Dorm yang biasanya ramai sekarang terasa sepi. 3 jam telah berlalu tetapi Myeongho tetap setia terbaring di kasurnya. Badannya serasa remuk, matanya berat, tetapi ia sadar. Ia mendengar semuanya. Soal member yang melanjutkan latihan tanpanya, bahkan manajer Taesun yang menjaganya. Seperti saat ini, ia mendengar ketikan laptop dari sisi lain di kamarnya. Namun tiba-tiba dadanya sesak dan kepalanya berputar. Walaupun ia memejamkan matanya, rasanya tetap pusing. Lama-lama ia merasa mual ingin memutahkan segaa isi perutnya hingga...
HUEEEKKKK!
"Myeongho-ssi Gwenchanaseyo?! Astaga... Tunggu sebentar ya. Aku akan meminta bantuan. Bertahanlah dahulu!"
Darah. Yang dilihat oleh Manajer bernama Taesun itu darah. Ia panik dan segera mengeluarkan hp nya menghubungi ketua manajer seraya membantu Myeongho membersihkan darah yang mengalir dari mulutnya.
"Woyoung-ssi gawat, Myeongho-ssi muntah darah!"
"APAA?! "
"Tolong segera kemari, disini tidak ada mobil, aku tidak bisa membawanya ke rumah sakit. "
"Baiklah aku akan segera kesana. Tolong tenangkan atau lakukan apapun yang bisa menenangkan Myeongho dulu! "
"Ne Woyoung-ssi", ia mematikan teleponnya dan segera membantu Myeongho untuk berbaring do ranjangnya kembali.
" Myeongho -ssi apa yang kau rasakan? Perutmu sakit? Kepalamu pusing? Atau bagaimana? "
Myeongho hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia tidak dapat membuka mulutnya, rasanya sulit sekali tubuhnya digerakkan. Makin lama pendengarannya mulai memudar.
"Myeongho-ssi! Oh tidak! Jangan dulu! MYEONGHO-SSI!
Woyoung menyetir dengan cepat. Ia mengambil kesempatan untuk meninggalkan ruang latihan tanpa pertanyaan para member dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada manajer satunya. Untung saja jarak agensi dengan dorm seventeen tidak jauh. Setelah sampai di parkiran basement, ia bergegas naik dan masuk ke kamar Myeongho, tetapi ia sudah melihat Myeongho yang tak sadar. Woyoung dan Taesun segera membawa Myeongho ke rumah sakit.
°°°
Sesampainya di rumah sakit, Myeongho segera dibawa ke unit gawat darurat untuk diperiksa. Woyoung pun langsung menuju administrasi untuk mengurus semuanya karena bahaya apabila ada wartawan yang tau keadaan artisnya.
Dokter yang memeriksa myeongho keluar dan menghampiri manajer itu
"Wali Myeongho-ssi? "
"Saya dok. Bagaimana keadaannya? " tanya Woyoung penasaran.
" Kami belum bisa memastikan penyakit dari Myeongho-ssi karena dibutuhkan penelitian dan pemeriksaan yang ketat. Tapi untuk saat ini Myeongho-ssi harus dirawat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Ditakutkan apabila ada penyakit dalam yang timbul. ", jawab dokter.
" Baiklah dokter. Tolong masukan myeongho-ssi ke kamar VIP ya"
"Baiklah akan segera kami pindahkan ke ruangan inap"
"Ah dokter satu lagi. Saya minta tolong untuk merahasiakan keberadaan myeongho-ssi."
"Tidak masalah. Kalau begitu saya permisi"
Dokter meninggalkan mereka berdua lagi. Woyoung sekarang berpikir apa yang harus dilakukannya nanti, sampai akhirnya ia telah menyusun apa yang akan dilakukannya.
"Taesun-ssi, aku minta tolong jagalah Myeongho-ssi dahulu. Aku akan ke agensi untuk memberitahukan kepada manajemen dan menjemput anak-anak yang lainnya."
"Baiklah Woyoung-ssi, nanti akan aku kabari letak kamarnya"
"Baiklah terimakasih ya, aku pergi dulu", Pamit woyoung dengan sedikit berlari.
°°°
" Kenapa Woyoung hyung belum datang? Kemana dia? Tidak biasanya dia pergi tanpa pamit."
"Iyaa, Hoshi benar. Hyung, kemana sebenarnya Woyoung hyung? "
" Ah.. Coups-ssi aku sebenarnya juga tidak tahu. Ia hanya berpamitan untuk ke dorm kalian sebentar. "
"Dorm? Untuk apa? Kan kita semua disini hyung. Atau jangan-jangan ada sesuatu tentang Myeongho? "
" Aku tidak tahu ayo kita tunggu saja dahu-"
"Itu dia hyung! ", seru Dino melihat Woyoung yang berjalan kearah mereka dengan langkah tergesa.
" Ahn-ssi ayo segera persiapkan mobil. Dan kalian segera bereskan barang kalian! Kita pulang sekarang.", ujar woyoung
"Hyung, bukannya kita harus latihan vokal dahulu? Kenapa tiba-tiba pulang?" tanya seungkwan.
" Sudahlah menurut dahulu. Scoups-ya aku serahkan mereka padamu, segera turun ke mobil. Aku tunggu. ", serunya sambil berlari.
" Aneh, ada apa ini? ", ucap Jun terheran-heran.
" Sudahlah. Ayo kita bereskan dan segera turun." Perintah S. Coups kepada membernya.
°°°°
Setelah sampai di basement parkir. Member segera menaiki tangga menuju dorm mereka. Woyoung dan Ahn juga membuntuti mereka dari belakang. Para member sungguh diselimuti rasa penasaran tetapi enggan untuk bertanya karena suasana yang tidak enak. Sampai akhirnya mereka sampai di dorm dan S. Coups memberanikan diri untuk bertanya.
"Hyung apa yang sebenarnya terjadi?"
"Begini, myeongho, dia akhirnya kami bawa ke rumah sakit karena tadi dia muntah darah."
Semua member terkejut, Jeonghan terutama, ia sangat panik, ia takut terjadi hal buruk kepada myeongho. Jeonghan pun segera membombardir manajer dengan pertanyaan.
"Kenapa?bagaimana bisa? Lalu sekarang bagaimana keadaannya? Apa yang dikatakan dokter hyung?"
" Tenanglah Jeonghan, aku tidak tahu juga. Dokter bilang harus ada pemeriksaan berlanjut. Karena itu aku mau S.Coups, Jeonghan, Joshua segera mandi dan bebersih lalu bersiap untuk ikut aku ke rumah sakit. Dan yang lainnya aku mau kalian istirahat. Tidak ada yang pergi keluar tanpa seijinku. Agensi ingin kalian istirahat sehingga mereka mengosongkan jadwal hari ini dan besok. Terutama kau, Woozi, jangan kau berani pergi ke studiomu selama 2 hari ini. Mengerti? "
"Ne hyung" Jawab mereka bersaut-sautan.
"Tapi hyung, tidak bisakah aku ikut? Aku ingin tahu keadaanya.", tanya Jun.
" Aku juga ingin melihatnya hyung", timpal Hoshi, ia merasa bersalah.
"Tidak. Untuk sekarang tidak boleh. Biarkan 95 line yang kesana mungkin besok kalian bisa kesan bergantian tidak semuanya." Jawab Woyoung tegas.
"Ah ne hyung" Jawab Jun dan Hoshi.
"Tolong dengarkan perkataanku ya. Aku tidak ingin menambah masalh. Oke? "
" Ne hyung kami akan istirahat", jawab Mingyu
"Bagus, Coups ya jika kalian bertiga sudah siap langsung turun ya. Aku akan menunggu di mobil. Jangan lama-lama."
"Ne hyung"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME (SEVENTEEN FAN FICTION)
Fanfiction"Hyung, sebentar saja ya.. " "Eisa~jangan seperti itu! Kamu pasti bisa! " Aku ingin berpikir demikian, tetapi kenyataan selalu berbanding terbalik dengan keinginan. Apakah aku bisa bertahan? Apakah aku akan tetap di samping mereka? Aku takut. Discl...