Bab 4 : Kejujuran

26 6 4
                                    

Yuda menerima pesan Whatsapp dari Salsa. Bola matanya bergerak membaca isi pesan yang menyatakan tentang Salsa yang menemukan buku harian millik Maya dan di dalamnya terdapat tulisan tentang Maya yang mengalami pelecehan oleh Tommy, anaknya Johan.

Yuda terdiam lalu perlahan menarik napas panjang dengan masih menggenggam ponselnya. Meski pandangannya terarah pada orang-orang yang berlari di stadion GBK, Senayan tapi otaknya masih berusaha mengolah pesan yang baru diterimanya. Lalu pandangannya beralih pada Maya yang duduk di samping kanannya. Anak gadisnya itu sedang asik bermain ponsel sambil memakai earphone warna putih. Sedikit bola matanya bergerak ke kanan untuk mencuri tatap layar ponsel Maya. Ternyata Maya sedang menuliskan sesuatu dalam catatan di ponselnya. Mungkin hanya dengan menulis, Maya bisa melampiaskan semua yang dirasakannya dalam rangkaian kata dalam tulisannya.

"May, kita pulang, yuk." ajak Yuda sambil membelai rambut panjang Maya. Merasakan belaian di kepalanya, Maya langsung melepas earphone dan menatap ke arah Yuda.

"Iya. Kenapa, Pa?" tanya Maya.

"Pulang, yuk." Yuda mengulang kalimat ajakannya.

"Bentar, Pa. Sedikit lagi, ya." Maya kembali membuka layar ponsel dan menyelesaikan tulisannya.

"Kamu bikin apa, sih?" tanya Yuda penasaran.

"Oh, ini. Maya sedang bikin cerita pendek di aplikasi Wattpad. Sedikit lagi selesai," jelas Maya.

"Wah, keren anak Papa. Bisa jadi penulis terkenal kamu, May," puji Yuda.

"Amin. Doain ya, Pa" Maya tersenyum dan menempelkan kepala dengan manja pada bahu kanan Yuda.

Lima belas menit kemudian Maya memenuhi ajakan Yuda untuk pulang ke rumah. Setelah berlari menuju temoat parkiran mobil, Maya dan Yuda langsung masuk mobil. Tak lama mobil Yuda bergerak meninggalkan stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.

Di teras rumah, Salsa menunggu kedatangan Yuda dan Maya dengan suasana hati yang tak menentu. Meski ditemani dengan kopi susu hangat dan kue kering satu toples di atas meja samping kanannya, hati tak bisa berbohong untuk segera meluapkan semua kekhawatiran terhadap apa yang telah di temukannya di kamar Maya.

Salsa sejenak masuk untuk mengambil buku harian Maya dan membaca kembali tulisannya lembar demi lembar. Seperti orang bilang like mother like daugther, Maya mirip sekali dengan Salsa. Matanya memang mata Yuda, tapi rambut, hidung dan senyum Maya sangat mirip dengan Salsa. Sampai suatu ketika mereka jalan-jalan ke mall, ada ibu-ibu yang memperhatikan dan langsunng mengatakan,"Kakak sama adeknya seperti kembar ya." Spontan Salsa dan Maya tersenyum lalu tertawa saat mereka sudah agak jauh meninggalkan ibu-ibu itu. Mengingat kenangan itu, bibir Salsa mengulas senyum kecil.

Bayangan tentang kejadian yang dialami Maya, kembali membuat Salsa marah dan ingin kakinya segera pergi menemui Tommy untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap Maya. Debas lirih Salsa terdengar sambil tangannya menutup buku harian Maya. Disaat yang sama, terlihat mobil Honda HRV warna hitam memasuki halaman rumahnya. Terlihat Yuda tersenyum kecil ke arah Salsa. Maya lebih dulu keluar dari mobil setelah mobil berhenti dan mesin di matikan.

"Hai, Ma," sapa Maya sambil mencium pipi Salsa. Salsa mematung. Sepertinya Maya sudah kembali menjadi dirinya sendiri, batin Salsa. Yuda hanya mengangkat bahu dan kedua tangannya sambil sedikit tersenyum melihat tingkah Maya.

"Pa, Maya kenapa? Apa dia sudah baik-baik saja? Atau kamu sudah ajak dia bicara?" Bertubi pertanyaan dilontarkan Salsa dan Yuda hanya terdiam dan berjalan masuk ke rumah. Salsa kemudian menyusul dari belakang. Tak lupa, Salsa mengambil buku harian Maya yang disembunyikan di balik pot bunga di atas meja teras saat Yuda dan Maya sudah pulang tadi.

BEAUTIFUL HONESTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang