Happy Reading!
----"Zi, gimana?"
Alissa yang baru saja keluar dari kamarnya dengan mengenakan gaun yang dibelinya sabtu lalu berhasil membuat Alanzio terpana. Tubuh pria itu mematung dengan mata yang fokus menatap Alissa.
Malam ini dia tampak sangat cantik dengan gaun panjang tanpa lengan berwarna biru tua, ditambah sedikit belahan di bagian paha. Rambut panjangnya yang baru saja ia warnai itu diurai hingga mencapai punggung, poninya ia jepit ke belakang.
"Zi! Hello! Kamu denger gak sih aku nanya apa?!" tanya Alissa lagi dengan geram.
"Cantik," ucap Alanzio tanpa sadar.
Sontak saja wajah Alissa memerah bak tomat matang. Ia segera menolehkan kepalanya ke arah lain, dengan kedua sudut bibir yang tertarik ke atas dengan sendirinya.
Tak bisa ia pungkiri, ada perasaan hangat begitu mendengar pujian dari suaminya itu. Rasa hangat menjalar dengan cepat di hatinya.
"Kamu juga."
"Apa?" tanya Alanzio dengan salah satu alis yang dinaikkan.
"Ganteng," gumam Alissa yang masih bisa didengar oleh Alanzio.
Tentu saja hal itu bukan sekadar omong kosong belaka, Alanzio malam ini benar-benar tampan dengan jas hitam kebiruan.
"Yuk berangkat," ajak Alanzio.
Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh, jika tak berangkat sekarang maka mereka akan terjebak kemacetan dan berakhir terlambat.
----
Alissa melirik ke arah luar jendela, begitu banyak wartawan yang menunggu dengan kamera juga mikrofon dan alat perekam di tangan mereka. Juga ada karpet merah yang digelar di tengah-tengah mereka.
"Zi, yakin mau turun barengan?" tanya Alissa seraya menolehkan kepalanya ke arah Alanzio.
"Kenapa enggak?"
"Nanti kalau satu sekolah nanya kenapa kita bareng... gimana?" ucap Alissa ragu.
Alissa melirik dua mobil di depan sana, terlihat Shasa dan ibunya baru saja turun. Mereka juga terlihat berpose sejenak di tempat yang tersedia.
Setelah mobil yang membawa Shasa sudah berjalan maju, Alanzio pun juga memajukan mobilnya. Sebentar lagi giliran mereka akan turun, dan mobil akan Alanzio berikan pada petugas parkir.
"Gapapa." Alanzio terlihat santai menatap ke depan. "Bilang aja kita pacaran."
Alissa pun akhirnya menganggukkan kepalanya, walaupun dalam hati ia ragu setengah mati. Namun, tak ada salahnya kan mencoba? Lagian Alissa juga sudah capek bertemu Alanzio secara diam-diam di sekolah.
Kalau status mereka pacaran kan setidaknya bisa sedikit bebas.
"Tunggu," pinta Alanzio.
Pria itu lebih dulu turun dari mobil, lalu ia mengitari mobil dan membukakan pintu untuk Alissa. Tak hanya sampai di situ, ia juga mengulurkan tangannya di hadapan Alissa.
"Zi...," gumam Alissa seraya menatap kedua netra pria itu lekat, tetapi ia tetap menerima uluran tangan Alanzio.
Mereka berjalan dengan tangan yang saling bergandengan melewati karpet merah. Beberapa wartawan juga mengambil potret mereka, apalagi status Alissa dan Alanzio adalah anak dari pengusaha terkemuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me!
Teen Fiction"What?! Aku harus menikah dengan Alanzio? si Es Batu itu? Mami yang benar aja dong!" *** Alissa Zoe Catherine, gadis bar-bar yang namanya tercantum memenuhi isi buku siswa yang bermasalah di ruangan BK itu harus menerima kenyataan bahwa dirinya dijo...