Part 8 - Me Time

121K 14.2K 1.7K
                                    

Tes, tes, tes satu dua tiga......

Yuhuuu aku balik lagi bareng Haikal dan Jihan.

Say hi dulu dong 👉

Spam ❤ di sini 👉

Kalian baca cerita ini jam berapa? 👉

Yang jomblo siapa??? 👉

Happy reading ❤

Terima kasih untuk diri sendiri yang telah berjuang sampai sekarat.
_____

Netra Jihan bergerak liar, menyapu seluruh ruangan dengan gelisah. Orang-orang menatapnya dengan pandangan kasihan. Kasihan. Ya, dia memang pantas dikasihani.

"Pak Haikal, jangan gitu dong! Jadi cowok nggak tahu diri banget! Punya hubungan sama Jihan, tapi nempelnya sama Niken terus. Dasar buaya!" Mei memekik gemas.

"Semua laki-laki emang sama!"

"Nggak bisa lihat yang bening dikit!"

"Jihan kurang apa, sih? Kurang cantik, iya! Kurang pintar, iya! Kurang kaya, iya! Kurang apa lagi?!"

Mei berapi-api menyampaikan semua rangkaian kalimat hasil kerja otaknya.

"Mei, nggak ada gunanya lo ngomel. Pak Haikal udah pergi," tegur Anita.

Mei tersenyum lugu. "Oh, Pak Haikal udah pergi?"

Mutia mencibir. "Tadi aja waktu di sini lo cuma diam, giliran doi udah pergi baru nyerocos."

"Tadinya mau gue maki-maki. Cuma gue takut gaji bulan ini nggak turun." Bagaimana pun Mei sayang gajinya. Eh, tapi dia juga sayang sahabatnya Jihan kok.

Jihan menarik kursi kerjanya. Ia hempaskan tubuh lelahnya di sana. Haikal pergi bersama Niken beberapa waktu yang lalu setelah Jihan puas mengeluarkan semua hal yang mengganjal di hatinya, terutama pada Niken.

Tidak, Jihan tidak menyesal telah menyebabkan kekacauan hari ini. Walau dia harus bayar mahal dengan harga dirinya. Tapi setidaknya Jihan lega.

"Mblo, ini waktunya lo move on. Banyak kebahagian menanti di depan sana. Jangan sesali apapun, karena hidup memang tentang kesedihan dan kebahagiaan. Sekarang lo lagi fase sedih, dan tugas lo adalah mencari cara untuk kembali bahagia." Kadang-kadang Alvian memang sangat bijak. Untuk ukuran cowok Alvian ini sempurna diluar sifatnya yang playboy.

"Gue mau bahagia," lirih Jihan.

"Temukan kebahagiaan itu!" Alvian menampilkan senyumam lembut. Membuat Jihan terpanah untuk sesaat.

Temukan kebahagiaan.

Dari mana Jihan harus mulai mencarinya?

"Cari dalam diri lo sendiri," jawab Alvian seorang dapat membaca pikiran Jihan.

Diri sendiri. Jihan tersenyum penuh arti diantara sesak di hati.

Cara pertama yang Jihan lakukan dalam usaha mencari kebahagiaan diri adalah memotong rambutanya sebagai lambang buang sial. Jihan merelakan rambut sepunggungnya dibabat habis oleh tukang salon langganannya hingga tinggal sebahu.

Kemudian Jihan beralih melakukan perawatan tubuh. Berbelanja. Berkeliling kota seorang diri. Berburu kuliner enak hingga perutnya terasa kenyang.

Satu hari bolos dari kantor benar-benar Jihan manfaatkan untuk me time. Ah, sudah berapa lama Jihan tidak mencintai dirinya sendiri? Kini semua terasa lebih nyaman. Lebih ringan.

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang