Hanara melangkahkan kakinya dengan kesal ke luar dari toko buku. Ia dengan cepat berjalan mencari jalan keluar dari mall, menuju parkiran. Sayup-sayup ia dapat mendengar kedua sahabatnya meneriakkan namanya tak jauh di belakang.
"Nara!" Zyta meraih tas selempang Hanara tepat sebelum Hanara masuk ke dalam lift menuju parkiran.
Hanara menghentikan langkahnya.
"Nara mau kemanaaa?" tanya Savina yang akhirnya berhasil mengejar mereka dengan nafas terengah.
"Kok lo marah sih?" Zyta menatap Hanara heran sambil msih memegang tas selempang coklat milik Hanara. Jaga-jaga kalau Hanara nanti tiba-tiba ngacir lagi.
"Menurut lo?" tanya Hanara balik.
Savina mengerucutkan bibirnya, "Iya.. iya.. Sorry kita telat." Katanya.
"Tadi tuh ban mobil gue kempes, ada yang bocor. Jadi ke bengkel dulu. Ini aja kita ke sini pake taxi online. Sorry yah..." jelas Zyta dengan wajah memelas.
Hanara menatap kedua sahabatnya bergantian, "Pada punya hp kan?" sarkasnya.
Savina dan Zyta serentak memasang cengiran di wajah mereka.
"Hp gue low batrenya." Jawab Zyta.
"Gue lupa isi kuota. Jadi telpon lo ga masuk kayanya." Jawab Savina sambil matanya berkedip-kedip sok imut meminta pengertian.
Hanara menghela nafas pelan, salahnya sendiri juga tadi menelpon kedua sahabatnya itu hanya melalui aplikasi whatsapp.
"Yaudah deh." Hanara menyerah. Ia sebenarnya tak begitu marah atas keterlambatan kedua sahabatnya itu. Sudah biasa.
"Dimaafin nih kita?" mata Savina berbinar menatap Hanara.
Hanara mengangguk.
"Seriusan?" tanya Zyta lagi lebih memastikan.
"Iya."
Savina dan Zyta serentak memeluk Hanara bersamaan.
"Makasih yah, Nara sayaaaang..." kata Savina.
"Nara emang terbaikkk." Sambung Zyta.
"Iih... jangan peluk-peluk ah. Diliatin orang lewat tuh. Dikira teletubies kita ntar!" Hanara dengan pelan mendorong kedua sahabatnya menjauh.
"Hehehe... teletubies kan berempat. Kita kan bertiga. Beda doong.." bantah Savina dibalas anggukan setuju Zyta.
Hanara tersenyum kecil, "Iya aja deh gue mah."
"Eh? Batal nih ke toko bukunya? Emang lo udah beli novel yang katanya best seller kemarin?" Savina teringat akan tujuan mereka menemani Hanara malam itu.
"Batal aja. Gue unmood." Jawab Hanara cepat. Ia teringat bahwa di toko buku ada cowok menyebalkan tadi. Hanara tidak ingin Kembali ke sana dan bertatap muka lagi dengan Reiga.
"Loh? Kok unmood? Padahal ada kak Reiga loh! Lumayan, cuci mata!" Savina berujar semangat.
"Loh? Kok jadi lo yang semangat, Sav? Kemarin lo bilang lo ga minat sama tipe good boy kayak kak Reiga?" protes Zyta tak terima.
"Itu kan kemaren! Waktu belum lihat kak Reiga dari deket! Sekarang pas udah di-Zoom in rupanya kece badai!" cetus Savina bersemangat.
"Yahh... Elo maah!" Zyta makin sewot. Ia menghentakkan kakinya kesal.
"Ya ampuuun... kalian bedua tuh kenapa sih?" Hanara melerai kedua sahabatnya yang aroma-aromanya bakalan adu mulut itu.
"Sini lo berdua!" Hanara dengan cepat menarik tangan kedua sahabatnya itu agar pindah dari depan lift menuju Lorong di dekat rest room.
"Kok lo berdua jadi berantem gara-gara kak Reiga yang ga seberapa itu?" omel Hanara pada dua sahabatnya.
"Ya gimana nggak! Si Savina tuh ga konsisten! Cowo yang ditaksir gonta ganti mulu!" keluh Zyta sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Loh kok jadi gue? Bebas dong gue mau suka sama siapa? Wajar dong gue naksir sama siapapun? Toh yang gue taksir cowo yang belum punya pacar ini!" balas Savina tak mau kalah.
"Dih! Tap ikan lo udah punya cowok! Lo ga marah, Nara? Pacarnya Savina kan sepupu jauh lo!" nada Zyta terdengar lebih kesal.
"Kok jadi bawa-bawa pacar gue? Gue kan Cuma naksir! Ga sampe selingkuh!" Savina tidak terima dengan perkataan Zyta padanya.
Hanara menepuk kepalanya tak habis pikir. Bisa-bisanya kedua sahabatnya itu jadi berantem gara-gara cowok Bernama Reiga itu.
"Udah! Udah! Stop ya!" Hardik Hanara.
"Lo berdua seriusan mau berantem perkara cowok? Cowok yang bahkan ga beneran lo berdua kenal? Hah?" tanya Hanara kesal.
Savina dan Zyta diam, sedikit tertegun mendengar pertranyaan Hanara. Cuma... terlanjur adu mulut saja. Jadi susah berhenti di tengah jalan.
"Lo berdua lupa pembahasan kita kemaren-kemaren?" Hanara memandang kedua sehabatnya tajam.
"Lo kan yang kasih info kalau kak Reiga itu playboy, Sav? Lupa?" cecar Hanara.
"I-iya sih..." gumam Savina akhirnya.
"Lo mau deket sama playboy, Zyt? He is out of you type! Lo kan anak baik-baik! Nyokap lo pasti ga suka lo deket sama cowok kaya gitu. Ya kan?" Hanara menasihati Zyta dengan suara yang lebih rendah. Mengingatkan Zyta akan tipikal orang tuanya yang lumayan ketat dalam mendidik.
Zyta terdiam, mulutnya dimanyunkan. Tapi tak lama ia mengangguk membenarkan ucapan Hanara.
"Umm... Tapi kan gue udah pengalaman sama playboy... Boleh dong kalau..." gumaman Savina membuat Hanara melotot.
"Astaga Savina... gue tampol juga nih!" Hanara berujar sewot.
"I-iya iya... becanda!" kata Savina cepat saat melihat wajah ganas Hanara yang seperti hendak menerkamnya.
"Bagus! Naksir cowok boleh... bego jangan! Gue Cuma nggak mau lo berdua sampe berantem gara-gara cowok. Kan kita sahabatan!" nasihat Hanara lagi.
Savina dan Zyta menatap Hanara sambil mengangguk-angguk setuju. Omongan Hanara selalu ada benarnya, pikir mereka.
"Terutama elo, Sav! Sepupu jauh gue itu yang lo pacarin! Putus dulu baru gebet yang baru! Jangan selingkuh ih. Tobat ngapa?" omel Hanara lagi teringat pada Randy, sepupu jauhnya yang dipacari Savina.
Savina menghela nafas pelan. Sepertinya ia terlihat ingin mengutarakan sesuatu.
"Udah gue putusin, Nara! Si Randy punya pacar lain di Sydney!" lirih Savina membuat Hanara dan Zyta spontan terkejut.
"WHATTT???" pekik Hanara dan Zyta bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara's Invisible Side
Teen FictionBagi Hanara hanya dirinya lah yang bisa ia andalkan. Hanara selalu menyimpan semua yang dirasakan untuk dirinya sendiri. Terlebih lagi hidup selalu memberikan kejutan tak terduga yang nyaris tak mampu dihadapinya. Terutama ketika muncul dua orang co...