Hanara menatap Reiga malas, "Gue orangnya tau terimakasih kok!" balasnya agak kesal. Senyum terpaksa di bibirnya kini sirna.
Raiga mengulum senyum menatap Hanara, "Iya deh. Nih belanjaan lo." Reiga menyerahkan beberapa tas belanjaan yang dipegangnya pada Hanara.
"Ternyata lo baik juga ya." Cetus Reiga tiba-tiba.
"Hah?" Hanara menatap Reiga tak mengerti.
"Iya. Gue tadi nggak sengaja ngeliat lo nyamperin anak kecil tadi. Gue perhatiin dari awal gimana lo nolongin anak itu." Kata Raiga menjelaskan.
Reiga tadi memang sedang berjalan menyusuri Mall saat tanpa sengaja melihat Hanara berjalan sendirian. Ia juga menyaksikan dari awal bagaimana Hanara memperlakukan Cia dan membantu gadis kecil itu untuk bertemu dengan mamanya lagi.
"Lo stalker ya?" cetus Hanara sinis.
Reiga memicingkan matanya, menatap gadis di hadapannya itu tak percaya.
"Stalker?" tanyanya sambil mengarahkan telunjuknya pada diri sendiri.
Hanara mengangguk.
"Emang ada gitu tampang kayak gue jadi stalker?" tanya Reiga lagi. Ia tak percaya ada perempuan yang berani menuduhnya begitu. Wajah tampannya jelas sekali tidak mungkin dimiliki oleh seorang stalker. Yang ada justru orang lain yang berkeinginan nge-stalk dirinya, pikir Reiga.
Hanara mengibaskan pelan rambutnya yang menjuntai di wajah dengan menggerakkan kepalanya. Ia kemudian melihat Raiga dari atas ke bawah dengan pandangan meledek.
"Pernah denger.. 'don't judge a book by its cover'?" tanya Hanara sambil tersenyum sinis.
Reiga tertawa pelan, "Yaudah, bebas deh lo mau nilai gue gimana. Semoga aja suatu saat lo sadar kalau gue ngga seburuk yang lo bayangin." Katanya.
"Semoga aja." Balas Nara masih dengan senyuman sinis di bibirnya. Ia lalu dengan cepat berjalan melalui Reiga.
"Abis ini lo mau ke mana?" tanya Reiga sambil mensejajari langkah kaki Hanara dengan berjalan mundur.
"Bukan urusan lo." Jawab Hanara.
"Mau makan bareng nggak?" tanya Reiga lagi sambil masih berjalan mundur.
"Nggak!" tolak Hanara tegas.
"Ngopi bareng?" tawar Reiga lagi.
"Gue ngga suka ngopi. Pait." Lagi-lagi Hanara menolak.
"Milktea? Boba? Cheesee cake? Mau yang mana?" tanya Reiga pantang menyerah sambil tetap berjalan mundur.
Hanara mempercepat Langkah kakinya. Ia semakin kesal dengan kelakuan Reiga. Entah apa yang sebenarnya direncanakan cowok satu itu. Hanara jadi teringat pada Danny.
"Mau ya? Mau dong..." desak Reiga lagi karena Hanara tidak memberikan jawaban apapun.
Hanara tak peduli. Cewek itu terus berjalan semakin cepat. Beberapa orang di Mall terlihat mulai memperhatikan Reiga yang sedang berjalan mundur di hadapannya itu. Hanara paling tidak suka menjadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanara's Invisible Side
Roman pour AdolescentsBagi Hanara hanya dirinya lah yang bisa ia andalkan. Hanara selalu menyimpan semua yang dirasakan untuk dirinya sendiri. Terlebih lagi hidup selalu memberikan kejutan tak terduga yang nyaris tak mampu dihadapinya. Terutama ketika muncul dua orang co...