Sakura mengerjabkan kedua kelopak matanya dan pemuda itu buka khayalan belaka, bahkan saat dirinya mencubit pipinya itu terasa sakit dan itu sudah sangat membuktikan jika apa yang ia lihat bukan mimpi.
"Apa kau masih tidak percaya jika ini adalah diriku?" Sakura menggeleng menolak, ia sudah percaya. Kemudian pemuda itu tersenyum pada Sakura. "Lalu, kenapa kau tidak memelukku, hm?"
"Tentu saja karena kau menyebalkan, Gaara!" gerutu Sakura sembari mengerucutkan bibirnya.
Ya, pemuda yang berada di hadapannya saat ini adalah sepupunya sendiri sekaligus adik terkecil Temari yang bernama Sabaku Gaara. Seperti yang dituliskan, Gaara bisa dibilang sama seperti Sakura, mereka adalah anak yang nakal. Balapan, club dan berbuat sedikit keonaran itu adalah kesenangan mereka, namun anti dengan bully. Alasannya sangat simple, mereka tidak ingin merusak mental orang, hanya itu.
Sakura menyenderkan bahunya di tembok yang ada di belakangnya sembari bersedekap. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita lost contact."
"Kabarku baik." Gaara ikut bersender di sebelah Sakura. "Dan biar kutebak, kau disini karena adegan onarmu kan? Apa yang kau lakukan?"
Sakura mendengus. "Hanya beberapa kali balapan lalu pergi ke club bersama Zain dan Scarlette." Ia menjeda kalimat lanjutannya. "Dan membuat bumi bergetar di sekolah."
Gaara terkekeh. "Bisa juga kau. Ternyata kau belun berubah."
"Ya, ya, jangan bahas itu lagi!" tegas Sakura kemudian menaiki motor ninjanya. "Mari kita balapan sekaligus menguji motor kakakku ini." Ia menepuk-nepukkan motor bagian depan.
"Hm, baiklah. Bersiaplah untuk kalah, Nona Haruno."
Sakura tersenyum menyeringai kemudian memakai helm full face nya, begitu juga dengan Gaara. Mereka berdua mulai menjalankan motornya menuju ke lintasan start.
Brum! Brum!
Motor Sakura dan Gaara memacu cepat di lintasan balap. Mereka saling beradu saing kecepatan, tanpa mempedulikan sekitar sehingga mereka tidak tau jika Temari, Ino dan yang lainnya menatap mereka tak percaya.
Bagaimana bisa mereka sampai disini? Apa mereka membolos? Tentu saja tidak. Mana mungkin anak teladan membolos sekolah.
Di sekolah, tiba-tiba saja diadakan pengumuman jika para murid akan dipulangkan lebih awal karena adanya rapat antara para guru dari semua sekolah yang ada di kota Tokyo dengan dinas pendidikan, maka dari itu sekarang mereka semua ada di sirkuit balap mengikuti motor Sakura dari belakang.
"Anak itu memang tidak pernah berubah," keluh Temari sembari menepuk keningnya pelan.
Shikamaru menguap. "Memang merepotkan, tapi kuakui kemampuan balapannya hampir menyamai Valentino Rossi."
Ino dan Tenten mengangguk bersamaan menimpali ucapan Shikamaru. "Ya, kau benar, dia memang hebat."
"Dan bukankah dia itu adikmu, Temari?" tanya Neji dengan raut wajah datar dan nada dinginnya.
Temari mengangguk mengiyakan. "Iya, dia adikku. Dia sama saja dengan Sakura, sama-sama nakal. Menyebalkan!"
Di sisi lain, Sakura dan Gaara fokus dengan balapan mereka. Kemapuan mereka bisa dibilang seimbang karena kempuan mereka yang sudah mengimbangi pembalap terkenal di mancanegara. Namun, di dalam pertandingan apapun pastinya akan ada yang menang dan yang kalah.
Sakura mencoba memacu motor yang ia pakai saat ini, namun ia merasa tidak suka dengan mesin motor milik kakaknya itu karena berbeda sekali dengan motornya yang ia desain dan buat sendiri sesuai dengan apa yang dia mau. Tapi melihat kemampuan motor kakaknya, ia menilai lumayan karena motor ini memang tidak untuk balapan, hanya untuk bergaya-gaya saja.
Kesempatan dalam kesempitan, itulah spirit hidup Gaara. Sekarang adalah waktunya untuk mengalahkan Sakura untuk yang kedua kalinya setelah dulu mereka beradu tanding karate.
Sakura membuka helm yang ia pakai dengan kasar lalu membuangnya ke sembarang arah. Ia kalah, ya ia kalah dari sepupu yang sama nakalnya dengan dirinya.
"Hei, jangan marah. Bukankah kau sudah biasa kalah dariku, hm?" goda Gaara sembari melepaskan helm nya.
"Cih!" Sakura merengut kesal. Sudah dua kali dirinya dikalahkan oleh sepupu pandanya ini. Ia harap semoga tidak untuk yang ketiga kalinya. "Jika aku menggunakan motorku, aku sudah menang tadi."
"Jadi, kau menganggap jika motor Sasori itu kemampuannya tidak ada begitu?" Sakura mengangguk. "Lalu, mau kau apakan motornya?"
Sakura bangkit dari motornya kemudian menyeringai. "Karena ini motor kesayangan Kak Saso, maka akan kusita dulu." Gaara mengernyitkan alisnya bertanya. "Jika dia tidak membawa motor superku itu kembali, maka motor ini akan kuhancurkan di mesin penghancur." Tangan Sakura kembali menepuk bagian depan motor milik Sasori.
"Wow! Fantastic! Kau sudah sangat liat seperti hewan heena, Saki!" puji Gaara sembari bertepuk tangan kecil.
"Ah, sudahlah jangan dibahas. Soal motorku biar aku yang urus." Gaara mengangguk mengiyakan. "Oh, iya. Bagaimana kau bisa menemukan sirkuit balap ini?"
Gaara tersenyum remeh. "Sirkuit balap ini milikku. Aku membelinya atas hasil kerja kerasku di perusahaan Ayah, maka dari itu sekarang aku satu langkah lebih maju darimu." Sakura berdecih tidak suka. Dirinya tidak suka bila ada yang mencoba menyainginya, apalagi sepupunya yang memang sudah menjadi rivalnya sejak kecil.
"Hei, dimana kau bersekolah? Aku tidak melihatmu disekolahku," tanya Sakura sembari meniup pelan kuku-kukunya yang telah memanjang.
"Ya, aku beda sekolah denganmu. Aku sekolah di Osaka High School." Mata emerlad Sakura membulat. "Jangan terkejut. Aku memang diasingkan di Osaka karena di sana aku bisa diawasi oleh Paman Yashamaru dan Biki-sensei."
Sekarang Sakura menghela napas berat. "Nasib kita sama, Bung." Kemudian ia melancarkan seringainya. "Perbedaannya hanya pada orangnya saja. Kau dijaga oleh seorang yang sangat tegas seperti bodyguard, sedangkan aku dijaga oleh keluargaku sendiri dan aku kemungkinan besar bisa menjinakkan mereka."
"Kali ini aku satu langkah dihadapanmu." Gaara menggeran sebentar. Seharusnya ia tidak mengatakan hal itu tadi, sekarang lihat Sakura dan Gaara memang sepupu rival yang sudah mendarah daging sejak kecil.
"Lalu, kenapa kau ke sini?"
Ctak!
Sakura menatap Gaara horror karena dirinya sudah terkena jitakan tiga kali. Pertama dari Temari, kedua dari Ino dan sekarang dari Gaara. Entah apa hal sial yang akan menghantui Sakura nantinya.
"Hei, jangan menjitakku! Apa kau tidak tau jika aku sudah dijitak dua kali oleh si kipas besar dan babi itu!" desis Sakura tidak suka.
Gaara hanya tersenyum sombong. "Ya, jalani saja. Mungkin ini adalah hari sialmu."
"Baiklah, kutarik kembali kata-kataku. Hari pertamaku di sini benar-benae buruk!" batin Sakura geram.
"Aku kemari karena dirimu, Saki. Setelah aku mendapat kabar dari Kankuro bahwa kau pulang ke Jepang, aku segera ke sini. Bahkan aku rela kabir dari dua penjagaku," sindir Gaara.
Sakura memutar bola matanya bosan. "Ya, ya, ya terserah. Dan terima kasih sudah datang Gaara." Sakura memeluk tubuh kekear Gaara dengan erat. "Aku sangat merindukanku, Panda."
"Aku juga, Jidat," balas Gaara dengan alunan suara yang lembut.
"Kapan kau akan pulang?" tanya Sakura setelah melepaskan pelukannya.
Gaara mencebik kesal. "Apa kau mengusirku?" Sakura terkekeh kemudian menggeleng. "Lalu, kenapa kau mengajukan pertanyaan konyol seperti itu!"
"Aku hanya bertanya Gaara," ucap Sakura tak habis pikir.
Gaara menghembuskan napasnya. "Iya, aku tau. Aku hanya bercanda tadi."
"Aku akan pulang sore ini, maka dari itu aku ingin menghabiskan waktu denganmu karena kau tau sendiri aku hanya akan pulang kemari jika Ayah menyuruhku."
Sakura mengangguk mengerti kemudian mereka berdua menaiki motor mereka masing-masing dan melajukannya menuju ke jalan raya. Mereka akan menghabiskan waktu sampai sore hari hanya untuk berjalan, bersantai atau membuat keonaran sementara di Tokyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl In Love
FanfictionHaruno Sakura, seorang gadis berusia 16 tahun yang terkenal dengan tingkah nakal dan liarnya di kota. Dirinya hidup bersama ayah dan ibunya di kota Cambridge, Inggris. Selama berada di sana, Sakura kerap membuat ulah, seperti balapan mobil atau moto...