Bab 12 : Terapi

9 1 0
                                    

Salsa masih tak percaya akan rencana yang dilakukan Yuda. Selama menyetir, pikirannya terpaku pada Yuda yang masih berharap Johan akan menuruti kemauannya. Tiba-tiba teringat pertama pertemuannya dengan Johan. Memang dari fisiknya, Johan terlihat lebih keren dari Yuda. Namun dalam hatinya tidak sebaik dan selembut adiknya yang kini jadi suaminya. Hingga sekarang kesan arogan dan mau menang sendiri sudah melekat terlihat dari wajahnya yang kaku dan senyumnya yang sombong. Padahal orang tua mereka yang akhirnya menjadi mertuanya adalah orang tua yang baik, penuh perhatian dan bersikap adil terhadap anak-anaknya. Sehingga ketika keduanya berpulang, Salsa merasa sangat kehilangan.

"Ma! Jalan, Ma." seru Maya membuyarkan lamunan Salsa. Tangan kirinya lalu melepas handrem dan kaki kanannya langsung menginjak gas untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat praktek psikiater. Tempat praktek yang terletak di daerah dekat Universitas Indonesia itu adalah sebuah klinik praktek gabungan dari beberapa dokter spesialis. Mulai dari dokter spesialis anak, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis jantung dan dokter umum. Terdapat juga sebuah apotik kecil di samping tempat praktek untuk melayani obat-obat yang sudah diresepkan oleh dokter yang praktek di klinik tersebut.

"Maya, nanti Mama minta kamu ceritakan saja semua yang kamu alami saat konsultasi dengan dokter Ida. Nggak usah ada yang ditutup-tutupi. Agar kamu bisa lega dan tidak trauma tentang kejadian itu." Salsa menoleh sebentar ke arah Maya yang ada di sebelah kirinya. Ia ingin agar Maya tidak kaget saat memulai sesi konsultasi dengan Dokter Ida. Tapi Maya yang dari tadi sibuk bermain ponsel sambil memakai earphone terlihat tidak merespon perkataan Salsa.

Salsa hanya menghela napas panjang melihat sikap Maya. Semoga hari ini konsultasi Maya dengan dokter Ida berjalan lancar dan Maya bisa kembali seperti sedia kala, batin Salsa berharap agar semua masalah Maya bisa terselesaikan dengan baik. Mobil Salsa sudah mendekati tempat praktek dokter Ida setelah menempuh hampir satu jam perjalanan karena kemacetan jalan di Jakarta.

Setelah memarkir mobilnya, Salsa mengajak Maya turun dan masuk ke sebuah klinik tempat praktek Dokter Ida. Seorang wanita yang duduk di meja resepsionis dengan ramah menyapa merka. Salsa membalas dengan senyum dan menyampaikan maksudnya untuk bertemu dengan Dokter Ida. Selesai mengisi beberapa dokumen untuk pasien baru, Salsa dan Maya dipersilahkan untuk menunggu di kursi tunggu yang ada di depan ruang praktek Dokter Ida.

Sekitar lima belas menit kemudian pintu ruang praktek terbuka dan terlihat seorang pasien keluar diantar oleh dokter Ida.

"Hai Sa, yuk masuk." Dokter Ida langsung mengajak Salsa dan Maya masuk setelah melihat mereka sudah ada di depan ruang praktek"Seperti kamu sibuk, Da?" tanya Salsa.

"Ah, enggak, Itu pasien lamaku yang suka minta pagi banget konsultasinya. Karena dia harus ke luar kota nanti siang." jelas Ida sambil tangannya kanannya mempersilahkan Salsa dan Maya duduk di sofa ruang prakteknya.

"Apa kabarnya, Sa? Sudah lama ya kita nggak ketemuan lagi." Ida menyalami Salsa sambil tersenyum.

"Iya, ya. Terakhir ketemu pas reuni tahun kemarin." ucap Salsa sambil membalas senyuman Ida. Maya hanya memperhatikan Salsa dan Ida dengan ekspresi datar.

"Ini anakmu yang imut itu kan?" Ida menatap wajah datar Maya.

"Iya. Ini Maya yang waktu reuni aku tunjukan foto dia saat masih umur lima tahun. Sekarang sudah kelas 8. Udah gadis." Salsa tersenyum kecil sambil matanya melirik Maya yang masih saja tak merubah ekspresinya.

"Wah, udah remaja, cantik kayak Mamanya." Ida mengarahkan pandangannya pada Maya yang hanya melirik sebentar ke arah Ida.

"Maya, jangan sibuk sendiri. Ayo, kenalan sama tante Ida." Salsa menyenggol Maya langsung melepaskan earphonenya.

BEAUTIFUL HONESTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang