8

988 157 29
                                    

🥀__🥀

“Mungkin ini terlalu terburu-buru. Banyak hal yang harus aku beresin sebelum aku pergi nemuin kamu sepertinya. Kerjaan, kuliah, keluarga, temen, dan... Haera. Aku harus beresin semuanya satu-satu.” Kedua tangan Jeno bertopang pada westafle putih di dalam kamar mandinya. Setelah selesai menyikat gigi, Jeno bergumam sendiri. Tidak sendiri sebenarnya, ada Rina.

“Aku janji, hari ini aku beresin semuanya.”
Jaemin benar-benar menginap di kosannya semalam. Dan pagi ini, Jaemin sama sekali belum bangkit dari tidurnya. Masih mendengkur di atas tempat tidur. Dan itu mengharuskan Jeno berbicara dengan Rina di dalam kamar mandi seperti ini, agar Jaemin tidak melihat tingkah anehnya.

“Kamu jangan takut. Bukan maksud aku menunda semuanya. Tapi... Aku harus pergi dalam keadaan baik-baik kan? Seengaknya.. Pamit(?)” Jeno menatap Rina, menatap tubuh Rina yang kembali setengah utuh. Kakinya sudah kembali, walaupun belum utuh.

“Tapi aku mohon, jangan ganggu Haera. Aku bersumpah gak ada niat sama sekali untuk mendekati dia lagi. Aku mohon,” ujar Jeno. Tanpa sadar ucapannya itu kembali membuat mata Rina memerah.

























“Nah! Gue juga mulai curiga ketika buka laptopnya, ada artikel tentang 'bahaya obat anti serangga jika diminum'. Dan di atas tempat tidurnya emang ada obat nyamuk. Ya udah gue habisin aja, gue semprot ke sembarang tempat sampe habis.” Jaemin yang tengah menyelubungi tubuhnya dengan selimut, diam-diam menempelkan telepon pada telinga kirinya. Berucap pada seseorang di seberang telepon dengan suara berbisik.

'Untung lo keburu dateng, jaem. Gue juga udah curiga waktu dia bilang suruh jaga Haera. Ternyata bener kan? Dia bakal ngelakuin hal itu lagi.'

“Iya. Gak kebayang gue, kalau gue dateng mulut dia udah berbuih. Gila! Gue sama sekali gak nyangka Jeno—”

“Lo mau sampai kapan tidur?!” Tiba-tiba suara itu mengagetkan Jaemin yang tengah diam-diam menelepon Renjun. Jaemin segera menaruh ponselnya di balik Bantal, tidak menghiraukan Renjun di seberang sana yang keheranan karena suaranya tiba-tiba lenyap tidak terdengar lagi.

“Jaem! Lo gak akan kuliah?! Ini udah jam berapa?” omelan Jeno yang baru saja keluar dari kamar mandi ternyata tidak jauh dengan omelan Ibu Jaemin di rumah.

'Jaem! Kamu gak akan kuliah?! Ini udah jam berapa?' Sama persis.

Jaemin membuka selimut yang menutupi wajahnya. Mengucek pelan dan mengerjap-ngerjapkan matanya seolah baru saja terbangun. Akting.

“Kuliah kan jam 10. Lo ribet banget kayak emak-emak! Masih pagi juga!” rutuk Jaemin. Menatap Jeno yang kini tengah mematut dirinya di hadapan cermin menggunakan kemeja.

“Lo mau kemana?” tanya Jaemin. Pakaian Jeno yang kini sudah rapi membuatnya sedikit terkaget. Jangan bilang kalau ada kuliah mendadak pagi ini!

“Kantor,” jawab Jeno singkat. Lalu beranjak menghampiri rak sepatu di belakang pintu.

“Kalau mau keluar, kuncinya lo bawa aja. Nanti dari kantor, gue langsung ke kampus,” ucap Jeno. Lalu setelah itu keluar dari dalam kamarnya.

“Jun?” Jaemin kembali meraih ponsel yang ia sembunyikan di balik bantal.

'Lo kemana sih! Gue panggil-panggil dari tadi!' Renjun mengomel tidak jelas.

“Tadi ada Jeno.”

'Terus sekarang dia kemana?'

“Kantor. Gue berharap dia gak akan bunuh diri dengan cara nabrakin diri selama di perjalanan ke kantornya.”

Eyes Voice✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang