10 Jealous

2.3K 347 53
                                    

Bella menusuk-nusuk makanannya sambil menatap Leon dan Clarisa yang sedang bermesraan didepannya. Ini adalah rapat acara pernikahan yang akan diselenggarakan sebentar lagi. Entah kenapa ia jadi egois seperti ini. Bella tahu kakaknya sangat mencintai Leon, tetapi Bella tidak ingin mereka bersama. Bella ingin menjadikan Leon hanya miliknya, satu-satunya.

Bukankah Clarisa yang memulai ini semua? Bukan salahnya jika Bella berubah egois dan jahat.

"Kamu nggak suka makanannya?" Tanya Andrew sambil mengecup pipinya. Bella menggeleng lemas untuk membalas pertanyaan itu.

"Mau apa?"

"Aku nggak nafsu, aku mau pulang." Andrew memeluknya mesra dan penuh kasih sayang. Jarang-jarang Bella menjadi manja seperti ini.

Clarisa dan Leon menatap pasangan itu sambil menggeleng. Berbeda dengan Clarisa yang maklum, Leon sedikit tak nyaman melihat Bella di peluk seperti itu. Ia takut jika Bella akan goyah lagi pada Andrew. Dendamnya bisa gagal jika Bella kembali memaafkan kekasihnya tersebut. Biar bagaimanapun, mereka pernah menjalin kasih hingga lima tahun lamanya.

Bisa saja kan, Bella berubah pikiran? Leon hanya pria yang hadir dengan rasa yang tak tulus. Sedangkan yang Leon lihat meski Andrew selingkuh, pria itu sangat mencintai Bella. Pandangan matanya tidak bisa berbohong.

"Kalian bisa siapin acaranya? Kita ikut aja mau gimana konsepnya. Yang penting jadwalnya kita udah tahu kan? Aku dan Bella harus pulang. Kayaknya, Bella lagi nggak enak badan."

"Perlu aku periksa?" Leon menyela, berharap Andrew akan berkata iya. Berharap Bella akan setuju supaya mereka bisa kembali berduaan hari ini.

"Aku hanya perlu istirahat. Andrew antar aku pulang." Bella menyela ucapan Leon, lalu menyeret Andrew pergi dari sana. Biar saja Leon marah. Biar Leon tahu jika ia cemburu melihatnya bermesraan.

Leon mengumpat dalam hati. Lihat saja jika mereka sudah menikah nanti, Leon akan memberinya pelajaran jika Bella berani bersikap kurang ajar seperti ini.

"Kamu kenapa?" Tanya Clarisa ketika melihat Leon mengeraskan rahang dengan wajah memerah.

"Aku juga mau pulang, pengen istrahat." Leon pun bangkit berdiri, lalu berjalan lebih dulu meninggalakan Clarisa yang terus saja mengomel.

"Bangsat kamu Bella! Beraninya kamu lebih memilih Andrew." Batin Leon kesal.

*****

Leon memandangi kedua orangtuanya yang tengah bertengkar dengan tangis ketakutan. Ia terus memeluk boneka miliknya seraya bersembunyi di kolong meja. Leon mendengarkan percakapan mereka dengan seksama. Apa yang mereka katakan, ia pahami sedikit demi sedikit.

"Kamu ninggalin anak kamu demi wanita itu?"

"Aku akan tetep tanggung jawab sama kamu dan Aldo."

"Anak dia bahkan bukan anak-anak kamu!"

"Tapi aku mencintainya. Kita hanya di jodohkan. Suami dia meninggal dan... "

"Dan ini kesempatan kamu buat nikahin dia? Oke! Kamu boleh pergi, tapi jangan pernah temui aku dan Aldo lagi. Aku pastikan, marga wijaya bakalan hilang dari nama Aldo. Kami akan menganggapmu mati." Wanita itu mendorong suaminya dengan kasar.  "Aldo, ayo ikut mama." Seorang perempuan menggandeng anak berumur enam tahun dengan membawa dua koper besar.

"Zara please...."

"Ini pilihan kamu kan? Berbahagialah bersama mantan kamu, orang yang kamu cintai itu. Anak kandung kamu tidak jauh lebih penting darinya kan?"

Sebelum mereka melangkah keluar dari pintu, sang wanita mengusap wajah putranya dengan lembut, lalu menciumnya.

"Nama kamu bukan Reinaldo Wijaya lagi. Mama akan mengubah namamu menjadi, Leonardo Abraham. Kamu tahu, arti nama itu adalah ayah dari semua orang. Ayah yang dimuliakan. Mama berharap di masa depan, kamu tidak akan menjadi sosok ayah... seperti ayahmu."

"Jadi nama aku berubah?" Tanya Leon kecil dengan airmata yang bercucuran.

"Mama akan memanggilmu Leon mulai sekarang. Jangan menangis sayang, tersenyumlah. Mama selalu disampingmu."

"Mama...!!!" Teriak Leon seraya tersentak dari tidurnya. Ia menatap kanan dan kiri lalu membanting lampu tidur hingga menjadi kepingan dan membuat ruangan menjadi gelap.

Masa lalu pahit itu selalu menghantuinya. Selalu membayangi hidupnya, setiap detik. Leon tidak bisa melupakan sakit yang ia rasakan selama ini.

"Leon nggak bisa ma. Leon nggak bisa menjadi seperti yang mama mau. Leon harus balas sakit hati mama." Isaknya sambil meremas rambutnya. Ia memang akan menjadi suami dan ayah yang baik. Tapi setelah dendamnya kepada keluarga Lina, selingkuhan ayahnya terbalaskan.

Leon turun dari ranjang ketika mendengar suara ketukan pintu. Padahal ia hanya tidur sebentar setelah  meeting pernikahan bersama Calrisa siang tadi, tapi mimpinya menjalar kemana-mana.

Ternyata benar kata mamanya. Tidur di siang menjelang sore hari bisa mendatangkan mimpi buruk.

Setelah pintu apartemennya terbuka, seorang wanita langsung memeluknya.

"Kamu nggak nyamperin aku." Ujarnya sambil terisak manja. "Kamu masih cinta sama kakak? Kalau kamu masih berat dengan masa lalu mending kita batal..."

"Bella, aku udah bilang mau periksa kamu biar kita bisa bareng. Tapi kamu nolak kan?" Potong Leon dengan menaruh jari telujuknya di bibir Bella.

Bella menatap wajah pucat Leon lalu mengusapnya. Ia juga menyeka air mata yang masih tersisa disana.

"Kamu kenapa? Sakit?" Tanya Bella perhatian.

"Aku ketiduran, terus mimpi buruk. Jangan khawatir." Ujar Leon jujur.

Bella memeluk Leon lalu mengusap punggungnya untuk membuatnya nyaman. Terasa hangat dan tulus. Apa yang Bella lakukan, mengingatkannya kepada ibunya. Dahulu ketika ia masih kecil dan sering bermimpi buruk, ibunya juga selalu mengusap punggungnya dengan lembut seperti ini.

"Aku kangen mama."

"Its okey, aku juga sering merasakan apa yang kamu rasakan. Aku tahu rasanya. Tapi hidup harus terus berjalan bukan?" Bella mencium lembut pipi Leon, dan membiarkan bibirnya menempel disana selama beberapa saat.

Leon menikmati pelukan dan ciuman itu sejenak. Ia sedang membutuhkannya. Leon sangat merindukan ibunya. Andai ia menjadi dokter sejak dulu, Leon pasti berhasil mengoprasi ibunya agar bisa bertahan.

Sayangnya ia hanya anak kecil yang bisanya hanya menangis kala itu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan andai ayahnya tidak menghianati ibunya, apa penyakit jantung ibunya akan kambuh? Ini semua memang karena Lina. Perempuan sial itu! Leon bersumpah akan membuat Bella merasakan hal yang lebih sakit dari ibunya di masalalu.

*****

Episode depan hari pernikahan mereka, jgn lupa resepsi 😂😘

War and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang