|5|

2.2K 219 9
                                    

Pintu ruangan tempat dia duduk terbuka.

"Shouto- belajarlah cara menenangkan anak kecil, apalagi anak itu anak mu" yang berbicara menidurkan Shun disofa disebelah Shouto duduk.

Shouto tanpa berbasa-basi langsung bertanya yang sendari tadi dia pikirkan, "kau sudah mendapatkan yang kau inginkan. Jadi jangan mengurusi hidup saya lagi" kakek itu tertawa.

"Kakek mu ini tidak pernah mengurusi hidup mu Shouto, kakek hanya menjalankan tradisi leluhur" raut Shouto tidak bisa dijelaskan, entah dia marah atau tidak peduli.

"Tradisi leluhurnya itu menjodohkan anak dan cucu nya. Tapi karena kau sudah terlanjur, apa boleh buat. Mau tak mau harus bertanggung jawab kan? "

"Untung saja dia pintar, tidak membawa cicit ku keluar rumah. Jika saja dia keluar mungkin klan kita sudah ter-cap buruk"

"Kau tau apa maksud kakek Shouto.."

-

Diperjalanan pulang setelah mengantarkan Shun, Shouto kembali memikirkan kata-kata iblis itu, yang seharusnya kata-kata iblis tidak perlu dipikirkan.

Dalam penglihatan Shouto, Bakugou sama sekali tidak menginginkan pertanggungjawaban, bahkan Bakugou seperti tidak peduli, yang penting Shun ada yang menjaga dah itu saja. Shouto tidak mungkin menanyakan tentang hal menikah dengan seseorang yang baru dia temui apalagi pertemuan ini tidak diinginkan kedua belah pihak.

Shouto berpikir malah Bakugou seperti sangat membencinya, tapi karena ada Shun dia tidak menunjukkannya. Tapi sungguh, Shouto tidak menyangkal hal itu, dia wajar dibenci Bakugou.

Shouto mendengus lelah.

Tiba-tiba pikiran Shouto melenceng dari topik utama, kemana nyonya Bakugou?

Padahal Shouto sudah siap ditampar atau dipukul atau diapakan saja yang membuatnya babak belur oleh beliau karena telah membuat anak tunggal nya menanam benih milik nya.

-

-

-

-

-

"Hana.. Kat-uki kulung agi" Shun menunjuk jari telunjuknya ke pintu kamar nya dan Katsuki. Hana tersenyum menanggapi nya.

"Shu tidak perlu memikirkan itu oke? Katsuki baik-baik saja" Hana tersenyum. Walau aku sendiri tak yakin.

Telepon rumah keluarga Bakugou berdering.

Hana berjalan kearah telepon yang terletak disamping televisi. "Tuan Todoroki? "

"Iya"

"Etto.. Sebenarnya Shun sedang rewel. Jadi bisakah anda menunggu sebentar, sementara saya menenangkan nya dulu"

"Tidak masalah"

"Baiklah, terimakasih" tidak sopan bukan langsung memutuskan panggilan padahal sang penelpon belom membalas. Ups.. Tuan  Todoroki pasti paham-

"Shu. Papa mu sudah datang" Hana menghampiri Shun yang terus menatap pintu kamar kedua. Lebih tepatnya kamar Katsuki.

Shun menggeleng "nanu cama Kat-uki aja" Shun menggeleng lagi.

"Kenapa? Bukannya tadi Shun sangat ingin bertemu dengan papa? " Shun menggeleng lagi.

"Mau cama Kat-uki" Hana tersenyum.

"Katsuki biar Hana yang menjaga oke? " Shun menggeleng. "Shu aja" Shun menggeleng untuk keempat kalinya, nada bicaranya merengek, lalu bibir mungil nya tampak bergetar.

Alleyway  | TodobakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang