Part 11 - Berondong

111K 12.5K 709
                                    

Yuhuuu aku balik lagi bareng Haikal 😊

Siapa yang kangen Haikal?

Spam ❤ yok di sini 👉

Kalian baca cerita ini jam berapa?

Yang jomblo absen di sini 👉

Kalau berondongnya ganteng bisa dicarakan baik-baik.
_____


Haikal memarkirkan motornya secara sembarang di parkiran fakultas tempat Niken mengajar. Motor gede hitam milik Haikal tampak penyok di bagian body kanan akibat dia jatuh tadi pagi. Dengan tergesah Haikal menelusuri area parkir mencari sosok Niken atau Bams.

Luka nyeri di lengan dan bawah matanya tidak Haikal hiraukan. Haikal harus segera menemukan Niken dan memastikan perempuan itu baik-baik saja.

"Niken." Haikal mengetuk kaca mobil Niken. Dari luar Haikal melihat Niken menenggelamkan wajahnya di balik kemudi

Niken mendongak dengan mata sembab. Tanpa berpikir dua kali Haikal masuk ke dalam mobil, tepat di sisi Niken. Beruntung parkiran fakultas tidak begitu ramai.

"Di mana Bams?" tanya Haikal serius.

Niken terisak sedih. "Dia udah pergi."

"Dia udah pergi."

"Kamu... nggak apa?" tanya Haikal ragu, ada bekas merah di pipi Niken sebelah kanan.

Tangis Niken mendadak pecah, terdengar dalam dan pedih. Niken tidak baik-baik saja. Bams tadi menemukan dirinya sembunyi di taman fakultas, memaksa meminta uang yang jumlahnya cukup besar. Tentu Niken tidak berikan, dan dia mendapat tamparan di pipi kanannya.

"Aku nggak baik-baik aja," isak Niken.

Haikal tidak tega, ikut sedih melihat kemalangan Niken. Dengan perasaan yang tak karuan Haikal dekap Niken. Barangkali dapat menyembuhkan luka hati yang Niken rasakan.

*****

"Lo yakin mau sama berondong?" Mutia memastikan satu kali lagi sebelum memasuki kafe.

Jihan memantapkan niat. "Yakin. Kalau memang berondongnya ganteng bisa dicarakan baik-baik."

"Iya benar!" sorak Mutia menyemangati Jihan. Kemudian perempuan itu memastikan penampilan Jihan sebelum keluar dari dalam mobil.

"Rambut," Mutia mengecek rambut Jihan yang diikat satu dengan rapi. "Oke."

"Penampilan." Kali ini mata Mutia menelusuri kemeja dan rok yang dikenakan Jihan. "Rapi," nilainya.

"Wajah,"kali ini Mutia meneliti wajah Jihan. "Cantik."

Jihan membuang napas dengan jengah. Akan sampai kapan Mutia memastikan penampilannya? Oh ayolah, ini hanya berondong ganteng.

Satu menit lebih waktu terbuang sia-sia hanya untuk memeriksa penampilan. Mutia memang sangat aneh dan berlebihan sebagai seorang manusia, Jihan yang akan ketemuan tapi justru Mutia yang heboh.

"Bisa gue masuk ke dalam sekarang?" tanya Jihan penuh penekanan.

"Ya, ya, cepat lo masuk." Mutia mendorong tubuh Jihan untuk keluar dari dalam mobil miliknya. "Eh, tunggu dulu."

Baru saja Jihan bergerak untuk membuka pintu mobil suara Mutia menginterupsi terlebih dahulu. Mau, tidak mau Jihan berhenti dan menoleh pada Mutia. "Apa lagi?"

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang