Part 43 - Harus apa?

73.1K 9.6K 2K
                                    

Hai hai aku balik lagi. Ada yang kangen Jihan? Atau kangen Niken?

Tes semangat dulu. Ketik aaaaaaa 👉

Spam nama Jihan 👉

Spam nama Niken 👉

Spam nama Haikal 👉

Spam nama Dirga 👉

Penggemar tuan tanah ada?

Happy reading ya 💕

Tidak mudah jadi tokoh yang tidak disukai.
_____


"Suruh dia pulang. Saya tidak ingin melihat wajahnya lagi!" Ayah Jihan melangkah pergi.

Suasana mendadak hening. Jihan memandang serba salah pada semua orang, terutama pada Remi, keluarga Remi dan kucing peliharaan keluarga Remi yang mengintip dari balik dinding.

Jihan malu pada keadaan.

Ayah Jihan kembali memasuki ruangan. Beliau kembali karena lupa membawa pulung Jihan. Ya, maklum saja dia sudah tua.

"Jihan, ayo pulang!" perintahnya dengan tegas.

"Iya, Yah," jawab Jihan terbata.

"Ayo, Nak Mikail, kita pulang," ajak Ibu Jihan pada Haikal.

"Kenapa ngajak dia?" sentak Ayah Jihan dengan nada mengamuk.

"Dia kan nginap di rumah kita," jawab Ibu Jihan kalem.

"Saya tidak kasih izin!"

"Tapi--"

"Jihan, ayo pulang!" tegas Ayah Jihan sekali lagi.

"Saya tidak mau pulang!" Yang mengatakan ini bukan Jihan, tapi Ibu Jihan. "Saya tidak mau pulang kalau Nak Mikail tidak ikut!"

Ayah Jihan memandang tidak percaya pada istrinya. Apa-apaan ini? Kenapa jadi istrinya yang begitu keras kepala?

"Pulang sekarang!" Ayah Jihan menatap marah.

"Nggak mau kalau Nak Mikail nggak ikut." Ibu Jihan tetap keras kepala.

Ayah Jihan merasakan urat lehernya menengang.

"Nak Mikail harus ikut! Titik! Kalau tidak kamu tidur di luar," ancam Ibu Jihan.

"Ya Tuhan, saya tidak percaya ini." Ayah Jihan berdecak kesal.

"Jihan, urus Ibumu dan laki-laki itu." Ayah Jihan melangkah pergi seorang diri.

"Nak Mikail boleh ikut ke rumah kita, kan?" tanya Ibu Jihan pada suaminya.

Ayah Jihan berhenti sebentar, matanya menyorot pada Sang Istri. "Memangnya kalau saya bilang tidak apa kamu akan menurut?"

Ibu Jihan nyengir. "Nggak!"

"Ya sudah, pakai tanya lagi," decak beliau sebelum benar-benar pergi.

"Ayo, Nak Mikail," ujar Ibu Jihan kegirangan.

Haikal dengan patuh mengangguk.

"Maaf ya sudah buat keributan," sesal Ibu Jihan pada keluarga Remi.

Ibu Jihan dan Haikal pergi dari sana, keluarga Remi mengantar hingga ke depan pintu rumah mereka. Tidak ada komentar dari keluarga Remi, atau mungkin belum ada komentar.

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang