ELANG
"El, temani ke Hollywings, yuk. Ada party, ulang tahunnya Rossa. Kamu masih ingat Rossa, kan? Sahabatku sejak SMA, dulu pernah aku kenalin ke kamu," ucap Sania.
Kami sedang berada di kolam renang apartemenku. Hari masih pagi, tapi biasanya aku memang selalu berenang di pagi hari. Aku sudah menyelesaikan beberapa putaran ketika Sania datang untuk ikut berenang. Saat ini aku tengah duduk di kursi santai, sementara Sania masih ada di dalam kolam sambil menatapku penuh harap. Another party? Dalam seminggu ini entah sudah berapa kali dia mendapat undangan pesta. Sania punya banyak sekali teman, aku bahkan nggak ingat yang mana yang namanya Rossa.
"Malam ini?" tanyaku malas-malasan.
Aku bukan penggemar party. Party selalu identik dengan hingar bingar musik, kepulan asap rokok, dan kumpulan manusia-manusia yang nggak terlalu saling kenal membicarakan hal-hal yang nggak terlalu penting. Aku jauh lebih memilih camping sendirian di tengah alam terbuka, menikmati indah pemandangan sambil merenungkan hal-hal penting dalam hidupku. Aku bukannya anti sosial, apalagi pemalu. Aku bisa bicara tentang apa saja kalau aku menginginkannya. Sayangnya, aku jarang menginginkannya. Maybe I'm just a thinker, not a talker.
"Iya, jam tujuh acaranya, ikut ya?"
Aku hendak menolak, lalu ingat kalau seminggu ini sudah berkali-kali aku menolak ajakannya. Akhirnya aku mengangguk yang membuat wajah Sania langsung berseri. Dia beringsut keluar dari kolam renang lalu melenggang ke arahku.
"Thank you, El. You're the best boyfriend ever." Sania mencium pipiku, lalu duduk di kursi santai di sebelahku sambil mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
Seandainya aku lupa kenapa dulu tertarik padanya, maka aku hanya perlu melihat sosoknya sekarang. Sania adalah seorang perempuan cantik yang sangat seksi. Apalagi dalam balutan bikini merah yang memamerkan setiap lekuk tubuhnya. Mungkin kedengarannya sangat dangkal, tapi yah ... aku laki-laki normal berusia 20 tahun. Akan sangat munafik kalau aku bilang nggak suka perempuan berwajah cantik dan bertubuh seksi. Meski jika aku ingat-ingat lagi, hal pertama yang membuatku tertarik bukan wajah atau tubuhnya, tapi sikapnya yang lembut dan anggun. Mirip seperti Bunda.
"Aku seneng banget kamu mau ikut. Kamu tahu nggak? Rossa itu sok banget deh sejak punya pacar artis. Artis nggak terlalu terkenal padahal. Banyakan juga follower kamu di Instagram. Sekali-sekali upload foto kita dong, biar fans kamu tahu kalau kamu udah punya pacar. Biar Rossa juga tahu kalau pacarku lebih terkenal dari pacarnya."
Aku menghela napas panjang. Sayangnya, setelah mengenal lebih dekat, ternyata Sania sama sekali nggak mirip Bunda. Mungkin dulu dia hanya berpura-pura, atau aku saja yang terlalu buta. Hal-hal yang dulu membuatku tertarik kini nggak bisa lagi mengimbangi hal-hal yang membuatku jenuh. Tadi dia bilang Rossa sahabatnya, kan? Sejak kapan sahabat saling menjelekkan satu sama lain? Aku sungguh nggak mengerti jalan pikirannya. Ini baru satu contoh. Ada banyak lagi jalan pikiran Sania yang sangat sulit aku mengerti.
"Oh ya, nanti anterin aku ke butik dulu ya, Sayang. Aku butuh beli baju buat acara nanti."
"Nggak bisa, kuliahku full hari ini."
"Siang gitu masak nggak bisa, sih? Paling cuma butuh waktu satu atau dua jam aja."
Berdasarkan pengalaman, aku nggak yakin satu atau dua jam cukup untuk Sania memilih baju. "Pakai baju yang udah ada aja dulu, ya. Hari ini aku ada beberapa quiz, nggak boleh telat, apalagi bolos."
"Aduh, nggak bisa, Sayang. Ini pestanya Rossa, katanya banyak artis teman pacarnya juga bakalan dateng. Malu-maluin banget kalau aku tampil seadanya." Sania menatapku seolah aku baru saja mengabarkan kalau dunia akan runtuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Don't Kiss
RomanceAlana dan Elang sudah saling kenal sejak keduanya masih sangat kecil. Terbelenggu pada label persahabatan yang mereka sematkan satu sama lain sedari dulu. Saat tanpa sadar mereka melangkahi batas hubungan, dengan sebuah ciuman, mampukan keduanya tet...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi