Bab 6 : Solusi Yuda

10 2 0
                                    

Gerakan ketukan jari telunjuk Yuda diatas pahanya membuat sedikit menghilangkan perasaan gugup saat nanti berhadapan dengan kakaknya, Johan Prakasa. Tubuhnya yang lebih tinggi beberapa senti dari Yuda dengan wajah tegas dengan jenggot tipis menghiasi penampilannya. Sebagai anak pertama dan tertua, Johan selalu memegang pesan yang dititipkan orang tuanya agar menjaga nama baik keluarga dan selalu melindungi Yuda sebagai adik satu-satunya. Pesan yang membuat Johan sedikit suka ngatur dan terlalu overprotect terhadap Yuda. Terutama saat pertama kali Yuda memilih untuk tidak bekerja di perusahaan keluarga peninggalan ayahnya. Ketika itu Yuda ingin mandiri dengan usahanya sendiri dan tidak ingin bergantung dengan semua kekayaan orang tuanya.

"Pak Yuda." Suara wanita membubarkan lamunan Yuda. Seorang wanita paruh baya dan berkacamata yang ternyata sekretaris Johan memintanya untuk segera masuk menemui Johan.

Yuda langsung masuk ke ruangan Johan. Dilihatnya Johan sedang menerima sibuk menelpon. Tak lama Johan mengakhiri kegiatan menelponnya setelah melihat Yuda sudah masuk ruangannya.

"Hai, Yud." Suara berat Johan menyapa Yuda yang masih berdiri di depan pintu.

"Ya, Mas." balas Yuda sambil melangkah dan duduk di kursi depan meja kerja Johan.

"Eh, Yud. Bukannya kamu hari ini harus ke Surabaya? Kenapa masih ada di sini?" tanya Johan.

"Iya, Mas. Tapi ada hal yang lebih mendesak. Urusan di Surabaya, aku sudah mendelegasikan tugas ke staff operasional. Tinggal nunggu laporannya yang nanti dikirim via email. Kalau mas Johan mengijinkan, minggu depan saja aku berangkat ke Surabayanya." Yuda berusaha tak gugup saat menatap raut wajah Johan yang memandang dengan mengerutkan keningnya.

"Aku sih nggak ada masalah. Intinya semua urusan di Surabaya beres seperti yang sudah kita rapatkan minggu lalu," tegas Johan.

"Siap, Mas." Yuda meyakinkan kakaknya agar tak ada lagi pertanyaan tentang pembatalan perjalanan dinasnya ke Surabaya.

"Sip. Terus? Ada hal penting apa yang membawamu ingin bertemu denganku? Oya, pas acara keluarga kemarin, kamu sama Salsa pulang duluan. Ada apa?" Johan kembali teringat pada kejadian hari sabtu minggu lalu. Ketika Yuda dan Salsa harus segera pulang tanpa berpamitan pada Johan, sang pemilik rumah.

"Anu, Mas. Kemarin soalnya si Maya kurang enak badan dan minta segera pulang. Jadi terpaksa Salsa cuma pamit ke Mbak Ratih dan nggak sempat pamit sama Mas Johan." Yuda membetulkan posisi duduknya agar tampak tenang di depan Johan yang terlihat masih kuranng puas dengan jawaban Yuda.

"Oke, nggak masalah. Lalu sekarang ada masalah apa?" Johan memajukan tubuhnya dan meletakkan kedua sikunya di atas meja agar lebih fokus pada hal yang akan disampaikan Yuda.

"Begini, Mas Johan. Sebenarnya kedatanganku ke sini itu ingin bicara tentang--" Kalimat Yuda terputus ketika pintu ruangan terbuka dan terlihat Salsa bersama Maya memasuki ruangan.

"Hei, Salsa, Maya. Tumben main ke kantor. Mau ketemu Yuda, ya? Ayo, masuk." Johan menyapa Salsa dan Maya dengan sedikit basa basi melihat kedatangan mereka yang tiba-tiba. Salsa hanya membalas dengan senyum kecil sambil menggandeng Maya yang menunduk memasuki ruang kerja Johan.

Yuda menggangguk pelan ke arah Salsa ketika istrinya yang cantik itu melihatnya dengan tatapan penuh tanya. Semoga Salsa mau mengerti tentang rencanaku hari ini, batin lirih Yuda kansaat Salsa duduk di kursi samping kanannya dan Maya duduk di sofa tamu di ruangan Johan. Mata Johan memperhatikan Maya yang tak seperti biasanya. Ponakannya yang selalu menyapanya lebih dulu jika bertemu dengannya dan suka ngobrol santai, kini terlihat sungkan dan malu-malu bertemu dengannya.

"Maya, kamu kenapa? Kok jadi malu-malu gitu, sih? Mau minum ya? Nanti Pakde suruh sekretaris ambilkan. Maya mau minum apa?" Johan berusaha mengakrabkan diri untuk memecahkan suasana yang kaku.

BEAUTIFUL HONESTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang