Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir

Bab 11

84K 11K 744
                                    

ALANA

Desah lirih meluncur dari bibirku tanpa dapat kutahan saat kehangatan menyelimutiku. Mataku terpejam, menikmati sensasi yang membuat tubuhku seakan melayang. Otot-ototku yang tegang langsung rileks, sementara pikiran yang berat jadi lebih ringan. Rasanya tenang dan nyaman. Sangat nikmat. Berendam di bathub dengan air hangat ternyata memang terapi yang ampuh. Hari yang buruk jadi terasa lebih baik. Dan hari ini sudah pasti termasuk hari terburuk dalam hidupku.

Aku menghela napas panjang mengingat kejadian di apartemen Mas Riyan tadi. Aku sungguh nggak menyangka akan seperti ini jadinya. Namun, sudah terjadi, nggak ada gunanya menyesali. Well, aku sudah menyesalinya sedari tadi dengan menangis tiada henti. Jadi cukup sudah. Saat ini aku hanya ingin melupakannya dan menikmati hangatnya air yang menyelimutiku.

Entah berapa lama aku berendam, mungkin satu jam atau bahkan dua jam. Kulitku sudah berkerut saking lamanya jadi aku memaksakan diri untuk bangkit. Aku mengeringkan tubuhku dengan handuk, lalu mengenakan bathrobe, dan melangkah keluar dari kamar mandi.

Hanya embusan udara dari pendingin ruangan yang menyambutku di kamar hotel yang sepi. Aku menggigil kedinginan, lalu beranjak menuju koper kecilku. Aku melepaskan bathrobe hingga tergeletak di lantai, lalu mengenakan sweater hangat berwarna kelabu, sesuai dengan suasana hatiku, dan celana piama hitam.

Aku mengambil handphone dari tas lalu menghempaskan tubuhku di ranjang empuk. Ternyata sudah sangat larut, jam di layar handphone menunjukkan setengah sebelas malam. Keningku berkerut melihat puluhan panggilan tak terjawab dan juga pesan-pesan di WhatsApp. Semuanya dari Elang. Perasaan bersalah langsung menyeruak di hatiku. Elang pasti sangat khawatir karena tadi aku meneleponnya sambil menangis.

Tadi waktu menelepon, aku sedang ada di taksi yang membawaku pergi dari apartemen Mas Riyan. Aku berusaha setengah mati menahan tangis, tapi akhirnya gagal. Aku terisak parah hingga membuat supir taksi kebingungan. Elang pasti juga kebingungan, dan aku bahkan belum sempat menjelaskan alasanku menelepon karena aku nggak ingin mengganggu acaranya dengan Sania.

Setelah menutup telepon, aku lalu sibuk mencari hotel yang masih available lewat aplikasi. Aku memang belum memesan hotel karena rencananya akan menginap di apartemen Mas Riyan. Namun, setelah peristiwa tadi tentu saja nggak mungkin lagi. Sesampainya di kamar hotel, aku hanya meletakkan tas, lalu langsung masuk ke kamar mandi, dan berendam berjam-jam hingga nggak mendengar panggilan Elang.

Aku langsung menelepon balik, tapi tampaknya handphone Elang sedang nggak aktif. Akhirnya aku membuka pesannya dan mataku seketika terbelalak saat melihat screenshot tiket Surabaya-Jakarta atas nama Elang yang jadwal keberangkatannya malam ini. Atau lebih tepatnya jam ini. Pantas saja handphone-nya nggak aktif. Dia pasti sudah ada di dalam pesawat sekarang.

Ya Tuhan, gara-gara aku Elang sampai harus mendadak terbang ke Jakarta. Padahal sekarang sudah hampir tengah malam. Harusnya aku merasa bersalah, dan aku memang merasa bersalah. Sedikit. Ada perasaan lain yang jauh lebih besar memenuhi hatiku. Rasa haru dan juga bahagia. Aku lanjut membaca pesannya. Yang terakhir terkirim sekitar setengah jam yang lalu.

Al, where are you? Shareloc. Aku otw.

Astaga, Elang ke sini bahkan tanpa tahu aku ada di mana. Benar-benar bocah nekat. Buru-buru aku mengetikkan alamat hotel dan juga nomor kamarku, sementara seulas senyum terkembang di bibirku. Rasanya menyenangkan bisa tersenyum setelah menangis terus-terusan.

Berita kedatangan Elang tampaknya memacu adrenalinku. Aku nggak bisa berbaring diam karena terlalu semangat. Akhirnya hanya mondar-mandir gelisah di dalam kamar sambil menunggu bel pintu kamar hotelku berbunyi. Saat bel itu akhirnya benar-benar berbunyi, aku langsung berlari menuju pintu dan membukanya. Entah kenapa mataku berkaca saat melihat sosok jangkung yang berdiri di sana dengan wajah terlihat cemas dan lelah.

Sebelum dia mengucapkan sepatah kata, aku langsung menghambur ke pelukannya. Dan dengan sigap dia menyambutku, membungkus erat tubuh mungilku dalam dekapan hangat dadanya yang bidang. Perasaanku campur aduk tak karuan. Namun, satu hal yang pasti. Aku merasa aman. Aku merasa semuanya akan baik-baik saja. Karena Elang sudah ada di sini bersamaku.

icon lock

Tunjukkan dukunganmu kepada ayleentan, dan lanjutkan membaca cerita ini

oleh ayleentan
@ayleentan
Alana dan Elang sudah saling kenal sejak keduanya masih sangat kecil...
Beli bab baru cerita atau seluruh cerita. Yang mana pun itu, Koinmu untuk cerita yang kamu sukai dapat mendukung penulis secara finansial.

Cerita ini memiliki 45 bab yang tersisa

Lihat bagaimana Koin mendukung penulis favoritmu seperti @ayleentan.
Friends Don't KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang