5

1K 163 33
                                    

🥀__🥀

Haera berjalan melewati koridor yang sudah ramai. Berjalan terpincang-pincang menahan rasa sakit akibat luka di telapak kaki kanannya.

'Awas ya lo Jen!' rutuk Haera sambil melangkah dengan kaki yang tidak seimbang. Sementara Jeno berjalan di belakangnya, sama sekali tidak membantu Haera atau memapah Haera untuk berjalan.

Sebenarnya Jeno sudah memperingatkan Haera untuk tidak masuk kuliah dulu hari ini, tapi Haera tetap keukeuh,

"sayang kalau gak masuk cuma gara-gara sakit gini doang," ujar Haera. Dan sekarang terbukti kan? Untuk berjalan menuju kelas saja Haera kesulitan. Belum lagi,

"Hhhh..." Haera mendesah ketika menatap puluhan anak tangga yang harus ia lewati untuk menuju kelas di lantai 2.

"Nyesel kan? Gue kan udah bilang, gak usah masuk dulu." Jeno melipatkan kedua lengannya di dada, menatap Haera yang kini bertopang pada pagar tangga. Haera mendelik, menatap Jeno sebal.

'Bantuin gue kek! T.T'

Jeno menggeleng, seolah ia mendengar jeritan hati Haera. Bukan Jeno tidak mau membantu, atau bersikap tak acuh pada Haera. Melainkan... Rina. Ya, Jeno merasakan Rina menguntit mereka sedari tadi. Jika Jeno memegangi lengan Haera saat ini, apa yang akan Rina lakukan? Jeno tidak mau kaca kelas di sepanjang koridor pecah secara tiba-tiba. Tidak lucu jika semua mahasiswa melihat kejadian aneh itu.

Haera sempat menoleh ke arah Jeno sekilas, lalu tangan kirinya bertopang pada pagar tangga, sedangkan tangan kanannya kini mengaduk isi tas. Jeno tetap bergeming, menatap tingkah Haera saat ini. Menatap Haera yang kini meraih ponselnya dan,

"Jun, gue ada di lantai bawah. Lo bisa jemput gue gak? Kaki gue sakit. Lo bisa tolongin gue buat—" Jeno merampas ponsel Haera secara tiba-tiba dan dengan sembarang memutuskan sambungan telepon. Haera sempat melotot, bersiap-siap untuk meledak ketika Jeno melakukan tingkah menyebalkan itu, namun ledakannya seketika mereda ketika Jeno mengangkat tubuhnya dan membopongnya untuk menaiki anak tangga.

"Jennn!!!" pekik Haera. Seketika matanya terpejam. Malu. Karena sebagian mahasiswa yang tengah menaiki dan menuruni anak tangga kini menatap mereka berdua dengan tatapan aneh.

"Lo berat banget sih? Makan mulu sih lo!" Jeno. Gosip mengenai Jeno, wanita atau gadis yang Jeno sentuh atau tidak sengaja menyentuh Jeno maka akan mengalami malapetaka. Malapetaka? Itu berlebihan. Tapi mengingat petugas kesehatan, penjaga perpustakaan, ibu kantin, dan sederet wanita lainnya. Itu sudah menjadi bahan gosip satu fakultas. Dan kali ini? Sulit dipercaya, Jeno tidak hanya menyentuh Haera, melainkan mengangkat tubuh Haera.

"HAERAA?" pekik Renjun. Di pertengahan anak tangga mereka berpapasan, Renjun bergeming. Menatap Jeno yang kini mengangkat Haera. Apakah Renjun salah lihat? Haruskah ia menambah minus pada kaca matanya saat ini? Mulut Renjun menganga. Tidak! Ini memang nyata, Jeno mengangkat tubuh Haera.

Tuhan... Apa yang terjadi dengan Jeno?
Renjun masih bergeming, menyaksikan Jeno yang kini melewatinya dan terus melangkah naik.




🥀__🥀



"Kok bisa gini sih?" tanya Yasmin, tangannya memapah Haera menyusuri koridor kampus. Mereka baru saja keluar dari kantin. Satu mata kuliah sudah selesai. Hari ini sebenarnya ada 2 jadwal mata kuliah, namun karena dosen salah satu mata kuliah berhalangan hadir maka saat ini mereka bisa pulang.

"Heh! Ditanya diem aja." Yasmin sedikit menggoyangkan tangannya sehingga membuat langkah Haera tidak seimbang dan membuat gadis itu meringis.

"Maaf, maaf." Yasmin nyengir, kembali mengeratkan pegangannya pada Haera.

Eyes Voice✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang