4

930 173 19
                                    

🥀__🥀


Srttt... Srttt...

Suara itu kembali terdengar mengerikan. Namun kali ini disertai dengan bayangan hitam yang menghampiri Haera . Bayangan itu semakin terlihat membesar, dan... Mendekat... Mendekat...

“Aaaaa!!!”

Brak... Pintu terbuka. Namun lutut Haera sudah melemas dan duduk terjatuh bersimpuh di ambang pintu seraya menutupi permukaan wajahnya.

“Raa?!” Jeno menatap Haera yang kini terkulai lemas. Rina? Jeno merasakan keberadaan Rina disini. Apakah ini semua ulah Rina? Jeno hendak menghampiri Haera, tapi...

“Haera?!”

Teriakan itu terdengar dari arah belakang. Jeno menoleh, mendapati Renjun yang baru saja turun dari motornya. Langkah rusuhnya kini terayun mendahului Jeno.

“Raa? Lo kenapa?” Renjun berjongkok meraih tubuh Haera.

“Lo ngapain diem aja!” bentak Renjun pada Jeno yang masih bergeming menatap kepanikan Renjun.

🥀 __🥀




“Aku udah janji sama kamu! Aku gak akan lupa sama janji aku!” Jeno membanting tas ranselnya. Membuka kancing kemejanya dengan kasar.

“Haera gak tahu apa-apa.” Jeno menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Duduk, menopang kening dengan kedua tangan.

“Dia gak pernah tahu apa-apa, jangan ganggu dia lagi,” ucap Jeno seraya meremas kasar rambutnya.

“Dia cuma cewek yang suka sama aku. Dia gak salah. Kalau kamu mau marah. Marah sama aku.”
Jeno mengangkat wajahnya, menatap mata Rina yang mulai memerah.

Brak...

Lampu tidur Jeno terjatuh menghantam lantai. Menjadi belahan-belahan kaca yang berserakan. Diikuti dengan buku-buku serta barang-barang lain yang mulai berjatuhan. Jeno masih bergeming. Menatap 20% dari seluruh bendanya sudah berserakan di lantai. Rina marah? Karena Jeno seharian ini bersama gadis itu?

“Kamu marah sama aku? Aku juga berhak marah sama kamu,” ujar Jeno, menatap tajam mata Rina. Tanpa menghiraukannya lagi Jeno berlalu meraih handuk dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.




🥀__🥀




Haera merasakan tubuhnya berkeringat hebat. Berlari dari lantai dasar untuk menuju lantai 2. Kuliah pertama, kuliah Bu Diana. Ck! Ternyata sudah satu minggu sejak Bu Diana memberikan tugas. Bagaimana ini? Belum ada artikel yang bisa Haera tembuskan di surat kabar. Ditambah lagi dengan kondisi Haera yang hari ini sepertinya tidak sedang baik-baik saja. Kejadian semalam, masih melekat benar dalam benak Haera. Sepertinya mulai saat ini Haera akan sangat paranoid ketika memasuki rumah.

Ketika pagi hari Haera membuka matanya, Haera menemukan sosok Renjun yang tertidur di sofa kamarnya. Mengapa Renjun? Bukan Jeno? Bukan berarti Haera tidak mengharapkan Renjun. Bukan! Tapi, sebelum tadi malam Haera benar-benar merasakan tidak sadarkan diri, laki-laki yang terakhir Haera lihat adalah Jeno , bukan Renjun.

Tapi... Hhhh... Sudahlah.

Dengan wajah pucat dan berkeringat, Haera mencapai batas pintu kelas. Tangan kanannya menopang kusen pintu. Menatap meja dosen yang belum berpenghuni. Bagus lah, Bu Diana belum memasuki kelas ternyata. Haera kembali melangkah, menghampiri Yasmin yang kini tengah mengelap kacamatanya dengan tissue.

Eyes Voice✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang