Part 25 - Hujan

98.1K 11.5K 1.4K
                                    

Hai, hai maaf aku updatenya ngaret banget 😁

Cek sound dulu, ketik Aaaaaa 👉

Ada yang kangen?

Udah pada makan belum?

Coba spam nama Jihan 👉

Spam nama Haikal 👉

Spam nama Niken 👉

Spam nama Dirga 👉

Jangan lupa komentar yang banyak di setiap paragraf 😉

Jangan lupa koreksi kalau ada typo.

Udah siap baca? Udah? Tarik napas dulu, part ini bakalan panjang. Scroll pelan2 aja ya 😋

Happy reading ❤

Nggak ada quote.
______

"Gue dengar sih Bu Niken sama Pak Haikal mau nikah."

"Dapat kabar dari mana lo?"

"Gue liat story IG Bu Niken. Caption-nya soon to be your wife."

"Seriusan?! Terus nasib si Jihan gimana?"

"Ya, gimana? Dicampakkan kali."

Dua orang yang sedang bercakap-cakap di depan lift tidak menyadari Jihan berdiri di belakang mereka. Ketika pintu lift terbuka kedua karyawati itu masuk diikuti Jihan, barulah saat itu mereka menyadari ada Jihan.

Keduanya tersenyum canggung dan salah tingkah. Saling senggol bahu.

"Saya tidak dicampakkan!" kata Jihan bersamaan dengan pintu lift mulai tertutup.

Keduanya terdiam, merasa tersudut.

"Saya yang mencampakkan Haikal!" Mata Jihan tidak menatap pada siapapun. Hanya lurus ke arah pintu besi yang tertutup.

"Saya yang memutuskan dia." Jihan menarik kedua sudut bibirnya, menciptakan senyuman sinis.

Jihan menoleh ke belakang, tepatnya ke arah dua karyawati yang tadi bergosip. "Jadi tutup mulut busuk kalian itu! Sangat bau!"

Tak berapa lama pintu lift kembali terbuka. Jihan melangkah pergi dengan wajah angkuh dan tidak ingin kalah. Walau sejujurnya kaki Jihan gemetar saat ini, jika diperhatikan dengan seksama langkah kaki Jihan sedikit goyah.

"Pagi semua," sapa Jihan begitu sampai di ruangan divisi marketing. Memasang senyuman baik-baik saja.

Kondisi kesehatan Jihan sudah benar-benar pulih. Ini hari pertamanya masuk kerja setelah libur satu minggu lebih. Semua masih sama seperti terakhir dia datang bekerja. Ada Alvian, Mutia, Mei, Anita dan pintu ruangan Haikal.

"Eh, udah sembuh yang sakit tipes," sambut Mei.

"Selamat datang kembali pejuang cuan," sambung Alvian.

"Kangeeeen." Anita memeluk Jihan, diikuti Mei dan Mutia. Jadilah mereka berpelukan ala kartun Teletubis.

"Ikooot!" Alvian berniat ingin gabung pelukan.

"Yok bubar, yok."

"Bubaaar."

Jelas saja Alvian tidak boleh ikut berpelukan, empat sekawan itu langsung membubarkan diri dan kembali duduk di meja kerja masing-masing.

Jihan tersenyum senang. Walau kadang menyebalkan, harus Jihan akui dia rindu rekan-rekan kerjanya, terutama Cabe-cabean Syariah.

"Jihan, gue mau bilang sesuatu. Ini mungkin bakal bikin lo sedih. Tapi lo harus tahu gosip yang beredar di kantor selama lo sakit." Anita berdiri di sisi kiri meja Jihan.

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang