Kesan Pertama

59 37 28
                                    

Suasana hati Hanara sedang cukup baik pagi itu, Ia melangkahkan kakinya dengan riang menuju ruang kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana hati Hanara sedang cukup baik pagi itu, Ia melangkahkan kakinya dengan riang menuju ruang kelas. Tadi malam kedua orang tuanya menyempatkan waktu untuk melakukan video call dengan Hanara. Hal sederhana itu sudah cukup membuat gadis berambut panjang itu merasa sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Hanara tak berhenti tersenyum saat melangkahkan kakinya.

Senyum Hanara sejenak terjeda saat ia merasakan perutnya keroncongan. Ia baru ingat bahwa dari tadi malam ia belum sempat makan saking bahagianya menerima video call dari orang tuanya. Hanara segera balik badan, memutuskan untuk terlebih dahulu melangkah ke kantin.

Di kantin, Hanara membeli sebungkus biskuit coklat dan sebotol air mineral. Ia lalu menebarkan pandangan ke sekeliling kantin, mendapati bahwa suasana kantin di pagi itu cukup riuh. Beberapa kelompok siswa yang sedang sarapan dan tampak di sudut yang lain sekelompok siswa berkerumun mengerjakan PR yang sepertinya harus dikumpulkan pada jam pertama hari itu.

Hanara melirik jam di pergelangan tangannya sekilas. Pukul 06.45. Setelah yakin masih memiliki cukup banyak waktu, ia lalu bergegas pergi menuju taman belakang untuk memakan makanan yang baru saja ia beli.

Taman belakang Galendra Persada International School cukup luas. Maklum saja, sekolah elit itu memiliki predikat sebagai salah satu sekolah dengan luas wilayah terbesar se-Jakarta. Taman itu dihiasi dengan berbagai jenis tanaman dan pepohonan. Di bawah masing-masing pohon yang rindang itu terdapat kursi taman yang terbuat dari besi dan dicat dengan warna putih.

Hanara memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang berdampingan dengan sebuah pot panjang berisi bunga matahari yang sedang mekar. Ia meletakkan biskuitnya di kursi lalu menutup matanya sejenak sambil menghirup nafas dalam-dalam. Segar sekali pagi itu.

Beberapa menit dihabiskan Hanara untuk menghirup udara pagi yang segar sambil tetap menutup matanya. Ia sangat menyukai ketenangan seperti itu.

Srek.. kresek...

Hanara langsung membuka matanya saat mendengar suara bungkusan makanan dibuka tepat di sebelahnya. Ia mendapati Davka, cowok bermasalah yang minggu lalu dilihatnya sedang melawan guru di kantin, tengah duduk di sebelahnya. Alis mata Hanara terangkat, terlebih saat menyadari bahwa bungkus makanan yang dibuka oleh Davka adalah biskuit coklat miliknya!

Hanara baru saja akan menyemprot Davka dengan amarahnya saat tiba-tiba cowok berlesung pipi itu menoleh ke arahnya dengan pandangan heran.

"Mau?" tawar Davka acuh tak acuh sambil mulai memasang headphone di kepalanya.

Mata Hanara melotot, hampir keluar dari tempatnya mendengar tawaran dari Davka. Bagaimana bisa cowok satu ini seenaknya memakan biskuit milik Hanara dan kemudian menawarkan biskuit itu padanya? Benar-benar menyebalkan!

Hanara menghembuskan nafas kesal sambil memutuskan untuk bersabar. Ia tak ingin merusak suasana hatinya yang sedang baik saat itu.

Sambil menatap Davka kesal, Hanara lalu mengambil biskuit dari bungkusan itu dan memakannya dengan sewot.

Hanara's Invisible SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang