Bab 5 : Jalan Keluar

14 3 0
                                    

Langit berawan menghiasi Senen pagi yang penuh dengan wajah serius penghuni rumah pasangan Yuda Prambudi dan Nayara Salsabila. Seperti cuaca hari ini, mendung terlukis di wajah mereka. Pengakuan Maya kemarin membuat keduanya berusaha memutar otak untuk mendapatkan solusi yang sepaham.

"Yud, apa yang harus kita lakukan untuk Maya?" tanya Salsa.

"Aku akan coba bicara dengan Mas Johan. Biar dia tahu perbuatan yang sudah dilakukan anaknya pada Maya," jelas Yuda.

"Jangan dulu, Yud. Betul yang dikatakan Maya tadi. Sebaiknya kita pikirkan jalan keluar yang lebih baik. Seperti misalnya, besok aku bawa Maya ke psikiater untuk konsultasi agar dirinya lebih tenang dan masalah ini tidak menjadikannya trauma." Salsa berusaha menahan niat Yuda untuk bertemu Johan. Yuda menarik napsa panjan dan mulai merasakan beban yang berat menjadi orang tua yang mempunyai anak mulai beranjak remaja.

"Terserah kamu," gumam Yuda lalu meninggalkan Salsa sendiri di kamar.

Suara tarikan kursi makan Yuda membubarkan lamunan Salsa tentang kejadian kemarin. Yuda lalu duduk dan bersiap menikmati sarapan paginya. Spontan Salsa langsung melayani dengan mengambil piring lalu menuangkan nasi hangat dan menyerahkannya pada Yuda setelah sendok garpu melengkapi piringnya. Kemudian Yuda meraih lauk tempe dan kuah soto ayam yang ada di depannya. Yuda menikmati sarapannya dengan hening tanpa percakapan yang mengungkit kejadian kemarin. Salsa sejenak melempar pandangan ke arah tangga. Belum terdengar pintur kamar Maya terbuka dan langkah kakinya turun dari tangga.

Yuda menyelesaikan sarapan paginya segera karena pagi ini langsung ke bandara untuk melakukan perjalanan dinas ke Surabaya. Yuda diberi jabatan oleh kakaknya sebagai manager pemasaran di perusahaan keluarga dan bertanggung jawab terhadap kegiatan pemasaran di berbagai kantor cabang PT Jaya Abadi Karya.

"Maya belum bangun?" tanya Yuda saat akan berangkat ke bandara.

"Belum," jawab Salsa .

"Yud, rencana hari ini aku mau bawa Maya ketemu psikolog. Jadi Maya hari ini nggak usah masuk sekolah dulu." Salsa menceritakan niatnya sambil menemani Yuda menunggu taksi yang sudah di pesan untuk mengantarnya ke bandara.

"Terserah saja kalau menurutmu itu jalan keluar yang lebih baik," ucap Yuda dengan wajah datar tanpa melihat ke arah Salsa yang duduk di samping kanannya.

"Kok dari kemarin jawabannya terserah terus, sih? Aku mau dengar pendapat kamu tentang rencanaku. Jangan terserah, terserah terus," keluh Salsa dengan bibir manyunnya. Yuda tak memusingkan omelan Salsa.

"Tuh, taksinya udah datang. Aku berangkat dulu ya." Yuda berpamitan dengan mencium kening Salsa lalu berjalan menuju taksi yang sudah menunggu di depan rumahnya. Salsa menatap dari teras rumah hingga taksi yang mengantar Yuda meninggalkan rumah. Dalam hatinya masih kesal dengan sikap Yuda yang seakan tak mau tahu. Ya udah, kalau memang jawabannya terserah berarti ya terserah aku, batinnya menggerutu. Salsa lalu masuk ke dalam rumah dan membereskan piring kotor di atas meja.

Hari ini Salsa sengaja tidak menerima pesanan makanan dan tidak membuka Pre Order untuk beberapa special menu makanan buatannya. Sejak resign dari pekerjaan kantorannya, Salsa mencoba untuk berbisnis makanan di rumah. Hobi memasak Salsa membuatnya berani untuk berjualan makanan hasil belajar memasak dengan ibunya. Resep makanan yang dijual Salsa adalah resep rahasia ibunya yang akhirnya banyak disukai oleh pelanggannya. Usahanya semakin berkembang hingga masuk ke penjualan sistem online. Untuk hari ini saja, Salsa ingin fokus menyelesaikan permasalahan Maya.

Setelah semua pekerjaan rumahnya selesai, Salsa lalu naik ke kamar Maya. Diketuknya beberapa kali pintu kamar Maya sambil memanggil namanya. Tak lama, pintu kamar terbuka.

BEAUTIFUL HONESTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang