15 - Mine!

1.2K 165 5
                                    

"Sasuke, ayo pulang," ajak Sakura mendahului Sasuke.

Sasuke mengernyitkan dahi, bingung. Segera, ia memutuskan obrolan dengan rekan bisnis keluarganya dan mengimbangi langkah Sakura.

Mereka pulang terlebih dulu.

Sedari tadi, Sasuke melirik ke samping. Sakura enggan bertatap muka dengannya dan memilih membuang muka di jendela. Apakah aku berbuat kesalahan? Sasuke tidak bisa melihat raut muka gadis itu.

Ada yang tidak beres, tapi Sasuke memilih diam.

Drtt.. drttt...

Kebetulan lampu lalu lintas berubah menjadi merah, hingga ada space untuk Sasuke mengangkat telepon.

"Hn?"

"..."

"Ya."

"..."

"Hn."

Tutt...

Sasuke memutar kemudi berbalik ke jalan berlawanan. Dan Sakura menyadarinya.

"Ini bukan jalan ke rumahku." Sakura melihat jalanan sekitar. Tatapannya terkunci pada Sasuke yang tampak santai. "Jangan bilang, kau akan membawaku ke rumahmu."

"Pintar," puji Sasuke.

"Aku ingin pulang ke rumahku, bukan  ke rumahmu!" kekeuh Sakura enggan menginjakkan kaki kembali ke mansion Uchiha.

Sasuke bergeming.

"Aku akan lompat!" ancam Sakura.

Sasuke terkekeh tak habis pikir. "Cobalah, pintunya sudah terkunci."

Sakura membelalakan matanya, benar saja, pintunya terkunci. Gadis merah muda itu mencak-mencak tak jelas.

Belokan terakhir, akhirnya mereka sampai ke mansion Uchiha. Dan Sakura akan menginjakkan kakinya ke tempat itu untuk kedua kalinya.

Ini adalah sebuah kesialan.

"Sakura, Buna senang melihatmu lagi." Mikoto menyambut Sakura dengan pelukan merindu. "Buna sangat merindukanmu, sayang. Sering-seringlah main ke sini agar Buna tidak kesepian," pesannya.

Sakura mengangguk kaku.

Mikoto dengan semangat menggandeng tangan Sakura—calon mantunya ke ruang makan. Sebentar lagi akan ada acara makan keluarga, kakak suaminya—Uchiha Fugaku juga akan datang bersama kedua putranya.

"Oh, adik ipar!" pekik Itachi sadar adanya keberadaan si calon adik ipar. "Kukira kau tidak akan datang kemari."

"Tentu aku akan datang. Tentu saja," sahut Sakura dilengkapi dengan senyum keterpaksaan.

"Fugaku-kun akan segera pulang dengan kakak ipar," beritahu Mikoto sembari menata tata letak piring beserta lauk-pauknya. "Kalian duduklah dengan sopan dan tunggu. Mereka tidak akan lama." Setelah berucap demikian, Mikoto berlalu kembali ke depan, menyambung suami beserta iparnya.

Hening.

Sakura melirik Sasuke yang sama-sama diam. Hanya terdengar suara deru napas saja. Keluarga Uchiha benar-benar menjunjung tinggi nilai norma, ya. Sakura tak heran akan hal itu.

"Haruno kah?"

Sakura menengok, matanya bersitatap langsung dengan si tuan rumah, Uchiha Fugaku.

"Salam untukmu, Uchiha-san," sapa Sakura berupaya agar nadanya terkesan sopan.

"Aku terkejut." Fugaku duduk di kursi makan bagian kepala keluarga. "Putri dari seorang berandal seperti Mebuki bisa berada di sini."

Eh? Fugaku-san mengenal ibuku?

Fugaku yang paham arti tatapan Sakura, lantas menjabarkan, "Kami satu sekolah dulu. Kelakuannya sama persis sepertimu."

Apakah itu ledekan? Sakura tersenyum paksa.

"Sangat liar," timpal Sasuke singkat.

Sakurs tersenyum masam, memasang tatapan permusuhan dengan Sasuke. Pria itu benar-benar sudah menjeratnya di sini, bersama Uchiha.

"Maaf, ya, Anata." Kemudian, Mikoto datang bersama tiga orang pria mengikutinya dari belakang. "Aku sedikit mengobrol dengan mereka. Kuharap kau tidak keberatan."

"Tidak."

Mikoto tersenyum maklum. "Baiklah."

"Aku baru tau kau punya putri gulali, Fugaku," sindir seorang pria paruh baya—Uchiha Tajima—kakak dari si tuan rumah.

"Haruno."

Sakura memandang kedua putranya dengan wajah pucat bak mayat—lebih tepatnya, salah satu dari mereka. Pria yang sama.

"Ah, Sakura-chan, perkenalkan mereka Madara dan Izuna. Buna harap kalian saling akrab, nee." Mikoto duduk di dekat sang suami.

Mereka memulai makan malam dengan nikmat, kecuali Sakura yang terus menatapnya. Dia juga menatapnya dengan seringai.

Sakura sadar, jika ia semakin terjebak.

Sementara itu, Sasuke sedari tadi memperhatikan Sakura dengan lirikan mata. Terlihat jelas, raut yang sama muncul ketika Sakura teringin pulang awal dari pesta ulang tahun perusahaan Sabaku.

Kini, Sasuke tau siapa pemicunya,

Uchiha Izuna.

••

"Sudah malam, yakin tidak ingin menginap, Sakura-chan?" saran Mikoto enggan membiarkan si gadis Haruno pulang.

Sakura tersenyum simpul. "Maaf, Buna. Tapi Kak Sasori sendirian di rumah, aku jadi tidak tega."

Dengan berat hati, sang nyonya Uchiha membiarkan calon mantunya pulang.

"Baiklah, tapi biarkan Sasuke-kun mengantarmu, ya," pinta Mikoto, setidaknya jika putranya yang mengantar Sakura, ia bisa tenang.

Menimang-nimang sebentar, akhirnya Sakura manyetujuinya. Lagipula, ia tidak bisa tahan terus-menerus berada di mansion Uchiha akibat teror lirikan mata Izuna.

Sakura tidak ingin terjerat lagi.

"Hati-hati, Sasuke-kun, Sakura-chan!" seru Mikoto kala keduanya memasuki mobil.

Mobil Sasuke melaju keluar dari kawasan mansion, berlalu ke jalan raya.

"Kau kenal dengan Izuna?"

Deg!

"Tidak," elak Sakura berusaha setenang mungkin.

"Pembohong ulung." Sasuke membelokkan kemudi. "Kau bertemu Izuna saat ulang tahun perusahaan Sabaku, bukan?"

Skakmat. Wajah Sakura kembali memucat. Semuanya itu benar.

Sasuke tersenyum tipis.

"Siapa Izuna?" tanya Sasuke lagi.

"Jangan campuri urusanku! Kau bukan siapa-siapaku!" sentak Sakura kesal.

Ciittt!

Bruk!

"Awsh!" Sakura meringis kala kepalanya mengenai dashboard mobil. Salahnya juga tidak mengenakan seatbealt. "Sakit, bodoh!" makinya kasar.

Jantung gadis itu berdegub kencang. Wajah Sasuke sudah tepat berada di depannya sejak ia menoleh.

Sangat dekat.

"M-mau apa k-kau?" Sakura mengalihkan pandangannya ke arah lain, tidak ingin bersitatap dengan si bontot Uchiha.

"Dengar, kau ini milikku. Camkan itu baik-baik," ucap Sasuke rendah.

Sakura terpaku pada kedua manik hitam Sasuke.

Cup.

Sasuke terkekeh dengan diamnya Sakura. "Gadis pintar," pujinya

Hari ini, malam ini, Haruno Sakura resmi menjadi milik seorang Uchiha Sasuke.

Badgirl In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang