47. Pengkhianatan

41.5K 3.3K 132
                                    

Happy Reading!

"Shasa?"

Alissa menatap tak percaya pada tiga orang yang baru saja datang itu. Tampak Shasa dan Echi tengah menyeret Daffin yang tak sadarkan diri dengan tubuh terikat erat oleh tali. Echi terlihat menatap Alissa penuh kemenangan.

"Iya! Gue Shasa, kenapa?!" tantang Shasa seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Matanya menatap lurus ke arah Alissa, binar mata itu tampak penuh dengan kebencian yang sangat besar begitu bersitatap dengan kedua mata Alissa.

"Jadi, kalian dalang di balik semua ini?!" tanya Alissa geram, di balik tiang ia mengepalkan telapak tangannya erat.

Ada rasa sakit yang teramat besar di dalam hatinya melihat pengkhianatan yang dilakukan sahabat, ah lebih tepatnya mantan sahabatnya itu.

Bukankah seorang pengkhianat tak pantas disebut sebagai sahabat lagi? Itu terlalu terhormat untuknya.

"Kenapa? Kenapa lo lakuin ini ke gue, Sha?! Salah gue apa sama lo?" teriak Alissa, perasaannya saat ini terasa campur aduk; marah, kecewa, dendam. "Gue sahabatan sama lo sejak kecil, apa-apa pasti bareng dari SD sampai SMA, kenapa sekarang lo jadi kayak gini?!"

Shasa berdecih kecil seraya memutar bola matanya. "Lo tanya kenapa? Lo enggak tau atau pura-pura nggak tau sih anjing?!"

Ia melempar asal tubuh Daffin yang tengah tak sadarkan diri, kemudian berjalan mendekat ke arah Alissa yang masih terikat di tiang. Suara sepatu yang ia kenakan terdengar menggema di ruangan tersebut.

"Lo... lo udah ngerebut semua yang gue punya, Alissa! Sejak kecil semua orang cuma berpusat pada lo doang, walaupun gue juga saat itu ada di samping lo! Tapi, semua orang cuma natap lo dan anggap gue seolah-olah gak ada di samping lo!" ucap Shasa emosional.

Ia terlihat sangat marah dan meluapkan segala kemarahannya yang selama ini bercongkol di dalam hatinya pada Alissa.

"Maksud lo?" tanya Alissa yang benar-benar tak tahu arah pembicaraan Shasa itu. "Jangan bilang ini cuma gara-gara Sagara?"

Sesaat setelah Alissa menyelesaikan ucapannya, tawa Shasa terdengar menggelegar di ruangan itu, ia menatap Alissa penuh dendam, kepalanya menggeleng pelan.

"Bukan cuma Saga, lo ngerebut semua yang berharga di hidup gue!" teriak Shasa lagi. "Asal lo tau, hidup gue enggak pernah damai gara-gara lo! Setiap hari gue harus les sana-sini karena siapa? KARENA LO! Lo selalu jadi bahan perbandingan gue di mata nyokap gue!"

Shasa menjeda ucapannya sejenak karena kehabisan napas. "Gue selalu dituntut untuk bisa saingi prestasi lo! Gue selalu dianggap anak gagal ketika gue dapat nilai di bawah lo! Sementara lo? Lo hidup dengan kemewahan, kasih sayang dan cinta dari banyak orang di sekitar. Lo terlalu sempurna Alissa dan gue benci kesempurnaan itu!"

Air mata gadis itu bahkan sudah mengalir dengan deras dari sudut matanya, ia menjambak rambutnya sendiri karena frustrasi. Kemudian, ia mendongkakkan kepalanya menatap Alissa penuh dendam dan amarah.

"Dendam ini enggak bakal pernah selesai, kecuali... lo mati di tangan gue," ucap Shasa dengan seringai kecil di akhir ucapannya.

Kepala Alissa menggeleng pelan mendengar semua pengakuan Shasa yang membuatnya tertegun. "Sha... semuanya enggak kayak yang lo liat, gue enggak pernah bermaksud buat hidup lo kayak gini, Sha!"

"Emang! Semua emang bukan salah lo, di sini takdir yang salah! Takdir yang salah karena udah buat hidup gue menderita, tapi gue tetap benci sama lo!" seru Shasa. "Dan ya... setelah gue ketemu dengan Aiden dan Echi yang juga sama-sama punya tekad buat hancurin lo, akhirnya kesempatan buat hancurin lo datang juga."

Marry Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang