Siang itu suasana kantin Galendra Persada International School lumayan lengang. Hal itu dikarenakan sebagian besar siswa sedang sibuk menyaksikan debat calon ketua OSIS di Aula Utama.
Hanara, Savina, dan Zyta siang itu lebih memilih mengisi perut mereka dibandingkan menyaksikan debat yang cukup menegangkan itu.
Hanara yang sedang sibuk menyantap batagor langganannya mulai merasa terganggu saat menyadari bahwa kedua sahabat cantiknya ini sedang asik bertukar kode. Membahas sesuatu hal yang kurang dipahami Hanara.
"Lu pada kenapa sih?" tanyanya cuek sambil menyeruput orange juice miliknya.
Savina, gadis berkulit seputih susu, yang duduk tepat di hadapan Hanara mulai mendekatkan dirinya seperti akan membisikkan sesuatu. Hal ini diikuti pula oleh Zyta yang turut mencondongkan badannya ke arah Hanara sehingga mereka seperti membentuk lingkaran di meja kantin.
"Lo tau kan cerita anak X IPS 1? Yang minggu lalu bolos pelajaran Sejarah serentak sekelas?" mata Savina berbinar seakan ia sedang menyampaikan berita paling heboh abad itu.
Alis Hanara bertaut, mencoba mengingat-ingat kejadian yang sepertinya pernah didengarnya itu. Ia lalu dengan cepat mengangguk. "Tau gue. Parah banget sih itu."
"Nah... denger-denger, guru-guru udah nemuin dalang kejadian itu."sambung Savina lagi kian bersemangat.
"Iya tuh. Gue denger-denger sih ada 'dalangnya' gitu." Zyta juga ikutan semangat. Saking semangatnya, hampir saja ujung kunciran rambutnya masuk ke kuah bakso di depannya jika tidak dipegang oleh Hanara.
"Heboh amat sampe pake ada dalangnya segala. Bukannya udah biasa yah kalo anak X IPS 1 bikin masalah? Terakhir kan mereka sekelas ketauan nyontek pas UTS kan?" Hanara berujar santai tidak terlalu perduli.
"Iiih.. Lu mah ga asik! Ini seriusan ada dalangnya! Jadi, katanya... anak-anak X IPS 1 itu diajak sama si 'dalang' ini buat cabut nonton gara-gara si 'dalang' ada masalah sama guru sejarah! Makanya dia sengaja ngebayarin anak-anak kelasnya buat nonton dan makan sepuasnya biar tu guru sejarah kesel kelasnya kosong!" Savina berujar dengan muka serius.
"Wah... Nyari masalah banget ga sih?!" sambut Zyta ikut berkomentar dengan sama semangatnya.
"Dari tadi lo ngomongin 'dalang', 'dalang', 'dalaaaang' mulu. Udah kayak kasus kriminal aja. Emang siapa sih dalangnya itu?" gemas sekali Hanara melihat cara bercerita kedua temennya yang satu ini, terutama Savina. Pantas saja Savina dikenal sebagai ratu gosip angkatan mereka. Caranya menyampaikan cerita benar-benar penuh penghayatan. Sudah seperti pembawa acara infotainment berpengalaman.
Savina baru saja akan melanjutkan ceritanya saat tiba-tiba matanya terarah pada sebuah meja yang cukup jauh dari meja mereka. Menyadari akan hal itu, serentak Hanara dan Zyta ikut menelusuri arah pandangan Savina.
Di meja yang terletak cukup jauh dari meja mereka terlihat seorang guru datang menghampiri. Mereka bertiga serentak mulai pasang mata dan telinga, berusaha mencuri dengar apa yang dikatakan oleh guru tersebut pada sekumpulan anak laki-laki yang sepertinya juga sedang menikmati makan siang seperti mereka.
Sayup-sayup Hanara dapat menadengar bahwa guru itu meminta seorang murid, yang entah siapa namanya, untuk mengikutinya ke Ruang Konseling. Tapi ia juga tidak tahu dengan jelas apa yang sebenarnya dibicarakan karena jarak mereka yang cukup jauh.
Tiba-tiba, tanpa diduga, tangan Hanara ditarik oleh Savina hingga ia terpaksa berdiri. Dengan gerakan secepat kilat Savina menariknya untuk pindah ke meja tepat di sebelah meja sekumpulan anak cowok yang sedang didatangi guru itu.
Hanara sebenarnya tidak begitu tertarik akan hal ini. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti Savina karena ternyata Zyta pun turut mendorong tubuhnya untuk mengikuti Savina. Mereka berdua sepertinya kurang puas jika tidak dapat mendengar percakapan yang sedang berlangsung itu dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara's Invisible Side
Подростковая литератураBagi Hanara hanya dirinya lah yang bisa ia andalkan. Hanara selalu menyimpan semua yang dirasakan untuk dirinya sendiri. Terlebih lagi hidup selalu memberikan kejutan tak terduga yang nyaris tak mampu dihadapinya. Terutama ketika muncul dua orang co...