|9|

1.7K 188 22
                                    

"Apa, kemarin ada yang kesini? Menemuimu? " Shouto mendekat kearah Bakugou dan langsung berpikir kalau kakek tua itu yang memojokkan Bakugou. Dipaksa untuk memilih yang bahkan tidak ada untungnya bagi Bakugou sendiri.

"Itu sudah keputusan Todoroki..." Shouto menahan lengan Bakugou yang hendak menutup pintu.

"Jangan buat gue untuk menarik perkataan gue dan malah membuat lo gak bisa bertemu Shun" Shouto terdiam melihat raut wajah Bakugou yang penuh dengan keseriusan dan dihiasi dengan tatapan kosong.

Shouto melepaskan lengan Bakugou perlahan, dan melihat Bakugou menutup pintu.

Aku benar-benar tidak mengerti apa mau iblis gila itu sialan. Shouto mengerang tak bersuara.

-

"Adik kecil ini sedang galau ternyata"

Rei tersenyum sembari menyiapkan piring nasi untuk kedua putranya.

Padahal waktu itu Touya memarahi Shou karena masih bertingkah manja. Tapi ternyata Touya sendiri masih menganggap Shou sebagai adik kecilnya, padahal adik kecilnya sudah berstatus ayah sekarang. Rei terkekeh pelan.

Shouto tidak mungkin bercerita jika tidak didesak.

"Ibu, bisa siapkan upacara pernikahan? " Touya tersedak mendengar ucapan Shouto. Tentusaja, siapa coba yang tidak terkejut, adiknya yang bahkan tidak pernah berkencan sekalipun tiba tiba minta disiapkan upacara pernikahan.

Rei menutup mulutnya karena terkejut.

"Bukankah, seharusnya kamu meminta maaf dan restu kepada nyonya Bakugou? " Shouto menghela nafas.

"Bisakah ibu yang melakukannya? " Shouto meremat surai merah, putih nya. Apakah Shouto lelah? Frustasi?

Tentusaja.

"Jangan seenaknya memerintah kepada ibu, bocah. Ini masalah kalian atau lebih tepatnya masalah mu, jadi selesaikan melalui diri mu sendiri" Shouto terdiam.

"Sudah Touya. Ibu akan membantu Shou"

Ibu terlalu memanjakan nya.

-

-

-

-

-

"Bukankah tidak baik jika menikah tanpa restu orangtua? " Ibu nya selalu pulang tanpa memberi tau nya. Lama lama jantungnya bermasalah jika seperti ini, tiba tiba bersuara saat membuka pintu saat dirinya melamun. Seperti ritual setiap harinya (melamun) jika dia sedang berjalan dari halte depan menuju rumah nya.

"Tidak ada yang menikah old hag! " Katsuki membuka pintu kamarnya perlahan, takut membangunkan Shun, yang pastinya sudah tertidur.

Rasanya ingin sekali Mitsuki tertawa, "lalu siapa Shouto Todoroki itu? " tangannya berhenti memegang knop pintu.

"Bahkan kau tidak bercerita tentang dia yang ternyata ayah biologis dari anak mu. Kau menganggap ku siapa???Anak bodoh!?? "

"Maaf-"

"Aku akan tidur, hari ini membuatku lelah" pintu tertutup. Sungguh, aku tak mengerti apa yang anak itu pikirkan.
Mitsuki menghela nafasnya sambil memijat pangkal hidungnya.

-

Mitsuki sekarang sedang berada di salah satu tempat makan dekat universitas UA.

"Nyonya Rei. Bisa jelaskan awal mulanya? Katsuki benar-benar tidak memberi tau ku sama sekali. Entah apa yang dipikirkannya" Rei tersenyum kecil, tapi entah kenapa Rei malah menjadi tidak enak.

"Pertama-tama, saya minta maaf tentang Shouto yang lalai, saya benar benar minta maaf atas nama Shouto dan keluarga Todoroki" Mitsuki menggeleng, dia malah merasa tidak becus sebagai seorang ibu.

"Bu..."

Dia merasa bersalah sekarang kepada ibu nya..

Rei menceritakan tentang putra nya yang terus mencari keberadaan Katsuki dan Shun. Rei tidak menyembunyikan kebenaran tentang Shouto yang mencari Shun hanya karena paksaan kakeknya, Shouto tentunya tidak keberatan, karena memang seperti itu awalnya mencari Shun.

Mitsuki menghela nafas, "anak bodoh itu selalu saja menyusahkan orang" Shouto benar benar memperhatikan Mitsuki dengan lekat.

"Selalu saja menyimpan semuanya sendiri. Saya sendiri sebagai ibu nya juga tidak mengerti jalan pikirannya" Mitsuki akhirnya mengeluarkan isi pikirannya tentang anak satu satunya. Sungguh baru pertama kali dia menceritakan tentang anaknya. Apalagi topik sensitif.

"Maaf... Saya jadi terbawa suasana" Mitsuki mengusap airmata yang belum sempat keluar dengan ibu jarinya.

Shouto menoleh, "saya berpikir dengan adanya Shun dia bakal berubah" Mitsuki terkekeh, "ternyata sama aja"

"Jadi maafkan Katsuki ya, jika dia merepotkan dan mohon bantuannya" Mitsuki tersenyum.

-

-

-

-

-

City Park, 8 Nov
16.00 p.m

Mereka menetapkan pernikahan kami pada awal musim dingin. Tidak lama, awal musim dingin terjadi sekitar 2 minggu lagi.

Gue gak mengharapkan apapun lagi selain Shun tidak seenaknya direbut oleh keluarga Todoroki.

Bahkan nenek sihir itu tidak akan datang ke pernikahan yang digelar hanya untuk orang terdekat. Entah itu malu, sok sibuk atau memang tidak ingin datang.

"Bakugou? "

"Saya telah membawakan apa yang kamu minta"

Dia mengayun pelan tas plastik tepat di depan muka gue, "Lo yang memaksa sialan! " dia terlihat mengangguk.

Bukankah itu menjengkelkan?

"Saya sudah memilih cincin untukmu Bakugou, saya harap nantinya kamu suka"

Cincin yang sekarang ada dijari manis tangan kiri nya bukan cincin pilihan dia. Terserah aja. Lo pikir gue peduli. Lagi pula kalau gak bersama nya mana mungkin gue make.

Hari itu memang tak terduga, walaupun gue yakin pasti hari itu akan datang cepat atau lambat.

"Saya harap kamu tidak membuat masalah"

Gue sontak menoleh.

Masalah?

Lo pikir gue biang masalah gitu?

-

Bakugou sy buat sedikit tenang di akhir chapter ini.. Walaupun itu bukan dia banget.

Alleyway  | TodobakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang