17 - The Truth

1.3K 145 13
                                    

"Kenapa harus?" Sakura menatap nyalang kekasihnya—Uchiha Sasuke.

"Turuti saja." Sasuke merangkul di gadis bar-bar tenang. "Lagipula aku tidak bertanya," ledeknya.

Sasuke meringis kecil kala tangan mungil Sakura memukul dadanya. Ia mengambil si tangan pelaku kemudian mengecupnya.

"Jika kau ikut, maka kau bebas balapan besok," tawar Sasuke.

Sakura menoleh, tertarik dengan tawaran tersebut. Semenjak diklaim oleh si bontot, semua fasilitas menyangkut balap dicabut, tentu atas kerja sama kakaknya.

"Baiklah, hanya sekali ini," putus Sakura.

Sasuke tersenyum tipis, segera menarik Sakura menuju ke mobil.

••

"Kuharap ini yang terakhir kali," ucap Sakura berharap sembari menatap mansion Uchiha dengan raut pias.

Uchiha Izuna.

Dua kata, satu nama itu adalah alasan mengapa ia sangat menghindari Uchiha, tapi jujur semenjak adanya kehadiran Sasuke, ia merada tenang dan terlindungi. Bukan berarti dia percaya seutuhnya, kepercayaannya sudah runtuh kala Izuna menodainya.

"Kau akan menyukai pemandangan ini," ujar Sasuke datar. Tanpa bicara langsung menggiring Sakura menuju ruang tengah dimana ledakan tengah berlangsung.

PYARR!

Sakura berjenggit kaget. Suara pecahan barang memekik sampai ke telinga mereka.

Sedangkan, Sasuke mulai menyeringai.

Pertunjukkan sudah dimulai, eh?

"Aku tidak pernah mengajarimu menjadi sebejat ini, Izuna!" Tajima menaikkan nada suaranya, sangat marah mengetahui apa yang dilakukan oleh Izuna.

Mereka berdua—Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura melihat.

"Kau menodai wanita! Masuk penjara! Inikah Uchiha yang tertanam dalam dirimu!" bentak Tajima seraya menunjuk-nunjuk Izuna menghakimi.

"Ayah, selesaikan secara kekeluargaan," saran Madara tak tahan adiknya selalu kena amukan sang ayah.

Izuna menatap Madara tajam. "Tidak perlu mengasihaniku, Kak. Aku tidak perlu rasa kasihanmu!" Bahkan, Izuna masih sempat meludah ke arah sang kakak.

Nasib Izuna hampir sama dengan Sasuke. Selalu dibeda-bedakan oleh kakak sulung.

PLAK!

"DIA KAKAKMU! JAGA BICARAMU!" teriak Tajima melengking.

Izuna terkekeh pelan, lama-kelamaan berubah menjadi tawa.

"Aku jiplakanmu. Apa bedanya aku denganmu?" Izuna memandang Tajima penuh benci.

Tajima memincing tajam ke arah putra bungsunya.

"Kau pikir aku tidak tau jika kau pernah menghamili Bibi Mikoto!" Izuna giliran membentak membuat seisi mansion tercengang. "Dan hasilnya aku! AKU!" Pria itu menunjuk dirinya. "Kau pikir aku tidak tau?" Izuna memamerkan senyum remeh.

Mikoto memandang Izuna sendu.

"Lalu, apa bedanya aku denganmu?" tanya Izuna menantang.

Tajima bergeming.

Fugaku memandang Izuna datar. Ia tidak menyangkal, Izuna memang hasil kesalahan antara istrinya dan kakaknya sendiri. Dan itu murni kesalahan. Karena memang sejatinya kakaknya yang bersalah, dia menjebak istrinya.

Untung dia masih punya rasa kasihan, membiarkan Izuna berada di dalam rahim sang istri.

"Kau pria bejat! Akui itu!" tekan Izuna menatap sang ayah benci.

"Siapa yang kau tiduri, Izuna?" Tajima bertanya datar, mengalihkan topik.

Izuna terkekeh geli, ayahnya memang pecundang. Tatapannya beralih pada dua orang yang berdiri termangu di depan ruang tengah.

Haruno Sakura.

Izuna menunjuk si wanita Haruno. "Dia yang kutiduri."

Mikoto memandang keduanya tak percaya. "Ya Tuhan." Wanita itu terisak di dalam dekapan sang suami.

"Kau harus bertanggung jawab," cetus Tajima enggan menanggung aib.

"Tidak bisa begitu, Paman." Sasuke berjalan mendekati mereka dengan tangan yang selalu merangkul pinggang Sakura erat. "Aku tidak bisa membiarkan kekasihku dimiliki oleh orang lain."

"Kau menerima barang bekas, Sasuke?" Izuna bertanya remeh. "Tidak bisa dipercaya."

"Bekasmu sudah kubersihkan, tenang saja." Sasuke menyelipkan ciuman di rambut Sakura.

"Jadi, aku yang akan bertanggung jawab," putus Sasuke enteng.

Diam-diam Fugaku ternyum tipis. Masalah hak kepemilikan, ia akui putra bungsunya yang lebih ahli.

"TIDAK BISA!" sentak Izuna tak terima. "Dari awal wanita ini milikku! Dan akan selamanya begitu!"

"Obsesi akan menghancurkanmu, Izuna," peringat si bucin akut—Uchiha Itachi.

"Kami akan segera menanti kedatangan Sasuke-junior, jadi buang mimpimu," sarkas Sakura menimpali.

"Jalang! KAU JALANG, SAKURA!" Izuna menjambak rambutnya frustasi. Meraung-raung keras menyebut Sakura adalah wanita murahan.

"Bagaimana kejutannya?" bisik Sasuke.

Sakura memandang Sasuke tajam. "Iblis."

"Iblis tampan," ralat Sasuke seraya mengedipkan sebelah mata.

DORR!

"AAA!" Mikoto berteriak kala wanita itu sudah berada dikukungan Izuna, entah sejak kapan. Itu membuat semua anggota keluarga berwaspada.

"Berikan Sakura atau aku akan membunuh wanita ini," ancam Izuna menempelkan bibir pistol ke kepala Mikoto tanpa ragu.

"Izuna! Jangan gila! Dia ibumu!" teriak Tajima mencoba menyadarkan Izuna.

Tapi, tidak berhasil.

"Hanya ibu, apa masalahnya? Sakura lebih penting. HAHAHAH!!" Izuna berteriak tidak waras.

"Aku tidak akan memberikan Sakura." Sasuke menyembunyikan Sakura di balik tubuhnya.

Izuna tertawa geli. "Berarti kau merelakan ibumu ini mati?"

Fugaku berjalan perlahan dari belakang dengan wajah tenang. Ia tau putranya mencoba mengecoh dan mengulur waktu. Maka dari itu, Fugaku menfaatkan untuk mendekati Izuna.

DORR!

"JANGAN MENDEKAT!" teriak Izuna mengancam.

Sebelum badannya berputar, Fugaku terlebih dulu menimpanya hingga Mikoto terlepas dari kukungan. Wanita itu berlari menjauh bergabung bersama Itachi dan Madara.

"Minggir! Aku harus menembaknya!" Izuna memberontak berupaya lepas dari kukungan Fugaku.

Itachi yang melihat posisi keduanya, cengo. Papi bukan yaoi, kan?

Dengan ruang gerak yang sulit, Izuna berupaya mengarahkan tangannya ke dia. Jika bukan Sakura, maka dia yang harus mati.

Izuna menyeringai.

DORR!

Badgirl In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang