

"Oya?" Ujar Bella tergagap. Ia sangat tersanjung menjadi yang pertama berada di ruangan itu.

"Hmmm. Kita nonton netflix aja ya? Mau film apa? Horor, action, thriller, romance? Atau mau yang dewasa?" Leon terkekeh sambil menghidupkan layar led tersebut. Ia lalu beranjak duduk dan menarik wanita itu ke dekapanya.

"Pilih sendiri filmnya."

"Kamu aja yang pilih."

"Yakin aku?"

"Cari yang belum pernah kita tonton."

"Karena kita lagi ngedate, aku pilih yang romance."

Leon memilih salah satu film yang berjudul Before We Go. Film itu di bintangi oleh aktor tampan Christ Evan. Leon sudah pernah menonton ini. Tapi melihat reaksi Bella yang terkejut melihat seorang Christ Evan bermain film romance, Leon pikir ini pertama kalinya Bella menonton.

Film itu bercerita tentang seorang wanita bernama Brooke yang ketinggalan kereta dan juga kecopetan. Hingga ditengah kepanikannya, seorang musisi jalanan bernama Nick menolongnya.

Berawal dari kata-kata Nick, Wanna come with me, have a little adventure, find your purse? Dan disitulah petualangan mereka dimulai.

Dalam satu malam banyak sekali yang terjadi. Dan mungkin kisah mereka hampir sama seperti yang Bella alami saat ini. Diselingkuhi, lalu diam-diam lari dari hubungan hancur yang sedang terjadi. Jika tokoh utama film tersebut bertemu pria bernama Nick yang dapat membuatnya bahagia dalam sekejap, Bella bertemu Leon.

Dan jika tokoh utama film tersebut memutuskan untuk memperbaiki hubungan pernikahannya di akhir cerita, apakah Bella juga akan memilih Andrew nantinya? Leon menatap wanita yang terus tersenyum ketika sedang menonton. Film itu memang luar biasa. Simple, tapi sangat berkesan.

Leon sangat takut jika hubungan mereka saat ini semu. Leon takut jatuh terlalu dalam, tetapi pada akhirnya Bella akan meninggalkannya. Seperti Brooke yang meninggalkan Nick, meski ia dapat merasakan kebahagiaan serta ketulusan dari Nick malam itu.

Waktu demi waktu terus berjalan, hingga mereka sampai di penghujung film tersebut. Senyuman Bella berubah menjadi air mata. Ending film itu memang menyebalkan. Tapi bukankah komitmen itu demikian?

"Kamu juga bakal begini?" Bella tiba-tiba bertanya ketika credit title yang menandakan film telah usai muncul di layar.

"Aku yang seharusnya bertanya. Apa kamu akan kembali kepada Andrew?"

"Oke, aku akan kembali menanyakan apa yang Brooke tanyakan di film tersebut, dan kamu harus menjawab apa yang Nick katakan. Is it possible that you could meet somebody who is perfect for you, even though you were committed to somebody else?"

"If your're committed to somebody, you don't allow your self to find perfection in someone else."

"Jadi? Kita semua sudah hancur Leon. Baik aku dan Andrew, kamu dan kakak. Semua telah hancur. Dalam film itu Nick berkata, Jika kamu berkomitmen pada seseorang, kamu tidak akan membiarkan diri kamu menemukan kesempurnaan pada orang lain. Tapi sayangnya yang terjadi disini, aku menemukan kesempurnaan itu pada diri kamu."

"Aku juga menemukan itu pada diri kamu." Leon memeluk dan mencium Bella dengan lembut dan hangat.

"Jangan samakan kita dengan film itu. Karena Kakak dan Andrew telah berhianat disini. Mereka yang memulai. Lalu apa salah jika kita juga mencari kebahagiaan kita sendiri? Kamu yang menarikku pada hubungan ini. Dan sekarang kamu sedang meragu?"

"Aku nggak ragu. Justru aku takut jika suatu saat kamu pergi ninggalin aku. Kita mungkin baru 2 hari bersama. Tapi aku nyaman sama kamu."

Bella tak menjawab. Ia memberi Leon pelukan erat untuk memberitahukan bahwa ia juga mengalami hal yang sama. Bella nyaman didekatnya. Bella menemukan kesempurnaan itu pada diri Leon dan hanya Leon. Ia berharap Leon akan menjadi pria terakhir untuknya.

Leon pun menatap wanita itu lekat lalu mulai mendekatkan diri. Disaat Bella mulai menutup mata untuk memberi lampu hijau padanya, Leon langsung memagut bibirnya dengan sangat lembut.

"Aku rasa, aku telah jatuh cinta padamu." Bisik Leon disela ciuman menggebu mereka.

Bella tersenyum dengan nafas terengah. Ia mengecup bibir itu lalu membalas bisikan prianya, "aku juga jatuh cinta padamu."

"Haruskah kita menikah sekarang?" Kekeh Leon seraya menindihnya posesif diatas sofa tersebut.

"Aku ingin.Tapi akhir tahun hanya tinggal menunggu 2 bulan lagi. Kita jalankan sesuai rencana."

"Janji, jangan goyah." Leon memperingati.

"Pasti."

Leon mulai mengecupnya lagi. Kali ini dengan lebih panas dan bergairah. Tangannya mulai bergerak untuk menyingkap kaos santai yang Bella pakai, sembari menatapnya untuk meminta izin.

"Aku milikmu malam ini."

****

War and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang